Uji Nyali

1085 Words
Uji nyalinya karyawan tuh banyak. Contohnya, pas bos lagi bad mood malah nemuin kesalahan di laporan kita atau pas lagi banyak kerjaan tapi kita ngajuin cuti. Apa lagi punya bos nyebelin dengan kewarasan yang patut dipertanyakan seperti Ryandra, daftar uji nyali karyawan pun bertambah. Ditambah lagi kadang harus siap menerima pertanyaan-pertanyaan dia yang out of topic yang kadang bikin Keyra dan keempat seniornya terdiam sejenak karena kaget denger pertanyaan ajaib bos mereka. "Lo mau cuti dua hari? Emang kerjaan lo aman, Key?" Bayu pesimis begitu mendengar Keyra akan mengajukan cuti pada bos mereka. Keyra dan teman-teman satu divisinya kini sedang berada di gerai kopi yang terletak di lobby kantor mereka untuk membeli kopi setelah makan siang mereka selesai. Keyra sempat bercerita pada teman-temannya bahwa ia akan mengajukan cuti. Keyra duduk di sebelah Emily dan mengangguk, "Aman sih, Mas. Report gue udah tinggal yang revisian aja. Kerjaan lo gimana Mil?" "Aman sih, Mbak." "Kalo ada yang bingung kabarin gue. Jangan sampe ke bos tapi salah." Keyra memperingatkan Mila. Mila mengangguk. "Siap, Mbak." "Kok lo yang mau ajuin cuti tapi gue yang deg-degan ya, Key?" Hilman kali ini angkat suara sambil memegang tubuhnya tepat di area jantungnya sendiri. "Kangen uji nyali si Keyra, Man." Langit angkat suara. Bayu dan Emily terkekeh mendengar ucapan Langit namun Keyra memutar bola matanya. "Kalo gue gak ikut bisa runyam masa depan gue, Mas." "Halah, lebay alesan lo. Paling lo mau jalan sama si Tesla kan?" Bayu mencibir Keyra. "Kepo deh lo, Mas." Keyra terkikik. "Ya elo sih, Key. Cuti nggak mau bilang kemana, Babang kan kepo." Bayu menjawab sambil cemberut. "Kita liat aja, diacc gak tuh cuti lo sama si bos." "Ya mesti dong, Mbak. Gue jarang cuti jadi gue punya jatah cuti. Kalo dia gak acc tinggal gue ajak dia ke HRD," Keyra menjawab santai sambil menyeruput kopi miliknya. "Kita liat aja ya, Key..." Emily memandang Keyra dengan tatapan sejuta makna kemudian mengitarkan pandangannya pada teman-temannya yang lain, "Jangan ada yang bikin bos bad mood hari ini. Si Keyra ngajuin cuti aja udah ancaman cuaca jangan sampe kita seharian cuacanya badai." *** "Ra, masuk ke ruangan saya." Ryandra baru kembali dari meetingnya. Ryandra berjalan menuju ruangannya sambil meminta Bayu masuk ke dalam ruangannya. Bayu pun dengan segera masuk ke dalam ruangan Ryandra dan beberapa saat kemudian line telepon di meja Keyra berbunyi. Ryandra meminta Keyra masuk ke dalam ruangannya. Semua teman-teman Keyra pun spontan menatap wanita itu sementara Keyra sendiri menatap Emily. Keyra menarik nafas dalam-dalam kemudian mengetuk pintu ruangan Ryandra. "Permisi, Pak." "Duduk." Keyra melakukan apa yang bosnya perintahkan. Ia duduk tepat disebelah Bayu. Keyra menunggu Ryandra membahas pekerjaan Bayu dan tepat saat urusannya dengan Bayu selesai, Ryandra meminta Bayu keluar dari ruangannya dan laptop milik Ryandra berputar mengarah pada Keyra. "Kamu mau cuti, Ra?" Keyra mengangguk. "Iya." Ryandra memandang tajam Keyra. "Ngapain cuti?" "Saya sudah tulis alasannya personal reason, Pak." Keyra berusaha menjawabnya dengan nada sesantai dan sebaik mungkin. Ryandra bersedekap. "Apa personal reason kamu?" "Saya punya jatah cuti dan saya mau ambil jatah cuti saya, Pak." Keyra menjawab dengan senyuman agar Ryandra menyetujuinya dengan segera. "Kamu mau cuti kamu ini saya tolak atau saya setujui?" Ryandra bertanya dengan wajah serius. "Ya disetujui dong, Pak. Saya kan punya jatah cuti lagi pula masa saya mengajukan mau ditolak." Keyra berbicara dengan nada bicara yang dijaga agar tidak memancing cuaca gelap Ryandra. "Saya bisa setujui cuti kamu asal kamu bisa jelasin buat apa cuti kamu ini? Dua hari cuti, hari kamis sama jumat terus weekend. Empat hari kamu mau ngapain?" Disinilah uji nyali dan uji kesabaran Keyra dimulai. Bosnya itu emang agak antik. Bosnya hanya perlu menyetujui cutinya namun untuk bos yang gila kerja seperti Ryandra cuti itu hal yang haram jika tidak dalam kondisi mendesak. "Saya sudah tulis alasannya personal reason, Pak." Keyra masih pada pendiriannya tidak memberitau alasan sebenarnya mengajukan cuti karena Keyra tidak ingin cutinya diganggu Ryandra seperti sebelumnya. Pengalaman memang guru terbaik. "Sebagai atasan kamu saya berhak tau untuk apa cuti kamu ini, Ra. Saya perlu mengatur load kerjaan kita juga. Kalo cuti kamu gak penting-penting banget kan bisa sehari aja gak perlu sampe dua hari begini." Keyra membulatkan matanya mendengar ucapan bos gilanya itu. "Kerjaan saya sudah hampir rampung. Sisa revisi yang saya akan selesaikan sebelum saya cuti. Nggak ada lagi pekerjaan karena Alga Food sedang hold proposal baru dulu kan?" "Ya gak bisa gitu dong, Ra." Ryandra tetap tidak setuju dengan Keyra. "Pak, mending kita ke HRD aja deh. Biar sama-sama enak dari pada begini. HRD pasti lebih bisa jelasin kalau saya berhak cuti dua hari. Toh selama ini saya jarang cuti. Cuti terakhir saya itu awal tahun lalu, Pak. Malah ini udah mau akhir tahun lagi," Keyra menjawab dengan nada santai walau matanya sudah memandang sengit karena emosi. Ryandra menghela nafas panjang dan menatap Keyra lekat-lekat. "Saya bersedia menyetujui cuti kamu asal kamu jelasin buat apa cuti kamu ini, Ra..." Ryandra melunak. Ryandra melunak artinya Keyra harus tetap teguh pada pendiriannya. "Saya mau cuti dua hari tanpa harus menjelaskan detail personal reason saya, Pak." "Ck! Keras kepala." Ryandra menatapku dengan tatapan sebal. "Keluar sana!" Keyra berusaha tersenyum manis menatap wajah Ryandra yang kini nampak kesal. "Acc cuti saya ya, Pak. Saya permisi." "Hmmm.. Keluar sana. Kamu bikin saya sakit kepala!" Ryandra menjawab dengan ketus dan menatap Keyra dengan tatapan sebal. 'Gue yang mau cuti kenapa dia yang lebay pake sakit kepala.' Keyra berusaha bersikap manis pada Ryandra padahal ia bingung dengan jalan pikiran bosnya itu. Pasalnya tidak ada hal yang memberatkan yang bisa membuat cutinya ditolak tapi Ryandra membuat semuanya menjadi rumit. Bosnya itu memang gila dalam hal pekerjaan dan mungkin hal-hal lainnya. Keyra pun pamit sekali lagi pada bosnya itu namun tidak ada jawaban. Keyra keluar dari ruangan bosnya dengan wajah sumeringah. Masa bodo dengan cuaca gelap bosnya yang penting cutinya sudah aman. Ia bisa ikut acara liburan keluarganya sehingga hidupnya akan aman dari ocehan mamanya. Karena kalau sampai ia gagal mendapatkan cuti, mamanya akan mengoceh tidak ada habisnya dan itu akan berpotensi menganggu kenyamanannya dirumah. "Wih! Lebar senyum lo, Key. Kelar uji nyali lo? Jadi acc?" Bayu duduk bersedekap sambil menatap Keyra dari kursinya. Keyra mengangguk senang. "Udah kelar uji nyali gue, Mas. Hasilnya ya... ACC DONG!" "Cuaca aman kan, Key?" Emily bertanya dengan nada penasaran. "Aman kayaknya sih cuman si bos kan diluar prediksi BMKG. Gue kira badai tau-tau cuacanya cerah, giliran gue prediksi cerah eh tau-tau badai. Hanya Tuhan dan dia yang tau, Mbak Em." Langit bergidik dan menimpali, "Duh, kok gue jadi takut badai."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD