Alvaro memandang ke sekeliling apartemen yang ditempati anaknya. Lumayan juga, meski agak sempit. Vano menangkap arti tatapan daddy-nya dan mendengus kesal karenanya. "Kenapa? Tempat ini tak sebanding dengan rumah Dad kan?" sindir Vano. "Yah memang tak sebanding, tapi lumayanlah," tukas Al datar. Ia duduk di sofa dan memandang Vano dalam~dalam. "Kau tahu.. mommy-mu marah pada Dad." "So what?!" komentar Vano cuek. Al menatap geram pada sulungnya. "Dasar anak tak berperasaan! Ini semua gara~gara kamu." Vano tak menanggapinya, ia hanya mendengus kasar sambil menatap ke tempat lain. "'Oke, Dad akui.. Dad salah. Dad emosi karena terlalu mengkhawatirkan adikmu yang sedang dioperasi. Maaf karena sudah memukul dan menghujatmu seperti itu, Vano," kata Al pelan. Mengakui kesalahan