BAB 4

1740 Words
Sejak kejadian di malam pengantin itu, Dara bersikeras selalu menghindar dari Steff. Ini sudah satu minggu berlalu dan setiap pulang dari kerja Dara akan langsung mengurung diri di dalam kamarnya. Sudah satu minggu juga Dara tidak pernah melihat lelaki yang telah menjadi suaminya . Entah dimana keberadaan lelaki itu, Dara pun tak tahu dan tidak mau tahu. Sejujurnya Dara merasa tenang dan nyaman karena Steff tak menampak kan diri di hadapan nya. Dara sedikit takut seandainya Steff berani berbuat hal tak senonoh lagi terhadapnya . Pria itu amat sangat m***m ternyata. " Apalagi sih yang mama harapkan dari Steff. Keinginan mama sudah kuturuti." Dara menghentikan langkahnya yang ingin memasuki ruangan bos nya yang tak lain adalah mama Risa. Dara mendengar suara lelaki yang tadi terlintas di pikiran nya. " Ah kenapa harus ada laki-laki itu sih di kantor. " gumam Dara. Ia hendak meninggalkan tempat ini tapi perdebatan ibu dan anak itu membuat langkahnya terhenti. " Steff… ! sampai kapan kamu mau terus menghindar dari mama. Kamu anak mama satu-satunya. Sudah seharusnya kamu menggantikan posisi mama disini. " " Aku sudah mengikuti kemauan mama untuk menikah. Jadi sekali lagi kuharap mama bisa membiarkanku memilih jalan hidupku sendiri. Toh mama masih ada Pak Tua itu yang bisa mama banggakan untuk menghandel perusahaan ini. Jadi buat apa mama masih menahanku untuk berada disini." " Steff …!! jaga omongan mu. Pak Tua yang kau sebut-sebut itu adalah penolong keluarga kita kalau kamu lupa. " suara mama Risa meninggi menahan emosi menghadapi putranya. " Aku pergi. Steff tidak mau berdebat lagi dengan mama. " Dara tersentak saat tubuh lelaki itu tiba-tiba sudah menjulang di hadapan nya. Percakapan mama Risa dengan Steff  terngiang di pendengaran Dara. Dan itu mampu membuat Dara bertanya -tanya apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Meski Dara sudah beberapa tahun bekerja pada mama Risa tapi Dara tidak mengetahui secara pasti tentang masalah pribadi pada keluarga itu. " Ngapain kamu disini ?" suara berat Steff membuat Dara mendongak menatap laki-laki itu. " Owh... eum itu ... tadi aku mau bertemu Bu Risa. Tapi tidak jadi. Nanti saja aku kembali lagi. Permisi ." Dara bergegas meninggalkan Steff. " Hei tunggu...!! " teriak Steff yang membuat Dara menoleh. " Temani aku makan siang," ucap Steff lagi. Dara membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Tidak mungkin Dara mengiyakan permintaan lelaki itu. Seluruh karyawan tahu jika Steff adalah anak pemilik perusahaan. Tapi mereka tidak tahu jika Dara telah menikah apalagi menikah dengan anak sang pemilik perusahaan ini. " Maaf tapi aku masih banyak pekerjaan. Lagian tadi aku sudah nitip makan sama office boy." " Oh jadi begitu ... setauku seorang istri itu wajib menemani suaminya makan. Sebenernya tidak hanya menemani makan saja tetapi juga memasak, nemenin tidur..." Dara lebih memilih meninggalkan Steff yang sudah bicara panjang dan lebar. Lebih -lebih ucapan Steff yang nemenin tidur itu mampu membuat Dara begidik ngeri. " Hei Dara...! Jangan bilang kalau kau lupa . kau ini adalah istriku …." ucapan Steff sukses membuat Dara berbalik dan mendelik ke arah lelaki itu.  "Dasar laki-laki sinting." guman Dara dalam hati. Dara mengedarkan pandangan ke sekelilingnya takut jika ada yang mendengar ocehan Steff. Pada akhirnya Dara merasa lega karena memang tidak ada orang lain disekitar mereka. Ternyata kelegaan Dara tidak bertahan lama pasalnya Steff sudah menariknya secara paksa. " Apaan sih?"  Dara meronta berusaha melepas tangan nya dari cekalan Steff. "Diam... Atau mau kugendong paksa keluar dari kantor ini." Dara masih saja menekuk wajahnya. Rasa kesal nya pada Steff tak bisa dia enyahkan begitu saja. Setelah adegan penarikan paksa tadi dan disinilah sekarang Dara berada, di dalam lift hanya berdua bersama Steff. Untung saja tidak ada karyawan lain yang memakai lift ini. " Ternyata kamu makin seksi kalau marah begini." Iya memang Dara marah dan kesal pada lelaki di hadapan nya ini karena dengan seenaknya dia memaksa Dara. Jujur saja Dara tidak begitu menyukai dengan orang yang bersikap otoriter, sama seperti Steff. Tanpa Dara sadari ternyata Steff sudah berdiri di hadapan nya. Dara mundur selangkah karena merasa tak nyaman dengan posisi Steff yang begitu dekat dengan nya. Tapi Steff justru kembali maju selangkah, begitu seterusnya hingga pada akhirnya punggung Dara menyentuh dinding lift. Dara sudah tidak bisa bergerak lagi karena tubuh besar Steff sudah menghimpitnya. " Mau apa kamu... Jangan dekat- dekat." Dara berusaha mendorong d**a Steff agar menjauh darinya. Kerja jantung Dara sudah tidak normal sejak aroma maskulin Steff menyusup ke indera penciuman nya. " Aku tidak suka dengan wajah cemberutmu itu. Mungkin kamu butuh sedikit vitamin biar kerutan di wajahmu ini pudar . " Belum sempat Dara menjawab bibirnya sudah dibungkam dengan sesuatu yang basah dan kenyal. Apalagi kalau bukan bibir seksi milik Steff. Dara melotot karena terkejut. Dara dapat merasakan jika lidah itu mulai menjilat dan melumat bibirnya. Ingin rasanya Dara berontak dan melepas kan diri, tapi tak bisa. Ciuman Steff mulai menuntut tapi Dara berusaha sekuat tenaga untuk tidak membalasnya. Dara masih sadar sedang berada dimana mereka sekarang. Hingga tautan bibir itu terlepas, Dara berusaha mencari oksigen sebanyak banyaknya. " dasar kurang ajar,lelaki m***m. " umpat Dara dalam hati yang sudah ingin dia lampiaskan pada Steff. Suara Dara tercekat kala mendengar ucapan Steff.  " manis." Dara menatap nyalang pada Steff. Kemarahan dan kekesalan nya semakin menggila. Baru dia akan mengeluarkan kata u*****n tapi sekali lagi Dara kalah telak dari Steff. Laki-laki itu justru menarik tengkuk Dara dan kembali mencium bibir Dara dengan rakus. Dihisapnya begitu kuat hingga tanpa sadar lenguhan keluar dari mulut Dara. Tak menyianyiakan kesempatan, lidah Steff membobol pertahanan Dara menjelajahi seluruh rongga mulut nya. Ciuman yang begitu panas hingga membuat Dara hilang kewarasan. Ting Lift berhenti dan bunyi dentuman disertai terbukanya pintu lift telah mengembalikan kesadaran Dara. Dengan tenaga yang masih dia punya, Dara mendorong Steff hingga ciuman mereka terlepas. Dara masih berusaha mengontrol nafasnya sementara Steff menyeringai penuh kemenangan. " Masih kuat jalan? Atau mau kugendong saja." Wajah Dara merah padam antara marah dan menanggung malu. Bisa-bisa nya Dara terlena oleh ciuman lelaki m***m itu. *** Dara masih kesal dengan Steffanus gara-gara kejadian di lift tadi. Untung saja tidak ada karyawan yang memergoki mereka. Jika sampai ada yang melihat kelakuan Steff di lift tadi mau ditaruh dimana muka Dara. Sesaat setelah pintu lift terbuka Dara segera meninggalkan Steff tak peduli laki-laki itu memanggil nama nya. Untung saja ada toilet yang akhirnya menyelamatkan Dara. Iya Dara mengurung diri di dalam toilet hingga dirasa Steff sudah pergi dari kantor barulah Dara keluar. *** Risa memijit pelipisnya. Dia terlalu pusing memikirkan putra tunggal nya. " Sampai kapan kamu akan seperti ini sama mama Steff." Risa mengambil foto berpigura yang terletak di atas meja kerjanya. Fotonya bersama Steff yang tampak bahagia. Foto itu diambil saat Steff masih kuliah. Mereka sedang berlibur berdua di Bali. Tok tok tok Suara ketukan pintu menyadarkan Risa. " Masuk." titahnya. Pintu terbuka dan muncul lah sosok Dara. Gadis yang sejak dua tahun ini menjadi sekretaris merangkap sebagai Asisten pribadinya. Dara adalah Gadis yang baik. Parasnya juga cantik. Oleh sebab itu dengan keyakinan jika Dara pasti bisa membawa Steff kembali kepadanya, Risa menjadikan Dara sebagai menantunya juga. Risa masih ingat saat dua tahun lalu setelah dia bertengkar dengan Steff dalam kondisi kalut menyetir mobil dari apartemen sang putra ingin pulang ke rumah. Karena banyak pikiran hingga dirinya tidak konsentrasi menyetir. Begitu tersadar tiba-tiba ada kucing yang menyebrang jalan karena terkejut dirinya membuang stir kekiri yang menyebabkan mobilnya menabrak trotoar. Kondisi nya tak terlalu parah sebenarnya tapi karena kecelakaan itu menyebabkan dia tidak bisa berjalan karena kakinya terjepit. Untung saja ada Dara yang menolong nya. Dara yang kebetulan sedang pulang dari mengajar di sebuah bimbel tak jauh dari tempat dimana ia kecelakaan, segera menolong dan membawa ke rumah sakit dengan menyetop sebuah taksi yang lewat. Dara juga yang dengan baik hati menunggunya di Rumah sakit dimana dia dirawat. Itulah awal pertemuan mereka. Setelah kejadian itu Risa mencari Dara ke tempat dimana gadis itu mengajar, menawari pekerjaan pada Dara sebagai sekretaris nya. Dara terlampau senang dan menerima tawaran itu karena tidak dapat dipungkiri jika Dara memang sedang membutuhkan biaya karena pekerjaan nya yang sekarang tidak memberikan banyak pemasukan baginya. Tak hanya itu Risa juga memintanya untuk tinggal di rumahnya karena Risa sering merasa kesepian jika berada di rumah sendirian. Kebetulan paviliun dirumah Risa kosong jadi bisa ditinggali oleh Dara. Dara adalah gadis yang sangat baik. Ayahnya telah lama meninggal sementara ibunya tinggal bersama kakaknya yang telah menikah. Berasal dari sebuah desa kecil di daerah Jawa Timur, Dara sedari kecil merupakan gadis mandiri, hingga dia lulus SMA Dara memutuskan untuk merantau. Kuliah sambil bekerja part time. Pernah menjadi seorang Sales Promotion Girl, guru les privat hingga dua setengah tahun yang lalu selepas dirinya lulus kuliah, Dara bekerja di salah satu tempat bimbingan belajar. Pertemuan nya dengan seorang perempuan yang bernama Risa dan memintanya untuk bekerja sebagai sekretaris pribadi membuat kehidupan Dara perlahan menjadi lebih baik. Dara masih mematung di depan pintu ruangan Risa. Bisa dilihat raut wajah perempuan yang merupakan atasan di kantor sekaligus ibu mertua nya ini tampak sedih. Pandangan matanya terfokus pada sebuah foto berpigura yang terletak diatas meja. Dara tidak bisa melihat foto siapa itu. " Dara, kenapa kamu masih berdiri di situ. Ayo kemarilah." Dara melangkah mendekat dan duduk di kursi di hadapan Risa. " Bu Risa, sebentar lagi meeting akan dimulai. Saya sudah menyiapkan semua file yang ibu butuhkan. Ehm... Maaf apa ibu sedang tidak enak badan. Saya lihat Bu Risa tampak pucat. " Risa mendongak menatap gadis cantik yang sudah dua tahun ini bekerja bersama nya. Gadis ini begitu perhatian terhadapnya. Segala keperluannya dengan sigap selalu Dara siapkan. Tidak salah Risa memilih gadis ini menjadi menantu nya. " Aku tidak apa-apa Dara. Hanya saja.... Ah lupakan. Oh ya apa kamu tadi bertemu dengan Steff. " tanya  Risa. Dara mengangguk. Teringat akan ciuman nya bersama Steff beberapa saat yang lalu membuat pipi Dara memerah. " Anak itu.... Aku tidak tahu sampai kapan akan bersikap seperti itu. Dia putraku satu -satunya. Putra yang selalu kubanggakan. Aku menaruh banyak harapan padanya. Tapi... Ah sudahlah. Memikirkan anak itu membuatku semakin pusing. Lebih baik kita ke ruang meeting sekarang. Ayo... " Risa beranjak dari duduk nya dan merapikan bajunya. Dara ikut berdiri dan berjalan menuju pintu keluar, membukakan pintu untuk Risa dan mempersilahkan untuk keluar terlebih dahulu baru setelahnya Dara menyusul berjalan di belakang Risa menuju dimana ruang meeting berada. Dara belum tau sepenuhnya tentang apa yang terjadi antara  Risa dengan Steff. Yang Dara tau kedua nya memang sedang terlibat konflik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD