Bucin Akut

1312 Words
Bucin boleh, g****k jangan ******* Took ...toook ! Kaca mobil Luis kembali diketuk oleh Fara. Kali ini dengan sangat tidak sabaran. Pintu mobil dibuka perlahan, dan keluarlah Luis dari dalam mobil sambil tersenyum manis pada Fara. Loh, kemana Jane ? “Sayang ...,” panggil Luis lembut pada Fara. “Kenapa lama sekali ?” tanya Fara sambil melipat tangan di d**a, dengan wajah kesal Luis ingin memeluk Fara sebagai tanda permintaan maaf, tapi tentu saja tidak bisa, karena Fara tidak suka itu. Sedangkan Gabi, sahabat Fara, yang datang bersama Fara, hanya menatap datar pada dua sejoli tersebut, sambil mencebik yang tentu saja tidak diperhatikan oleh Luis maupun Fara. “Maaf, aku tadi sedang menerima telepon dari Mama, sehingga agak lama membuka pintu.Kamu tahu sendiri, jika Mama tidak suka diabaikan, sama sepertimu.” Lagi-lagi Gabi mencebik mendengar alasan Luis. Karena dia tahu, kalau Fara yang super bucin, akan percaya begitu saja. “Oh ... Mama bilang apa ? kapan Mama kemari ?” tanya Fara antusias dan langsung membuang rasa kesal yang sempat bercokol karena Luis lama membuka pintu mobil. Ternyata tebakan Gabi benar, jika Fara dengan mudah, percaya pada perkataan Luis. Padahal Gabi sangat curiga pada gerak-gerik Luis, yang sepertinya menyembunyikan sesuatu. Entah kapan, dirinya bisa membuktikan pada Fara, jika Luis tidak sebaik yang dipikirkan oleh Fara. “Mama akan datang dua hari lagi, tapi, sebenarnya aku enggak boleh bilang sama kamu, tapi malah ketahuan deh,” ucap Luis sambil melemparkan senyum yang begitu manis untuk Fara. “Hehe, enggak apa-apa aku tahu, sehingga aku bisa menyiapkan jamuan serta mengosongkan waktuku untuk menemani beliau,” balas Fara tersenyum manis, membayangkan perjumpaannya dengan calon mertua yang selalu bersikap ramah padanya tersebut. “Aku memang tidak salah pilih, hal ini yang membuat Mama sangat menyayangimu. Berbeda sekali dengan perlakuannya pada Istri dari kak Tegar, yang tidak tahu cara membuat Mama senang,” ucap Luis membandingkan Fara dan kakak iparnya, yang memang selalu membuat calon mertua Fara senewen. Fara hanya tersenyum menanggapi dan tidak berkomentar apapun, karena ia memang tidak suka mencampuri urusan orang lain, apalagi urusan rumah tangga orang lain. “Eh ... kamu sama Gabi mau makan siang juga ?” tanya Luis berbasa-basi sambil melirik ke arah Gabi, dan memberikan senyum manis untuk sahabat dari kekasihnya tersebut. Gabi membalas dengan senyum sekedarnya saja. “Iya, dan kebetulan banget kita jumpa disini,” jawab Fara sambil menatap sayang pada kekasihnya tersebut. “Hehe, itu yang dinamakan jodoh.” Luis membalas tatapan Fara, tidak kalah manisnya. “Oya, kalian masuk saja dulu, aku mau telepon Mama lagi. Sebentar saja, karena tadi aku mematikan panggilannya karena kamu terus mengetuk kaca mobil,” ucap Luis yang dibalas anggukan Fara, lalu segera mengajak Gabi untuk masuk ke dalam restoran. Begitu Fara dan Gabi pergi, Luis segera menyuruh Jane, yang sedari tadi bersembunyi, untuk keluar dari mobilnya. Luis menyuruh Jane untuk pulang dengan menggunakan taxi online yang sudah dipesan oleh Luis. “Kalau pergi bersamaku, jangan gunakan mobil pemberian mak lampir itu !” kesal Jane pada Luis sebelum berlalu. Walau Jane akui, jika mobil pemberian Fara, adalah mobil terbaik, dan bisa dijadikan ajang pamer. Jane pergi dengan perasaan marah dan juga benci yang semakin menggunung pada Fara. Keinginan Jane adalah, bisa memiliki Luis seutuhnya, untuk dirinya sendiri. Tapi, dia juga tidak boleh bertindak bodoh, atau Luis akan meninggalkannya. Tujuan mereka adalah, bisa menguasai seluruh aset milik Fara, sehingga saat ini, Jane benar-benar harus terus mengalah, hingga tujuan mereka tercapai. ****** Dua hari kemudian, Mama Luis benar-benar datang untuk bertemu Fara. Sebenarnya, Fara ingin sekali mengenalkan Mama Luis pada kedua orang tuanya, tapi dirinya juga masih membujuk Papi agar mau membuka hatinya untuk menerima Luis sebagai menantu. Karena sampai saat ini, Papi masih saja bersikap dingin pada Luis, walau tidak menentang hubungan mereka. Karena Papi tahu bagaimana Fara, yang akan nekat jika keinginannya ditolak. Fara adalah satu-satunya anak mereka, sehingga apapun keinginannya tidak pernah mendapat penolakan. Dan itu berimbas hingga saat ini. Entah kapan Fara akan berubah, kedua orang tuanya selalu mendoakan itu. “Aduh ... mantu kesayangan Mama, makin cantik saja.” Mama Luis segera memeluk Fara begitu mereka bertemu. “Mama bisa saja, malah aku lihat, Mama yang makin cantik dan juga segar,” ucap Fara yang membuat senyum merekah dari bibir Hesti, Mama Luis. “Aduh ... calon mantu Mama, memang sangat pintar sekali membuat hati mama bahagia. Tidak seperti Mirna, istrinya Tegar. Hanya membuat darah tinggi Mama selalu kumat,” ucap Hesti, sambil tertawa lepas. Sedangkan Fara, hanya mendengarkan saja tanpa berkomentar. Fara sudah memesan dan merancang makan siang yang menyenangkan untuk calon Ibu mertuanya. “Permisi.” Saat tengah makan siang, keceriaan mereka sedikit terusik dengan kedatangan seseorang. “Oh ... Jane, bagaimana kamu bisa ada disini ?” tanya Fara pada sekretaris Luis tersebut. “maaf Ibu Fara dan Pak Luis, kebetulan saya sedang makan siang bersama teman, dan tidak sengaja melihat Bapak dan Ibu. Tapi sayang, teman saya buru-buru pergi karena ada urusan, sehingga saya makan siang sendiri,” jawab Jane pada pertanyaan Fara. “Dia ini, siapa ?” Tanya Hesti, seperti pernah melihat wanita itu sebelumnya. Dia mencoba menggali ingatannya, dimana pernah melihat wanita yang saat ini berdiri di dekat kursinya. “Oh, perkenalkan, saya Jane, sekretaris Pak Luis.” Belum sempat Fara membuka mulut untuk menjawab, Jane sudah terlebih dahulu mengulurkan tangan dan menjawab pertanyaan Hesti, Mama Luis. Fara tampak kesal, tapi menutupinya dengan senyum manis. Jane masih berdiri disana sambil melirik ke arah Luis, berharap Luis mempersilahkannya untuk makan siang bersama. “Hmmm ... kalau tidak ada hal yang penting, apa kamu bisa kembali meja mu,” ucap Fara pada Jane yang segera sadar, lalu berpamitan untuk kembali ke mejanya, sambil melirik kesal ke arah Luis. Fara tersenyum, lalu mempersilahkan Mama Luis untuk melanjutkan makan siang yang sempat terintrupsi kehadiran Jane. Fara berpamitan hendak ke toilet pada Mama Luis. “Haris, siapa Jane ? kamu enggak main di belakang Fara, ‘Kan ?” tanya Hesti pada putranya setelah Fara sudah jauh. “Aduh Ma, namaku Luis, aku tidak suka Mama panggil Haris. Bukankah aku sudah sering bilang, panggil Luis, bukan Haris, tapi kenapa Mama selalu saja memanggilku dengan nama kampungan itu.” Bukannya menjawab, Luis malah kesal karena Mamanya memanggil dirinya dengan nama depan, pemberian dari Kakeknya tersebut. Nama panjang Luis adalah, Haris Luis Ragnala. Tapi Luis tidak suka dipanggil Haris. “Iya, Mama refleks, walau Mama juga tidak suka sama nama depan kamu itu. Nama pemberian orang tua bodoh itu,” ucap Hesti pada putranya. “Jadi, jawab pertanyaan Mama. Ada hubungan apa kamu sama sekretarismu itu, karena Mama pernah lihat Fotonya di ponsel kamu.” Hesti menatap Putranya dengan tatapan sengit. Apalagi, tadi, ia sempat melihat Jane yang yang melirik Luis dengan lirikan yang sangat berarti. Luis diam, malas berdebat dengan Mamanya. “Kamu jangan bertindak bodoh ! walau Fara itu tidak normal, tapi dia sumber keuangan kita. Mama tidak mau rencana kita gagal, karena kamu tidak bisa menahan nafsu !” ucap Hesti sengit, pada Luis yang masih saja diam. Percuma berdebat, karena Luis tahu, jika dirinya yang akan kalah. Makan siang hari itu, ditutup dengan Fara yang mengajak Hesti untuk belanja. “Aduh, Mama suka sekali sama gelang ini, pasti teman-teman Mama akan iri melihat gelang ini,” ucap Hesti beberapa saat setelah Fara memberikan hadiah gelang emas pada dirinya. “Mama memang tidak salah pilih mantu,” ucap Hesti lagi sambil tersenyum sangat manis pada Fara. “Terimakasih, sudah buat Mamaku senang,” bisik Luis pada Fara yang mengangguk sambil tersenyum. “Loh Bude Hesti.” Saat sedang berjalan menuju parkiran, tiba-tiba Hesti dikejutkan panggilan dari seseorang. Kedua bola mata Hesti seketika melotot, melihat siapa yang saat ini memanggilnya. “Kafi !” ucap Hesti dengan raut wajah tidak suka. Sedangkan yang menyapa, tampak tersenyum ramah. Loh, Kafi kok kenal Hesti ? ini Mas kafi atau Kafi yang lain ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD