Happy Reading!
Zayn terus mengayunkan tubuhnya tanpa henti walau Deby tidak sadarkan diri. Entah sudah berapa lama ia melakukannya namun yang jelas saat ini jarum jam sudah menunjuk ke angka satu.
Zayn menghujam semakin kuat saat dirasa ia akan keluar lagi.
"Enghh_"
Tiba-tiba terdengar lenguhan dari bibir Deby membuat Zayn menghentikan gerakannya.
Zayn menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Deby.
"Shh_" Desah Deby dengan mata yang perlahan terbuka.
Deby melotot saat ia melihat wajah tuan Zayn dihadapannya. Repleks Deby mendorong tubuh tuan Zayn dengan kedua tangannya dan hampir berteriak namun Zayn hanya tersenyum tipis kemudian langsung membungkan bibir Deby dengan bibirnya.
"Emmm_ hh" Lenguh Deby karena bibirnya dibungkam dengan ciuman liar tuan Zayn sedang kedua tangannya ditekan di atas kepala.
"Anghhhhh_" Deby melotot dengan tubuh yang bergetar saat tubuh bagian bawahnya dihujam begitu kuat.
Zayn melepas ciumannya lalu membungkam bibir Deby dengan telapak tangannya kemudian menggerakkan tubuh bagian bawahnya dengan brutal. Ia hampir mencapai pelepasannya.
"Ahh_" Desah Zayn lalu menghujam beberapa kali dengan kuat, hingga.
"Arrhhh" Desah Zayn saat ia mencapai pelepasannya. Dan Zayn tahu Deby juga, terlihat jika tubuh gadis itu bergetar hebat di bawahnya.
Zayn melepas bekapannya lalu memisahkan diri dari tubuh Deby. Zayn turun dari tempat tidur lalu memakai pakaiannya.
"Hiks..hiks.."
Zayn melirik Deby yang terisak dengan tubuh yang bergetar. Ada sedikit rasa tak tega namun semua itu ia tepis jauh-jauh. Toh pada akhirnya ia akan bertanggung jawab dengan menikahi Deby.
"Jangan menangis!" Ucap Zayn dingin lalu mengambil pakaian Deby yang berserakan di lantai.
"hiks..hiks.."
Zayn menghela napas lalu mendekati Deby. Zayn memeluk tubuh Deby yang bergetar karena tangis dari belakang.
Cupp
Zayn mengecup punggung mulus Deby lalu berbisik.
"Aku minta maaf." Ucap Zayn tulus lalu mengelus perut Deby, sungguh Zayn sangat berharap jika akan tumbuh makhluk kecil duplikat dirinya di rahim Deby.
"Hiks.. Kenapa tuan hiks.. Melakukan ini hikss"
Zayn terdiam. Ia juga tidak tahu. Benarkah apa yang ia lakukan karena ingin menggagalkan rencana orang tuanya atau ada hal lain. Misalnya ia tertarik dengan Deby.
Zayn mengeratkan pelukannya. "Dengar! Aku akan bertanggung jawab." Ucap Zayn membuat Deby menggeleng masih dengan terisak. Zayn tahu jika Deby tidak percaya pada perkataannya.
Zayn menghela napas lalu bangun dari tempat tidur. "Berhentilah menangis dan ingat jangan sampai siapapun tahu aku menidurimu." Ucap Zayn lalu melangkah menuju pintu.
"Karena hanya kau yang rugi jika semua orang tahu." Ucap Zayn lalu benar-benar pergi dari kamar itu meninggalkan Deby yang masih terisak hebat.
***
"Tadi malam kau di mana nak? Kenapa tidak ada di kamar?"
Zayn menghentikan makannya lalu menatap mamanya yang baru saja bertanya.
"Aku tidur di ruang kerja." Sahut Zayn datar membuat Widura mengangguk.
"Mama sudah membuat janji dengan perancang perhiasan, pergilah bersama Selvia dan_"
"Hari ini? Maaf mah, tapi aku harus pergi ke kantor."
"Pergilah! Untuk masalah kantor biar papa yang urus." Sela Baskoro membuat Zayn terdiam lalu melanjutkan makannya tanpa memberikan respon apapun. Toh percuma mencari alasan. Saat kedua orang tuanya bertekad maka akan sulit menghindarinya.
Setelah sarapan, Zayn langsung menjemput Selvia di rumahnya.
"Mau masuk dulu?" Tawar Selvia lembut.
"Tidak." Sahut Zayn datar lalu segera memasuki mobil membuat Selvia tersenyum maklum lalu ikut masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil hanya ada keheningan. Memang, Selvia sesekali bertanya namun hanya dijawab seadanya oleh Zayn.
"Kenapa ke sini? Bukannya tante sudah me_"
Tanpa menghiraukan pertanyaan Selvia, Zayn langsung turun dan melangkah memasuki toko perhiasan yang dikelola oleh temannya.
Selvia berlari menyamakan langkahnya dengan Zayn.
"Silahkan lewat sini."
Zayn dan Selvia melangkah memasuki sebuah ruangan.
"Kau bisa memilih cincin yang kau sukai." Ucap Zayn begitu mereka duduk.
Selvia dengan antusias langsung melihat beberapa gambar desain perhiasan.
"Bagaimana dengan desain yang ini?" Tanya Selvia membuat Zayn mengangguk.
"Bagus" Jawab Zayn tanpa melihat desain perhiasannya.
Selvia tersenyum canggung lalu kembali memilih beberapa desain cincin yang menurutnya bagus.
"Bagaimana dengan yang in_"
Zayn menatap Selvia tajam lalu dengan asal menunjuk salah satu desain cincin.
"Yang ini!" Ucap Zayn datar membuat Selvia mengernyit karena desain cincin yang dipilih oleh Zayn sangatlah biasa dan sederhana.
"Tapi_"
"Aku lebih suka yang sederhana." Ucap Zayn cepat membuat Selvia terpaksa mengangguk.
"Baiklah yang itu saja." ucap Selvia pasrah lalu segera melakukan pengukuran jari manisnya untuk pembuatan cincin.
"Kau bisa kembali ke mobil lebih dulu!" ucap Zayn membuat Selvia langsung menurut. Mungkin Zayn ingin mengganti desain perhiasannya untuk memberinya kejutan, batin Selvia senang.
Setelah Selvia pergi, Zayn mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya.
"Aku ingin kau membuat cincin seperti ini." Ucap Zayn sembari memperlihatkan sebuah desain cincin yang begitu indah.
"Sepertinya kau ingin memberi kejutan untuk calon istrimu."
Zayn tersenyum lalu menggeleng. "Tolong buat dengan ukuran yang lebih kecil."
"Aku mengerti."
Zayn langsung mengeluarkan kartu kreditnya untuk p********n. Setelah itu ia langsung ke mobil.
"Bagaimana jika kita makan dulu?"
Zayn mengangguk lalu melajukan mobilnya menuju sebuah restoran.
"Turunlah lebih dulu!" Titah Zayn saat mobilnya memasuki halaman sebuah restoran.
Selvia mengangguk."Aku akan menunggu di dalam." ucap Selvia lalu turun dan memasuki restoran lebih dulu.
Zayn tersenyum sinis lalu menekan pedal gas mobilnya meninggalkan halaman restoran. Setelah beberapa menit mengemudi, Zayn menghentikan mobilnya tidak jauh dari gerbang sebuah sekolah.
Zayn menurunkan kaca mobilnya. Hanya sekolah ini yang dekat dengan rumahnya, jadi Deby pasti sekolah di sini. Zayn menaikkan kaca mobilnya dan bersantai sambil menunggu jam pulang sekolah.
Zayn meletakkan ponselnya saat gerbang sekolah dibuka dan banyak siswa berhambur keluar.
Zayn tersenyum saat melihat sosok Deby namun senyumnya langsung luntur saat melihat seorang pria yang mendekati gadisnya. Pria itu bahkan mengacak-acak rambut Deby seolah mereka sangat dekat.
"Ck! Mereka bahkan tertawa bersama." Decak Zayn kesal lalu segera melajukan mobilnya saat Deby mulai melangkah menjauhi gerbang sekolah.
Zayn menyetir pelan dibelakang Deby. Ia harus memastikan situasi sebelum menarik Deby memasuki mobilnya. Saat dirasa sudah cukup sunyi, Zayn segera keluar dari mobil lalu berlari mendekati Deby.
"Arghh_ tuan Zayn" Kaget Deby saat tangannya ditarik kemudian didorong memasuki mobil.
"Kau belum makan kan? Bagaimana jika kita makan bersama." Ucap Zayn setelah ia melajukan mobilnya.
Deby menatap tuan Zayn dengan pandangan yang sulit diartikan. Sebenarnya apa mau tuan mudanya itu. Bukankah ia akan menikah sebentar lagi.
Mata Deby tiba-tiba saja berkaca-kaca saat ia mengingat perkataan ibunya tadi pagi kalau tuan Zayn akan menikah. Deby tidak mengerti tapi ada perasaan tidak rela dihatinya.
Zayn tidak sengaja melirik Deby. Dan bisa ia lihat bahwa gadis itu hampir menangis.
'Apa dia takut padaku?' Batin Zayn bingung. Lalu tersenyum geli. Bagaimana tidak takut setelah apa yang ia lakukan.
"Jangan takut! Aku tidak akan menidurimu, setidaknya tidak sekarang saat aku sedang menyetir." Ucap Zayn membuat tubuh Deby menegang lalu kedua tangannya repleks memeluk tubuhnya sendiri.
Zayn tersenyum melihat reaksi Deby. 'Benar-benar imut' Batin Zayn gemas.