Sedari di dalam toilet, Ari berusaha untuk tidak muntah. Tapi, tetap saja perutnya seperti diaduk-aduk sampai duduk di atas kloset dengan lemas. Ari mengusap bekas air liurnya dengan tisu. “Dia kurang ajar sekali. Bisa-bisanya dia buat aku sampai lemas begini.” Deru napas Ari semakin melemah. Semenjak kecil, dia bahkan pernah pingsan karena saking tidak kuat dengan baunya. Namun, setelah menginjak usia remaja hingga kini Ari masih dapat menahannya meski kepala pusing jadi sasarannya. “Domes? Lama amat di toiletnya?” “Domes? Katanya mau rawat aku?” Mendengar ocehan dari istrinya, Ari pun segera membasuh wajahnya agar tidak terlihat masam. Dia mengedip-ngedipkan kedua matanya agar terlihat segar bugar seperti sedia kala. Jemarinya membuka pintu toilet. “Ada apa lagi?” Rheana menengad