Auditorium Algantara Building ramai dengan berbagai persiapan perayaan hari jadi mereka yang ke lima puluh tahun. Ryandra sebagai pewaris pun ikut mengawasi jalannya persiapan perayaan yang akan berlangsung tepat satu minggu lagi dengan mendelegasikan Lukman untuk membantu setiap proses persiapan. Keyra dan teamnya tidak memiliki kaitan apapun dengan proses persiapan perayaan itu pun akhirnya hanya menunggu hari perayaan itu tiba sama seperti karyawan lainnya dan akan hadir saat hari perayaan dan merayakan hari ulang tahun Alga sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Gila! Umur Alga sudah tua juga ya, Lima puluh tahun, cuy.”
Keyra dan teman-teman satu divisinya duduk di coffee shop yang terletak di lantai dasar. Kelimanya sedang menikmati kopi mereka sambil menghabiskan sisa jam istirahat mereka yang masih tersisa sambil memandangi lalu lalang beberapa orang yang sibuk mempersiapkan ulang tahun perusahan mereka. Keyra duduk berhadapan Bayu dan mengangguk mendengar ucapan pria itu. “Alga udah beroperasi dua puluh lima tahun, gue baru lahir. Pas Alga mau ngerayain hari jadinya ke dua puluh lima, nyokap gue lagi mules di ruang bersalin.”
Ucapan Keyra barusan pun spontan membuat keempat seniornya tertawa kencang. Apa yang Keyra ucapkan memang terkadang diluar prediksi BMKG. Ketika semua tawa terhenti, Emily tiba-tiba teringat akan sesuatu dan dengan cepat menatap keempat temannya secara bergantian. “Besok awal bulan, artinya ada lima anak baru masuk, guys.”
“Nah, gue udah lama nunggu. Siapa bakal calon team gue. Semoga enak deh buat kerjasama.”
“Harusnya oke, Mas Bay. Kan Pak Bos pasti ikut pas proses rekrut mereka.”
Bayu mengangguk mendengar tanggapan Emily dan tiba-tiba mengangkat gelas kopinya sambil tersenyum pada seseorang. Spontan aksi Bayu menarik perhatian teman-temannya dan tersenyum canggung ketika mendapati Ryandralah orang yang Bayu sapa.
Keyra mengerutkan alisnya menyadari pakaian yang pria itu kenakan lalu menatap para seniornya. “Kadang gue heran sama Pak bos. Apa dia gak sadar badan dia itu segede gajah?”
Keempat temannya mengerjapkan mata mereka dan menajamkan telinga memastikan apa yang baru saja mereka dengar. “Gimana... Gimana... Gimana, Key?” Emily memastikan maksud ucapan Keyra.
Keyra memutar bola matanya dan menatap satu per satu seniornya sebelum menjelaskan maksud ucapannya. “Kalian kan liat, gimana guedeeenya badan Pak Bos... Semacem gajahlah kalo gue perumpamakan. Tapi... Gue heran kok dia pake baju itu ngepres amat. Kadang gue kasian sama kancingnya, mungkin mereka butuh effort gede buat bertahan mempersatukan dua sisi baju itu.”
Tawa keempat senior Keyra menggelegar memenuhi coffee shop tersebut setelah Keyra menyelesaikan penjelasannya. Keyra sendiri menggendikan bahunya dan dengan cuek meminum kembali kopinya melihat respon keempat seniornya.
“Kalo si Ryandra gajah, lo tuh semut, Key. Badan lo mungil kayak semut.”
Keyra berpikir sejenak. “Bener sih. Pak Bos tinggi badannya gede banget kayak gajah. Gue kecil begini kayak semut. Gajah injek semut juga game over itu semut.”
Tawa seniornya kembali menggelegar. Emily tertawa sambil menggelengkan kepalanya sementara Bayu dan Hilman yang tertawa paling kencang. Keduanya bahkan tidak bisa berhenti tertawa hingga perut mereka terasa sakit. “Key, semoga nyawa lo masih banyak ngadepin si Ryandra.”
Kerya mendengus mendengar ucapan Bayu dan mengabaikannya. Kelima kacung kampret itu kembali ke ruang kerja mereka dan langsung disambut ajakan meeting dari bos mereka. Kelima kacung kampret itu masuk ke dalam ruang kerja bos mereka membicarakan kedatangan lima anggota baru mereka dan pemberitahuan bahwa mereka semua akan pindah ruangan karena mereka membutuhkan ruangan yang lebih besar.
Keyra menjadi orang terakhir yang keluar dari ruangan Ryandra karena Ryandra mendelegasikan sebuah tugas pada wanita itu. Tepat saat Keyra ingin keluar dari ruang bosnya, Keyra mengerutkan alisnya ketika mendapati Ryandra kini sedang duduk bersedekap sambil memandanginya. “Kenapa, Pak?”
“Saya baru sadar, bener kata Bayu kamu mungil kayak semut.”
Keyra mengerutkan alisnya semakin dalam. “Semut?”
Sadar akan maksud ucapan Ryandra, Keyra pun spontan membulatkan matanya namun detik berikutnya Keyra berusaha menjaga ekspresinya. “Kok jadi bahas semut.” Keyra berucap sambil berusaha kabur keluar dari ruangan bosnya. Menyelamatkan dirinya sendiri. Namun usaha melarikan diri itu gagal ketika Ryandra memanggil Keyra yang hendak meraih gagang pintu.
“Ra, hipotesis yang kamu buat waktu tadi itu ada yang keliru...” Ryandra menatap Keyra dengan pandangan lurus dan senyum yang terlihat menyebalkan bagi wanita itu. “Semut gak mati diinjek sama Gajah, yang ada Gajah yang justru takluk sama semut. Waktu kecil pernah main suit gajah, semut, orang kan kamu?”
Wajah Keyra memerah malu namun ia berusaha keras mempertahankan ekspresinya. “Gak pernah. Kita beda generasi Pak.” Keyra keluar secepat saldo di rekeningnya turun. Keyra malu hingga keubun-ubun setelah tercyduck sudah menghibahi bosnya sendiri. Keyra dengan cepat pamit keluar dari ruangan Ryandra lalu berdiri didepan meja Bayu. “Mas Bay! Tadi pas ngomongin si gajah, ada orangnya ya?! Malu gue, Mas?!” Keyra menjerit kesal dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya diakhir kalimat.
Tawa Bayu dan Hilman kembali menggelegar mendengar ucapan juniornya barusan. Emily dan Langit yang tidak mengerti apa-apa pun saling berpandangan dan tiba-tiba ikut tertawa lepas saat Bayu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Semua yang terjadi di dalam ruangan itu tidak luput dari pantauan Ryandra yang berada di dalam ruangan. Tidak Ryandra tidak memasang cctv atau kamera tersembunyi dalam ruangan anak buahnya tapi Ryandra memiliki sebuah rahasia kecil yang akan ia simpan sampai kapanpun.
Ryandra bisa mendengar ataupun melihat apa yang terjadi dalam ruangan anak buahnya walau ada sebuah tembok kaca yang tebal yang menjadi pembatas diantara ruangan mereka. Tembok kaca itu bisa diatur tembus pandang atau tidak. Lebih tepatnya, para anak buah Ryandra tidak bisa melihat ke dalam ruang bosnya namun Ryandra bisa melihat aktivitas anak buahnya.
Garis bibir Ryandra spontan naik ke atas melihat reaksi Keyra. Matanya tidak berhenti memandangi reaksi wanita itu yang kini sedang marah-marah pada Bayu namun ia juga malu. Ryandra pun spontan menggelengkan kepalanya melihat tingkah juniornya itu sebelum ia mengambil remote rahasianya dan mengubah kaca itu kembali menjadi tidak tembus pandang karena ia perlu fokus untuk bekerja.
Ryandra menghela nafas panjang memandangi papan namanya yang berada diatas meja. Ryandra Algantara. Business Analyst Manager. Jabatan yang seharusnya sudah ia tinggalkan satu setengah tahun yang lalu namun tidak juga ia tinggalkan karena ia belum rela meninggalkan ruangan ini. Entah kapan ia akan rela meninggalkan ruangan ini atau mungkin saja dia tidak akan pernah meninggalkan ruangan ini?