Part 14

1232 Words
Luna tiba di rumahnya tepat pukul setengah sepuluh malam. Jalan raya yang relatif renggang dan lancar, membuatnya cepat sampai di rumah. Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan aman di halaman depan rumahnya, Luna bergegas masuk untuk segera beristirahat. Seharian berada di luar rumah dengan segala huru-hara yang terjadi, yang tak ia sangka-sangka sebelumnya membuat Luna merasa lelah dan ingin segera beristirahat. Mungkin itu yang dinamakan capek badan, hati, dan pikiran. “Baru pulang, Lun?” Mendengar suara sapaan sang Mama yang ditujukkan untuknya, membuat Luna yang pada awalnya hendak bergegas masuk menuju kamar tidurnya membelokkan arah tujuannya. Menuju sumber suara yang ternyata berasal dari ruang televisi. “Ehh.. ada Mama. Iya Luna baru pulang. Mama belum tidur?” Dan setelah sampai di sana, Luna menemukan sang Mama dan sang Adik sedang menonton televisi. Luna pun balik menyapanya dengan ramah. “Udah tau masih melek kok malah nanya Mama belum tidur? Sekali liat aja udah ketauan keles kalau Mama emang belum tidur. Aneh banget sih, Kak, jadi orang. Kalau mau basa-basi tuh cari yang nyambung lah.. yang masuk akal.. yang relevan dengan keadaan. Jangan justru main asal nyamblak aja. Dipikir dulu mateng-mateng!” jawab Angga mencibirnya, lengkap dengan ekspresi julidnya yang begitu sangat menjiwai. Membuat Luna yang mendengar sekaligus melihat bagaimana sang Adik mengucapkannya berkeinginan untuk menenggelamkannya di rawa-rawa. “Astaghfirullah, Dek. Itu mulut julid banget sih. Mau Kakak kasih sambel nggak biar makin panas sensasinya? Lagian ya terserah Kakak dong mau kayak gimana basa-basinya. Orang pertanyaan kayak gitu pasaran kok. Bukan Kakak aja yang ngomong. Awas aja kalau kamu kemakan omonganmu sendiri. Kalau sekali aja Kakak denger kamu ngomongnya nggak nyambung, nggak masuk akal, nggak relevan dengan keadaan, Nggak kamu pikirin dulu secara mateng-mateng, Kakak hukum kamu! Kayak yang kalau ngomong nggak pernah asal nyablak aja!,” ucap kesal Luna seraya menatap sang Adik dengan pandangan tak sukanya, seperti seseorang yang sedang menatap musuhnya. Yang diakhiri dengan melemparkan beberapa buah bantal sofa ke arah muka sang Adik dengan penuh semangat bahkan sesekali terlihat brutal. “Aduh, Kak.. sakit tau! Ini muka ganteng aku lama-lama bisa cidera kalau dilemparin terus sama Kaka!” ucap sang Adik seraya menatap kesal ke arah Luna. “Suruh siapa berani cari gara-gara sama Kakak?! Rasain! Ganteng? Ganteng dari Hongkong! Cidera, cidera deh sekalian!” “Udah, udah. Mama yang liatnya aja capek apalagi kalian yang jalanin. Kamu dari mana, Sayang? Tumben nggak ngabarin Mama,” ucap sang Mama yang berhasil menyudahi aksi perang Kakak beradik itu. Dengan Luna yang memang sejak awal sudah merasa capek semakin merasa capek. “Hehe. Luna lupa, Ma. Maaf. Tadi tuh ada problem sedikit jadi kelupaan deh. Luna dari cafe, Ma. Biasa.. Nongki-nongki cantik bareng Ana dan Clarissa,” jawab Luna tak enak hati, seraya menatap sang Mama dengan tatapan merasa bersalah. “Problem, problem. Sok bisa bahasa Inggris kamu, Kak,” ucap Angga kembali mencibirnya. “Diem kamu! Kakak bisa lah bahasa Inggris. Dari dulu kalau ujian bahasa Inggris selalu aman kok nilainya. Emangnya kamu? yang selalu di remedial tiap ulangan bahasa Inggris?! Lain kali kalau mau julid sama orang, ngaca dulu! Kan malu kalau ternyata salah sasaran. Jatuhnya malah ngejulid-in diri sendiri ye, kan? Wkwkwk,” balas Luna yang berhasil membuat Angga langsung terdiam di tempatnya. “Ish, nyebelin banget!” “Suruh siapa cari gara-gara? Wleee!” Luna berucap yang diselingi dengan aksi menjulurkan lidahnya seraya menatap sang Adik. “ya udah, Ma. Luna langsung ke kamar ya? Pengen cepet-cepet istirahat aja rasanya. Badan juga udah lengket banget. Pengen buru-buru mandi terus langsung tidur deh,” lanjutnya seraya berpamitan kepada sang Mama. Mengecup singkat pipi sang Mama dengan penuh rasa sayang, kemudian berbalik badan dan mulai melangkah menuju pintu kamar tidurnya. “Nice dream, Dear..” “Nice dream, Maa.” Setelah sampai di dalam kamar kesayangannya, Luna langsung merebahkan dirinya di sofa panjang tak jauh dari kasurnya. “Akhirnya ini punggung bisa rebahan juga. Nikmat banget deh rasanya,” ucapnya senang yang kemudian mulai mengaktifkan paket datanya. “Rebahan sambil youtube-an kayaknya mantap. Perpaduan yang pas!” lanjutnya, berniat untuk menonton video-video lucu di youtube sambil rebahan. Luna akui, ternyata menonton sambil merebahkan diri di sofa yang sangat empuk adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan. Bahkan saking asyik dan menikmatinya, tanpa sadar ia telah melakukan hal itu selama satu jam lamanya. Waktu pun tak terasa sudah menginjak pukul sebelas malam lebih. Sudah akan berganti hari. Ternyata, kesenangan memang sungguh sangat melenakan ya? “Aduh! Udah jam segini aja. Niat awal nyampe rumah mau langsung tidur, istirahat. Eh.. Realitanya malah udah jam segini masih belum bersih-bersih. Apalagi tidur?! Wkwkwk. Udah ah nggak usah mandi. Cukup bersih-bersih, terus ganti baju tidur. Langsung cus tidur deh abis itu,” ucap Luna yang harus kembali menata rencana. Mengingat ia saat ini sudah melenceng cukup jauh dari rencana awal yang dibuatnya sendiri. Namun.. Baru saja Luna hendak menaruh ponselnya, lalu bangkit kemudian bergegas melaksanakan kegiatan rutinnya sebelum tidur. Sebuah notifikasi pesan masuk muncul dan terpampang nyata di layar lockscreen ponselnya. Luna sampai berdecak sebal melihatnya. “Ckk. Apalagi coba. Ayolah.. aku pengen cepetan tidur!” Sebetulnya Luna bisa saja berbuat abai, dan hanya fokus terhadap misinya untuk segera tidur. Tapi mengingat tingkat keingintahuan serta penasarannya yang cukup tinggi. Dari pada ia tak tenang dan selalu kepikiran saat menjalani rutinitas malamnya, mau tau mau, suka tidak suka, Luna pada akhirnya kembali membuka ponselnya. Mencari tahu notifikasi apa yang baru saja masuk. “Ternyata ada pesan masuk. Tapi siapa ya yang malem-malem gini kirim pesan ke aku?” Karena semakin merasa penasaran, Luna pun langsung membuka pesan tersebut. Kemudian membaca isi pesannya dalam diam. +628xxxxxxxxxx (Hai, Cinta! Bagaimana harimu hari ini? Menyenangkan, atau justru sebaliknya? Aku harap pilihan pertama adalah jawaban yang kamu pilih dan rasakan saat ini. Ya, aku harap begitu. Cukup hariku saja yang tampak mendung karena tidak adanya sinar senyuman darimu. Kamu jangan! Oh ya, Cinta.. Setelah aku pikir-pikir lagi, rasanya tak apa sih bila harimu hari ini sama seperti hariku hari ini. Bukankah itu artinya kita sehati? Wkwk. Dan untuk menutup hari ini, aku punya penawaran khusus untukmu. Yang jika kamu setujui, harimu hari ini yang mungkin saja sudah sempurna, akan bertambah sempurna. Dan jika sebaliknya, mari kita sempurnakan bersama! Sebentar lagi aku akan berlayar ke alam mimpi. Ikutlah bersamaku. Mari kita berlayar bersama. Menikmati luasnya lautan biru, sejuknya udara, kicaun burung-burung yang berterbangan seraya bersenandung ria di atas kapal kita, dan indahnya pemandangan. Percayalah.. pasti akan menyenangkan! Jadi, maukah kamu? Ikut berlayar bersamaku? Jika iya, datanglah ke mimpiku. Kan kubuka lebar pintunya hanya untukmu.) “Ini si Angga bener-bener deh! Masih aja ngirimin yang beginian. Cinta, cinta.. Itu anak padahal tau betapa nggak sukanya aku akan hal itu. Aku akui cukup romantis sih kata-katanya. Mungkin para gadis lain di luar sana akan seseneng dan sebahagia itu ketika dapet pesan ini. Tapi aku nggak! Bukannya baper, senyum-senyum nggak jelas sendiri, aku sekarang malah kegelian dan nggak mood buat ngapa-ngapain! Kayaknya si Angga butuh dikasih pelajaran ini. Didiemin bukannya berhenti, bukannya justru ngerasa kapok, malah makin - makin lagi tingkahnya. Malah makin semangat! Awas aja, Ngga! Kakak kerjain balik kamu,” ucap Luna setelah ia selesai membaca isi pesan tersebut. “Tapi tunggu. Ini beneran si Angga apa bukan ya? Kalau iya sih yo wes. Nggak masalah. Tapi kalau bukan, salah sasaran dong namanya. Jatohnya malah nyiksa anak orang yang nggak bermasalah. Adik sendiri lagi. Berarti aku harus mastiin dulu dia ini siapa!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD