Part 27

1471 Words
Hari libur yang Luna kira akan berakhir dengan sangat menyenangkan dan membahagiakan, nyatanya tidak seperti itu. Tapi justru sangat berbanding terbalik dengan harapannya. Niat awal ingin bersantai - santai ria, menghabiskan hari dengan tidur, dan mengurung diri di dalam kamar. Nyatanya ia harus berada di luar rumah untuk menemani sahabat tercintanya. Nyatanya ia justru pulang dalam keadaan capek luar biasa. Delapan puluh persen kegiatannya tadi adalah berjalan dan berlari. Tak hanya itu, Luna juga pulang dengan membawa beban pikiran. Memikirkan tentang bagaimana harinya hari ini, tentang sikap dan perlakuannya terhadap Leo. Sebenarnya niat awalnya untuk menjahili Leo adalah untuk membalas dendam. Mengingat laki - laki itu selalu saja mengganggunya dan membuatnya kesal. Laki - laki, yang sudah ia deklarasikan sejak dulu sebagai laki - laki yang ia benci dan harus ia jauhi. Apalagi dia merupakan seorang laki - laki yang memiliki sifat playboy. Yang hobinya menggombali para gadis, dan memiliki banyak gebetan atau bahkan mungkin pacar. Salah satu sifat laki - laki yang paling ia benci. Jadi di saat Luna menemukan sebuah kesempatan, ia berusaha untuk mempergunakan kesempatan itu dengan sebaik - baiknya. Seperti halnya tadi, di saat Leo berhutang maaf padanya. Luna pergunakan kesempatan emas itu untuk mengerjainya. Mengajukan persyaratan yang isinya Luna tebak sangat menyulitkan laki - laki itu. Memintanya untuk melakukan hobinya, namun dengan target yang tak terduga. Yang akan meninggalkan efek kenangan yang tak terlupakan. Dan berhasil! Terbukti dengan Leo yang baru di target pertama saja ia sudah menyerah. Apalagi di target kedua. Luna yakin betul bahwa laki - laki itu akan mendapatkan sensasi yang luar biasa. Panik, tertekan, kegelian, dan mungkin saja merupakan mimpi buruk yang akan sulit laki - laki itu lupakan. Pada awalnya, Luna sangat senang luar biasa saat mengetahui bahwa rencananya itu berhasil sesuai harapan. Apalagi saat dlihatnya Leo terlihat sangat tertekan, bahkan seperti membenci hobinya sendiri. Luna merasa menang dan senang bukan kepalang. Namun entah kenapa, saat kedua sahabatnya sudah mengkritik tindakannya, saat dilihatnya Leo terlihat sangat kesal bahkan melihat dan berbicara padanya saja pun enggan. Luna sadar bahwa tindakannya itu sudah berlebihan. Baru target kedua saja, Leo terlihat sudah tak sanggup, sangat keberatan, dan menganggapnya sudah berlebihan. Apalagi sampai target ke sepuluh? Mungkin Luna bukan hanya dianggap sudah berlebihan, tapi juga tak berprikemanusian. Memikirkan itu rasanya menyebalkan sekali! “Ada - ada aja sih hari ini. Udah capek fisik, capek pikiran lagi!” ucap Luna sesampainya ia di dalam kamar, seraya menjatuhkan tubuhnya ke sofa empuk favoritnya. “Hahaha, ada lucunya juga ternyata. Awalnya dia yang berhutang maaf, eh sekarang aku yang gantian berhutang maaf,” ucapnya seraya sesekali terkekeh pelan. Membayangkan bagaimana lucunya kenyataan yang ia alami saat ini. “Apa aku harus ikutin pendapat Ana dan Clarissa ya untuk minta maaf langsung sama dia? Ih tapi ogah! Males banget. Kalau dia ikutan balas dendam gimana? Yang bisa aja lebih parah dari apa yang aku lakukan tadi. Kalau gitu sama aja aku masuk ke lubang buaya nggak sih? Malah jatohnya nanti nyengsarain diri sendiri. Si ikan lele itu kan jahilnya minta ampun. Kayaknya kalau pun aku mutusin buat minta maaf, dia nggak akan semudah itu deh maafin aku,” ucap Luna mengungkapkan isi pikirannya. “Ah! Bodo ah! Pusing mikirinnya. Gimana nanti aja deh. Sekarang mending tidur!” Luna berucap kesal kemudian langsung bangkit berdiri untuk berjalan menuju kasur empuknya. Namun di saat gerak langkahnya akan melewati kaca super panjang kali lebarnya, si gadis tomboy itu terkekeh pelan seraya menggeleng - gelengkan kepalanya. Menertawakan tingkah laku dan keadaan dirinya sendiri saat ini. “Ya ampun. Luna, Luna. Masa karena satu masalah aku sampe jadi pelupa gini. Belum mandi, belum sholat, udah mau tidur aja. Badan udah lengket plus bau matahari kok masih nyaman - nyaman aja sih?!” Di saat ia menatap pantulan dirinya di cermin, Luna baru sadar kalau ternyata ia belum siap untuk langsung tidur. Masih ada beberapa tugas yang harus ia jalani agar ia bisa segera tidur, yaitu membersihkan diri dan menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim, menunaikan ibadah shalat fardhu. Sadar akan hal itu, dan sudah merasa tak sabar untuk segera merebahkan diri dan tidur, tanpa perlu membuang - buang waktu lagi Luna langsung berlari menuju ke kamar mandi. Membersihkan diri dengan kekuatan supernya agar bisa mandi dengan cepat namun tetap bersih, kemudian diakhiri dengan mengambil air wudhu sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Seperti halnya dengan tadi, setelah keluarnya Luna dari kamar mandi ia dengan segera membentangkan sajadahnya menghadap kiblat. Mengambil mukena kemudian langsung mengenakannya dengan rapi. Dan tanpa berleha - leha lagi, setelah dirasa semua auratnya sudah dalam keadaan tertutup, arah berdirinya sudah menghadap ke arah kiblat, dan sudap merasa siap untuk menunaikan kewajibannya Luna langsung memulai kegiatan shalatnya. Melaksanakannya dengan penuh kekhusyuan kemudian merapalkan semua doa dan keinginannya. “Nah.. sekarang baru udah siap. Udah bersih juga. Mau langsung tidur atau mau rebahan sambil mai hp-an pun nggak masalah,” ucap Luna riang seraya mulai merapikan seperangkat alat sholatnya dan kembali menaruhnya ke tempat semula. Menatap tempat tidurnya dengan penuh binar, Luna melangkah pasti dengan tangan menggenggam erat ponsel pintarnya. Merebahkan diri dengan nyaman di atas kasur empuknya, kemudian memutuskan untuk memeriksa isi ponselnya. Siapa tahu saja ada hal penting atau ada pesan masuk yang belum sempat ia baca dan jawab. “Pesan masuk dari nomor nggak dikenal?” ucapnya pelan kemudian langsung membukanya dan membaca isinya dengan pelan. Tanpa perlu menerka - nerka lagi apa isinya. Tertulis di sana, (Hai, Cantik. Selamat malam. Bagaimana kabarmu hari ini? Di hari Minggu, yang aku tebak adalah hari favoritmu, apakah harimu menyenangkan? Aku harap dan ku doakan semoga iya adalah jawabannya. Karena melihat, mendengar, dan mengetahui kalau kamu bahagia dan merasa senang merupakan salah satu sumber kebahagiaan aku. Mmm, apakah kamu ingin tau bagaimana hariku hari ini? Hahaha, rasanya aku tidak akan tau jawabannya karena kamu pun sepertinya tidak berniat untuk membalas pesan ini. Akan kuberi tau saja ya kalau begitu. Cantikku, hariku hari ini rasanya amat sangat panjang. Sungguh melelahkan hati, fisik, dan juga pikiran. Seharian ini aku capek banget. Hari libur bukannya istirahat dan bersenang - senang, tapi ada aja halangannya. Bahkan rasanya besok aku ingin mengurung diri saja seharian di dalam kamar saking capeknya. Ingin tidur sepuas - puasnya. Oh ya, kamu pasti belum tau kan kalau aku ini hobi sekali dengan yang namanya tidur? Hehe, iya! Aku tau kok itu kurang baik. Kamu tenang aja, perlahan kebiasaan burukku itu sudah mulai aku rem dan berhasil mengendur kok. Berganti dengan hal positif yang membuatku menjadi pribadi yang lebih positif. Mempunyai harapan untuk bersanding denganmu, tentunya aku harus menjadi pribadi yang baik, selalu positif, dan pekerja keras bukan? Hehe. Aku jadi curhat deh. Maaf ya. Semoga aja kamu nggak terganggu dengan ini. Mmm, kayaknya isi pesanku juga udah kepanjangan ya? Maaf lagi deh kalau gitu, hehe. Mmm, sebagai penutup aku cuma mau bilang, selamat tidur ya.. selamat beristirahat, dan semoga mimpi indah. Kalau kamu mau mampir ke dalam mimpiku, jangan sungkan ya!.. silakan.. karena dengan senang hati aku akan menjamu dirimu layaknya seorang ratu. Dadah, cantikku.) Luna menggeleng - gelengkan kepalanya setelah membaca isi pesan itu. “Hahaha. Ini orang ada - ada aja sih. Pake acara curhat segala lagi. Tapi kalau dipikir - pikir lucu juga. Terima kasih untuk kamu, karena tanpa kamu sadari isi pesanmu ini telah berhasil menghibur dan mengisi malamku hari ini,” ucap Luna seraya memandangi isi pesan tersebut, dengan seulas senyum kecil yang meskipun begitu membuatnya terlihat manis. Tapi itu tak berlangsung lama. Luna kembali menarik senyumannya dan menggantinya dengan raut wajah datar, saat kesadarannya kembali dengan maksimal. “EH EH EH. Kenapa aku tadi begitu? Pake acara senyum - senyum segala lagi. Kamu harus inget lho, Lun! Dia itu laki - laki. Makhluk yang kamu benci dan seharusnya kamu hindari. Bukannya malah kesenengan sendiri setelah baca isi pesannya. Apa kamu nggak sadar? Sekarang itu dia sedang berusaha untuk mengambil hati kamu dengan kata - kata manisnya. Ujung ceritanya juga udah ketebak. Nanti di saat kamu udah jatuh ke dalam perangkapnya, palingan juga kamu ditinggalin sama dia. Sama aja kayak apa yang dilakukan Ayah ke Mama. Semua laki - laki emang sama aja!” “Lagian ini siapa sih? Nggak ada bosen - bosennya apa hampir tiap hari ngirim pesan? Aku bales pesannya aja juga nggak. Kok ini orang nggak ada kapok - kapoknya? Heran banget deh.” Luna kembali menggeleng - gelengkan kepalanya. “Duh.. Udah ah! Kok jadi mikirin yang nggak jelas sih? Mending tidur aja deh!” Tak ingin kembali diganggu, oleh siapa pun dan juga oleh apa pun. Membuat Luna langsung mematikan ponselnya, kemudian menaruhnya di atas nakas. Rasa kantuk yang juga sudah mulai hadir menyapa, membuatnya memutuskan untuk langsung tidur saja. Selamat malam dan selamat istirahat, terima kasih Luna ucapkan untuk hari ini yang telah memberinya banyak kenangan. Luna harap semoga hari esok lebih baik dan lebih menyenangkan dibandingkan dengan hari ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD