CHAPTER 10. PESAN (1)

641 Words
Helcia Krysanthe turun dari kereta kuda dengan wajah bahagianya. Sesekali dia akan mengangkat bagian bawah gaun dan meloncat kecil. Suasana hati Helcia sedang bagus, hal itu tidak lain karena dia sudah berhasil membuat sedikit perubahan didalam alur cerita n****+ sampahnya ini. Helcia sangat percaya diri bahwa Orestes mampu melakukan segala hal yang telah Helcia beritahu kepadanya. Jika Orestes berhasil, maka akan ada banyak nyawa yang terselamatkan di kala musim dingin datang nanti. “Naya, apa sebaiknya kita mengadakan pesta the hari ini?” Tanya Helcia dengan riang. Namun, tidak ada jawaban dari Naya. Petra yang biasanya sering bertanya pun bungkam. Helcia akhirnya menoleh, dan mendapati kedua pelayannya tengah menunduk dalam. “Kal—” “Helcia.” Panggilan Demetria membuat Helcia mengalihkan pandangan dari kedua pelayannya. Helcia bisa melihat sosok Demetria dan Pello yang kini berdiri di ambang pintu. Raut wajah keduanya terlihat tidak baik, bahkan cenderung marah. Terutama wajah Demetria Krysanthe yang tiada henti mengerutkan keningnya. Lengkung kurva di bibir Helcia perlahan mulai kembali datar, “Ibu, Helcia pulang.” Bukannya menyambut kedatangan putrinya dengan cinta dan pelukan. Demetria malah menarik lengan Helcia dengan kasar, kemudian melempar Helcia masuk kedalam mansion. Jika saja Helcia tidak mempunyai keseimbangan yang bagus. Mungkin wanita itu sudah jatuh tersungkur akibat ditarik dengan kencangnya oleh Demetria. “Apa kamu tahu kesalahanmu?” Suara Demetria bergema didalam mansion. Sosok seorang Ibu baik hati yang biasanya Demetria tampilkan, sekarang berubah menjadi bagaikan iblis yang hendak mengutuk manusia. Ketika Demetria marah, tidak ada satupun orang didalam mansion yang berani membantah ucapannya. Bahkan Pello saja lebih memilih untuk menjauh dari Demetria dan Helcia. Tetapi, Helcia Krysanthe yang sekarang tidak mudah takut. Kedua manik ruby menatap lekat ke arah mata Demetria, “Jika itu perihal keterlambatanku, Aku bisa menjelaskannya kepada Ibu. Ban kereta kuda kami bocor, sehingga butuh waktu untuk membetulkannya.” Demetria masih belum merubah ekspresinya, “Ada kesalahan lain yang lebih fatal dari itu.” Kesalahan lain? Mungkinkah Demetria tahu bila Helcia diam – diam berjalan di Kota Canace seorang diri dan berbincang dengan Orestes? “Helcia tidak tahu. Bisakah ibu memberitahu kesalahan saya?” Tanya Helcia, berpura – pura memasang wajah lugunya. Mata Demetria bersinar tajam, “Seorang pengawal istana datang sebelum ini. Dia menyampaikan pesan Pangeran Mahkota.” “Pesan seperti apa?” Tanpa mengucapkan kata, Demetria melemparkan gulungan kertas ke hadapan Helcia, “Bacalah sendiri.” Helcia mengambil gulungan kertas tersebut, sebaris tulisan singkat tertulis rapih di atas kertas. Ketika membaca tulisan tersebut, secara reflek Helcia meremas ujung kertas sampai hampir sobek. ‘Calon Putri Mahkota tak perlu penasaran dengan buku.’ Istvan Hesperos. Berwajah manis bagaikan malaikat, tetapi kenyataannya bertingkah seperti ular berbisa. Helcia memang sudah melihat Istvan sebagai pria yang dipenuhi rahasia, tapi tidak pernah terfikirkan sekalipun bila Istvan yang dikisahkan sangat mencintai Helcia pada kenyataannya selalu menjadi pagar yang membatasi kehidupan Helcia. "Apa kamu membaca buku dihadapan Pangeran Mahkota?" Tanya Demetria. Helcia menelan seluruh emosinya yang membara, berusaha sekeras mungkin untuk bersandiwara menjadi wanita yang lemah dan tak mengetahui apa - apa. "Tidak, Ibu. Helcia tidak pernah melakukan hal itu." Helcia melanjutkan, "Saya hanya penasaran dengan buku yang dibaca oleh Pangeran." Demetria lantas mencengkram kuat kedua pundak Helcia sampai wanita itu meringis pelan, "Apa kamu sudah melupakan semua perkataan ibu? Jadilah anak yang baik, anak yang patuh. Seorang calon putri mahkota tidak memerlukan buku sebagai pedoman hidup, kamu hanya harus belajar tata krama dan melahirkan keturunan bagi Kerajaan Socrates." Mendengar hal itu, sontak Helcia menepis tangan Demetria dengan kasar. Kedua matanya membara merah, pertanda bila kesabarannya sudah semakin menipis. Persetan dengan tata krama. Helcia sudah terlalu muak dianggap sebagai bunga pajangan yang tidak mempunyai hidup. "Apakah salah bila seorang calon putri mahkota mempelajari ilmu pengetahuan? Pangeran Istvan suatu saat akan menaiki takhta sebagai raja, dan saya akan menjadi ratu di Socrates. Apa saya tidak diperbolehkan memegang tampuk kekuasaan?" "Helcia! Apa kamu sudah kehilangan akal! Pangeran Istvan tak membutuhkan Ratu yang akan menjadi pesaingnya di dalam kerajaan. dia hanya membutuhkan ratu yang mampu menghasilkan keturunannya." ••••• To Be Continued 5 Januari 2020
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD