TKOW 10

2070 Words
Peter yang tak sengaja melihat Anna dengan teman-teman wanitanya. Sengaja berbalik arah dan mengikutinya. Peter sempat kehilangan jejak, hingga dia menghubungi Axel. Dan Axel memberitahunya jika Anna sedang berkumpul dengan teman-temannta di sebuah klub. Peter yang melihat mobil Anna, terparkir di depan sebuah klub mewah di Paris membuatnya berhenti,dan masuk ke klub mewah tersebut. Peter mengedarkan pandangannya. suasana lampu klub yang remang-remang, aroma alkohol juga parfum yang menyengat, membuat Peter ingin muntah di tempat itu. apalagi saat melihat wanita-wanita berpakaian minim yang menatapnya dengan tatapan menggoda membuat Peter ingin segera keluar dari klub itu, jika tidak mengingat tujuannya untuk mencari keberadaan Anna. Seketika rahangnya mengeras saat melihat Anna sedang b******u dengan seorang pria dan sialnya, pria itu adalah pria bernama Luxander yang sudah menginjak-injak harga dirinya dan seorang badboy yang suka bergonta-ganti pasangan. Hingga Peter tak bisa menahan amarahnya dan mendaratlah satu pukulan di wajah Luke hingga api permusuhan semakin berkobar di antara mereka. "Peter apa yang terjadi pada Anna?" tanya Merry yang setengah berlari menghampiri Peter yang menggendong Anna ala bridal style. "Nanti kuceritakan Bibi. Sekarang tunjukkan kamarnya," ucap Peter dan Merry segera menunjukkan kamar Anna pada Peter. Peter meletakkan Anna yang sudah terlelap dalam mimpinya. kesadarannya sudah hilang sejak jatuh dari gendongan Luke. "Dia mabuk! Dan aku hampir saja membunuh pria itu," ucap Peter di hadapan Merry dan juga Axel yang sedang menunggu penjelasannya. "Astaga! Benarkah?" tanya Merry sambil menutup mulutnya. "Anna sudah keterlaluan! Aku akan menghukumnya!" Axel mengeraskan rahangnya. Bagaimana Anna bisa berbuat berlebihan seperti itu? Dia seorang perempuan, dan Axel sangat tidak terima jika tubuh putrinya harus dijamah pria-p****************g di luar sana. Cukup hidup istrinya dan wanita yang disayanginya yang hancur oleh pria b***t termasuk dirinya. Sejak pertemuannya dengan Merry, Axel mulai jatuh cinta dan memutuskan menikah dengan mMrry beberapa bulan kemudian, dan mulai belajar mengikis cintanya untuk Flower. "Pria itu, memberinya alkohol dengan kadar tinggi hingga Anna tidak sadarkan diri..." Peter menautkan jemarinya. Hari ini, tangannya sudah dua kali memberi pelajaran pada pria yang angkuh dan meremehkannya itu. "Merry, temani putrimu. Aku ingin bicara empat mata dengan Peter!" ucap Axel dan Merry pun pergi dari hadapan mereka. "Siapa pria itu, Peter?" tanya Axel dengan amarah yang saat ini dia tahan. Bisa-bisanya seseorang melakukan hal tidak senonoh itu pada putrinya dari penampilan Anna tadi, Axel tahu. jika Anna hampir saja kehilangan kehormatannya. "Dia, Luxander Michaell, paman. Pria yang mempermalukanku, juga dalang dibalik tragedi yang menimpamu malam itu," jawab Peter, yang khas dengan nada dinginnya. membuat Axel mengernyit bingung "Dari mana kau tahu semua itu, Son?" tanya Axel. Anak buahnya saja, belum tahu siapa yang sudah menyuruh bodyguard itu mengeroyoknya. Sedangkan Peter sudah tahu segalanya. "Semuanya berada dalam kendaliku, paman," jawaban Peter terdengar ambigu, singkat, tajam dan mengandung banyak maksud. Dan Axel semakin dibuat penasaran dengan pria muda di depannya itu. Axel menatap Peter takjub kecurigaanya semakin besar, tidak mungkin Peter hanyalah pria biasa mengalahkan lima bodyguard sendirian dengan begitu mudahnya, dan sekarang Peter sudah tahu siapa dalang tragedi yang menimpanya malam itu. "Jangan berpikiran yang tidak-tidak, paman. Aku hanya pria biasa yang beruntung karena kau beri tanggung jawab untuk memimpin di perusahaan sebesar itu," lanjut Peter semakin membuat Axel tersenyum takjub. Peter bahkan bisa membaca isi pikirannya. "Aku akan mencari tahu, siapa sebenarnya dirimu peter!" batin Axel dalam hati. Dan Peter hanya tersenyum tipis melihat tatapan Axel yang menunjukkan kecurigaan besar padanya. "Pria itu sangat mirip dengan ayahnya sama-sama licik dan arogan." Peter menelisik Axel tajam. Axel mengatakan hal tadi dengan raut wajah yang menunjukkan amarah dan penyesalan yang dalam. "Maksud, paman? “ "Ya, Peter. Ayahnya bernama ‘Alexander’ The king's of Paris. Dia juga b******k seperti putranya karena kekuasaaan mereka," lanjut Axel sambil menyandarkan punggungnya ke sofa. "Apa ada masalah di antara kalian?" “Ya... masa laluku dan pria b******k itu sampai saat ini masih membekas sangat dalam, Peter,” ucap aAel sambil menatap langit-langit ruangan dan tersenyum pahit. Ingatannya kembali pada little flower’nya yang dia cintai, dan tewas mengenaskan karena ulah seorang Alexander. "Nyawa di balas nyawa, dan kelicikan harus dibalas dengan kelicikan, paman," ucap Peter dan Axel meliriknya kilas kemudian mengangguk setuju. "Kau harus bisa mengalahkannya, Son!" Peter hanya mengangguk mendengar ucapan Axel."Ya, paman. Akan aku buktikan siapa yang akan lebih berkuasa di negara ini!" batin Peter dalam hati. "Jika boleh tahu, apakah tentang masalah kekuasaan, paman?” Axel menggeleng kuat, setetes air matanya mengalir di sudut matanya. tapi segera Axel hapus dengan ibu jarinya. "Tidak, Peter. Dia membuat wanita yang sangat aku cintai mati mengenaskan!" Axel menunduk kepalanya, mencoba menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca. Meskipun cinta Flower untuk Alex, tapi rasa cintanya tidak pernah hilang begitu saja, meskipun sekuat tenaga Axel mencoba menggantinya dengan mencoba mencintai Merry seutuhnya. "Maaf, paman, aku membuatmu sedih." "Tidak, Peter! Aku sudah mengalaminya selama 22 tahun lamanya dan aku sudah terbiasa," ucap Axel dengan nada sedih. Raut wajah terluka sangat nampak di wajah pria setengah baya itu. Peter menghela napasnya pelan, pria di depannya nampak sangat rapuh dan itu hanya karena seorang wanita dari masa lalunya. "Baiklah, paman, aku pamit. Sampaikan salamku pada bibi dan Anna!" ucap Peter beranjak dari duduknya dan pergi dari rumah Axel. **** Satu Minggu berlalu, Peter sedang mengayuh sepedanya seperti biasa di sekitar kawasan perumahannya. Jam masih pukul 03:45 pagi. Keadaan masih sangat sepi. Tentu orang-prang masih bergelung dalam selimut dan menikmati mimpi. Lalu pandangannya tertuju pada seorang wanita pengantar s**u yang selalu mencuci mobilnya selama 9 hari ini. wanita itu nampak kesusahan berjalan sambil membawa beban keranjang besar, yang berisi botol-botol s**u dan koran yang jumlahnya mungkin tersisa belasan botol. Peter tetap diam di atas sepedanya dan memperhatikan Jasmine dari jauh. "Wanita pekerja keras," katanya sambil mengayuh sepedanya pelan, saat melihat Jasmine masuk ke dalam halaman rumahnya. "Jadi dia berangkat sepagi ini?" batin Peter saat sampai di halamannya dan melihat Jasmine sudah mencuci mobilnya. Peter mendekat dan melihat Jasmine dari dekat. "kyaaaaakkk!" Jasmine kembali berteriak kaget melihat Peter yang menjulang tinggi di belakangnya. "Apa sudah menjadi kebiasaanmu menjadi hantu jadi-jadian, huh?" sungut Jasmine sambil mengusap keningnya yang berkeringat hingga busa-busa di tangannya menempel di rambut dan keningnya. peter tetap dengan ekspresi datarnya dan berjalan mendekat pada Jasmine. sehingga Jasmine sontak mundur. "Heyyy ... Apa yang kau lakukan?" ucap Jasmine dengan sikap waspada sambil terus melangkah mundur, sedangkan Peter tetap berjalan mendekat padanya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Jangan macam-macam atau aku akan memukul ... aaaaa ...." Jasmine menjerit saat kakinya tergelincir selang yang menumpuk di belakangnya. Tapi sebuah tangan kokoh hangat meraih pinggangnya. Embusan napas hangat dan teratur yang menerpa wajahnya, membuat Jasmine membuka matanya yang tertutup. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, pandangan matanya kembali terkunci oleh manik mata indah dan tajam di depannya. Selanjutnya, perbuatan Peter semakin membuat Jasmine mengerjapkan matanya tak percaya. Peter yang selalu bersikap dingin dengan kata-kata tajamnya dengan lembut, menyingkirkan busa-busa yang menempel di rambutnya dan memindahkan sedikit busa-busa itu, diujung hidungnya. "Dasar wanita ceroboh," ucapnya kembali dengan nada dinginnya. Kemudian meninggalkan Jasmine yang masih berdiri mematung. degh degh degh degh degh Jasmine belum beranjak, keterkejutannya tadi membuat otaknya beku, apalagi detak jantungnya yang berdetak cepat. "Cepat bersihkan mobilku!" teriak Peter dalam rumahnya hingga Jasmine kembali dalam kesadarannya. "Dasar pria gila ... sombong, belagu, menyebalkannn!" Peter yang mendengar teriakan Jasmine terkekeh pelan. Baru kali ini, ada wanita yang mengatainya pria gila dan sebutan aneh-aneh itu. Bahkan Jasmine terlihat sama sekali tidak takut dan terpesona padanya seperti gadis-gadis lain yang selalu menatapnya lapar. "Wangi bunga mawar seperti mommy," pikir Peter sambil melangkah ke dapur. Jasmine segera menyelesaikan tugasnya. jika di sini, Peter membuatnya harus berkeringat karena mencuci mobilnya. Dikantor, Peter malah semakin membuat Jasmine hampir tenggelam karena kekesalannya menghadapi Peter yang selalu menyuruhnya ini itu. tapi, Jasmine senang. karena di sini dia bisa bebas mengatai Peter sesuka hatinya. Jasmine pun pergi dari rumah Peter dan tak lupa meninggalkan notenya. keesokan harinya, setelah pulang dari kantor. Jasmine terbengong melihat sepeda baru yang terletak di depan rumahnya. Sepeda itu memiliki keranjang di depan dan boncengan yang juga dilengkapi keranjang barang. Sebuah kotak juga terletak di atas meja. jasmine membukanya, dan ternyata isinya kue dan kue itu sama persis dengan kue milik ibunya yang tertukar dengan milik Peter. "Happy bithdays for you'r mom Jasmine..!" l'm sorry Jasmine tahu siapa yang melakukan semua ini, dan besok pagi-pagi Jasmine akan mengembalikan sepeda itu pada Peter. Untuk kuenya, itu hak miliknya. Jasmine tidak mau seseorang mengasihaninya atau meminta maaf dengan cara yang dilebih-lebihkan. Meminta maaf itu mengucapkan ‘maaf’ dengan tulus bukan dengan memberikan barang seperti ini. sedangkan Peter yang menatap layar laptopnya kembali teringat percakapannya dengan nenek Jessy kemarin pagi. *Flashback on* Peter sedang mengancingkan kemejanya, hari ini dia akan bertemu dengan koleganya yang entah sudah keberapa sejak dia menjabat sebagai pemimpin di perusahaan itu. Peter juga tak menyangk sekretaris anehnya, ternyata cekatan. "Peter ... Peter...” suara nenek Jessy membuat Peter melangkah keluar dari kamarnya "Ada apa, Grandma?" tanya Peter setelah bertemu dengan nenek Jessy. "Aku membuatkanmu kue dan cokelat panas kesukaanmu," ucap nenek Jessy sambil menarik tangan Peter keluar dan Peter hanya menurut saja. Peter dan nenek Jessy sedang duduk di meja makan sambil menikmati kue buatan nenek Jessy. "Ini kue yang sangat lezat," ucap Peter membuat nenek Jessy tersenyum dengan pipinya yang sudah mulai keriput. "Lebih lezat kue ulang tahun yang kau berikan Peter ...” Peter menatap nenek Jessy, bingung dengan ucapannya. "Kue ulang tahun? Kapan, Grandma?" tanya Peter penasaran. "Ahh ... kau masih muda, tapi kau lebih pelupa dari ku Peter," goda nenek Jessy "Sepuluh hari yang lalu Peter, kau memberiku kue ulang tahun yang sangat cantik dan lezat," ucapnya sambil meminum teh panasnya. Peter mengerti apa yang sedang diceritakan nenek Jessy, karena masalah kue itulah dia harus berurusan dengan wanita aneh yang sedang dia beri pelajaran beberapa hari terakhir. "Apa Grandma, menemukan sesuatu di kue itu?" tanya Peter dan nenek Jessy mengangguk. Lalu mengambil note yang nenek Jessy simpan di atas lemari pendingin. "Ini, Son. Aku tidak bisa membacanya." Peter mengambil note itu dan membacanya. "Pantas saja, wanita aneh itu mengamuk, itu kue ulang tahun ibunya!" batin Peter "Nenek apa kau tahu alamatnya? Emm ... wanita aneh pengantar s**u itu?" tanya Peter membuat nenek Jessy tersenyum samar. "Dia tidak aneh, Peter. Dia sangat cantik seperti namanya, Jasmine!" ucap nenek Jessy menekankan kata-katanya. "dia tinggal di alamat ini," lanjut nenek Jessy menuliskan sebuah alamat. Meskipun nenek Jessy sudah tidak bisa membaca karena penglihatannya yang sudah terganggu. tapi, untuk menulis sebuah alamat wanita tua itu masih bisa dan berakhir Peter yang terkekeh melihat tulisan nenek Jessy yang sangat berantakan. “jangan menertawakanku, Peter,” sungut nenek Jessy "Baiklah Grandma. Aku minta maaf. Aku pergi dulu,” ucap Peter sambil menghabiskan cokelat panasnya. "Peter kau membuat kesalahan,” maki pada dirinya sendiri sambil memasuki mobilnya. *flashback off* **** Hari masih sangat pagi tetapi jasmine sudah mengayuh sepeda yang diberikan Peter cepat, setelah mengantar beberapa pesanan susunya. Setelah sampai di depan rumah Peter, ia pun mengetuk pintunya sangat keras. ‘Tok tok tok!’ “Peter buka pintunya!” Peter yang sudah bersiap untuk melakukan aktivitas rutinnya bersepeda, segera membuka pintu saat mendengar ketukan di luar rumahnya. "Ada apa?" tanya peter sambil mengusap bekas cokelat di sudut bibirnya. "Aku kembalikan pemberianmu!" ucap Jasmine dengan napas memburu di depan Peter. "Kau tidak suka? atau kurang mahal hmm?" ucap Peter sambil menunjukkan smirknya. Ucapan Peter, membuat Jasmine mendengus kasar. Dia tidak menyangka semua orang akan menilai pemberian seseorang dari harganya. "Kau sangat sombong! Apa kau kira semuanya bisa dibeli dengan uang, huh!" teriak Jasmine, dia sudah sangat kesal dan tidak bisa menahan amarahnya. "Jangan munafik terima saja! Aku tau kau sudah tidak punya sepeda dan tidak mampu membelinya! " ucapan Peter yang dingin dan juga terkesan merendahkan Jasmine. Membuat Jasmine melayangkan satu tamparan di pipinya. "Plakkk....!” “Dasar berengsek !” Suaana menjadi hening sejenak hanya suara tamparan itu yang terdengar jelas di pagi buta yang hening itu. "jangan kau pikir, karena aku wanita miskin kau bisa mengasihani dan menghinaku!" setetes air mata Jasmine jatuh di depan Peter. Peter sangat merendahkannya hanya karena Peter memiliki segalanya, Peter bisa menghinanya sesuka hatinya. "Aku tidak butuh pemberian dari pria sombong dan angkuh sepertimu. Lebih baik kakiku patah karena berjalan, daripada harus memakai pemberian dari pria b******k sepertimu!” meskipun Jasmine mengucapkannya dengan berteriak, dan menunjukkan ketegarannya, tapi air matanya luruh begitu saja tampa bisa dia cegah. Jasmine membalikkan tubuhnya, tapi sebuah tangan kokoh melingkari perutnya dan menariknya hingga jasmine menabrak d**a bidang di depannya. "Maafkan aku, Jasmine!"  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD