Trauma

1232 Words
Berbanding terbalik dengan Fara yang saat ini tengah ngomel sendiri. Kafi malah sedang lembur karena ada beberapa laporan yang harus diperbaiki. Ia baru selesai mengerjakan saat jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.35 Wib. Lelah, itu yang dirasakannya. Tapi rasa puas karena pekerjaan selesai adalah hadiah bagi rasa lelahnya. Sebenarnya, Kafi bisa menyelesaikannya besok. Tapi, kalau bisa sekarang, kenapa harus menunggu hingga esok ? Berjalan menuju pangkalan ojek terdekat dari kantor karena motornya masih ada di bengkel. Sebenarnya Maya sudah menelepon dan menawari untuk menjemput Kafi. Tapi Kafi tidak ingin merepotkan Maya, yang harus keluar malam hanya untuk menjemput dirinya. Walau, Kafi sangat tahu sekali bagaimana beraninya Maya, yang bak pendekar wanita dari gunung tengkorak. Tapi, tetap saja, dia tidak tega jika harus mengiyakan tawaran Maya. Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya Kafi tiba di pangkalan ojek. Tapi sangat disayangkan, pos ojek sepi. Hanya terlihat dua orang yang tengah bermain kartu. "Lagi pada antar penumpang. Ada juga yang lagi antar pesanan." Salah seorang yang tengah asyik bermain kartu menjawab kebingungan Kafi. Akhirnya Kafi duduk sebentar, siapa tahu ada tukang ojek yang balik. Mau pesan Ojol, tapi dia tidak punya aplikasinya. Tepatnya, Kafi malas menginstal aplikasi itu di ponselnya. Padahal Aplikasi dengan kapasitas 72 MB dan juga 88 MB itu, tidak akan terlalu menguras penyimpanan ponsel. Tapi, sekali lagi itu kembali kepada si pengguna. Nyaman atau tidak menggunakannya. Menanti selama satu jam, tapi belum ada tukang ojek yang kembali. Akhirnya, Kafi memutuskan untuk kembali ke kantor lagi. Mau numpang tidur sama satpam. Drrrt ! Saat sedang asyik berjalan, ponselnya bergetar, tanda panggilan masuk. Kafi cepat menganggkatnya, ternyata panggilan dari Babe Danu. *"Iya Babe."* Salam pembuka dari Kafi, saat panggilan sudah tersambung. "Lu dimana ? kenapa belum balik ?" Pertanyaan Babe Danu dari seberang, begitu panggilannya tersambung pada Kafi. "Ini mau balik lagi ke kantor. Kayaknya malam ini, saya menginap saja di kantor. Karena enggak ada ojek," jawab Kafi akan pertanyaan Babe Danu. "Lu tunggu saja disitu, biar gue yang jemput elu." Babe Danu segera mengakhiri panggilan sebelum Kafi sempat membalas untuk jangan datang. Tapi Babe sengaja mematikan panggilan, agar tidak mendengar penolakan dari Kafi. Drrrt ! Begitu panggilan dari Babe terputus, ponselnya kembali bergetar, Kafi pikir, itu panggilan dari Babe Danu. Rupanya ia salah, karena itu adalah panggilan dari Arsen, bos nya. "Iya pak," ucap Kafi begitu panggilan tersambung. "Kafi, kamu masih di kantor ? tolong jemput Fara di bar. Nanti aku kirim alamatnya. Mobilnya mogok lagi. Dasar Fara, sudah tahu mobilnya suka mogok, masih saja terus dipakai." Omel Arsen di seberang tanpa bertanya dengan apa Kafi akan menjemput Fara. Padahal, Arsen tahu, jika motor Kafi sedang ada di bengkel. Arsen memang meminta tolong, tapi ucapannya seperti nada perintah yang tidak ingin ditolak. Kafi menghela nafas panjang. Ingin menolak, tapi Arsen telah mematikan panggilan secara sepihak. Sebenarnya salah Kafi juga, yang mengatakan jika dirinya akan lembur hari ini, pada bos nya. Sehingga si bos menyebalkan itu tahu, jika Kafi masih di kantor. Kafi segera menghubungi Babe untuk meminta Babe tidak usah menjemput, karena ia ada tugas dari Bos. "Mas Kafi." Setelah sambungan teleponnya dan Babe terputus. Kafi segea menoleh, untuk melihat siapa yang sudah memanggilnya. "Eh, pak Pur, ada apa ?"tanya Kafi pada orang yang memanggilnya. Pak Pur, adalah satpam kantor yang kebetulan sedang jaga malam. "Ini, bos telepon, katanya saya suruh antar Mas Kafi ke alamat ini," ucap si satpam pada Kafi. "Ish ... dasar si nona itu, benar-benar membuat repot semua orang," batin Kafi ngedumel mengingat Fara. Mereka akhirnya pergi menuju alamat yang dimaksud oleh Arsen. Saat tiba di bar, tampak Fara yang sedang menggerutu di samping mobilnya. "Ibu Fara," panggil Kafi begitu sudah dekat. Kafi sudah menyuruh Pak Pur agar kembali ke kantor. Fara berbalik untuk melihat siapa yang telah memanggilnya, dahinya berkerut. "Loh, jangan bilang ini kebetulan lagi ?" Sudah dua kali mobil Fara mogok, dan penolongnya selalu Kafi. Apa untuk yang ke tiga kalinya ini, Kafi juga yang menolong ? "Saya ditelepon oleh Pak Arsen. Beliau meminta saya kemari," jawab Kafi tidak ingin Fara salah paham akan kedatangannya. Fara tampak manggut-manggut. "Dasar Nio, playboy cap kadal ! aku minta tolong padanya untuk menjemput, malah menyuruh kamu, ckk !" kesal Fara sambil menatap Kafi yang selalu saja berwajah datar. "Tapi, saya bingung ini. Saya disuruh menjemput, tapi saya juga enggak bawa kendaraan," ucap Kafi pada Fara sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Oh ... sebentar lagi supirku tiba disini. Tugas kamu, hanya menemani aku di dalam mobil." Kali ini Kafi benar-benar melongo akan jawaban Santai Fara. "Buseet dah ! padahal mau dijemput supir, tapi aku harus datang hanya untuk menemaninya di dalam mobil. Ini cewek aneh bin ajaib banget !" omel Kafi di dalam hati Tidak ada pembicaraan diantara mereka hingga supir datang menjemput. Saat di dalam mobil, suasana juga tampak hening. Hanya saja, suasana hening itu, berubah menjadi semarak karena Fara menelepon Luis, kekasihnya. Kafi hanya jadi obat nyamuk kemesraan Fara dan Luis, walau lewat video call. "Ibu Fara, sebaiknya saya turun di sana saja, karena besok saya harus berangkat pagi. Ibu bisa lanjutkan perjalanan lagi." Kafi mengajak Fara bicara setelah wanita itu, mematikan sambungan telepon. "Enak saja, emang aku tukang antar jemput ! kamu antar aku sampai di rumah sesuai yang dikatakan Arsen. Nanti, setelah itu, supir yang mengantarkanmu pulang." Fara tidak mengindahkan permintaan Kafi. "Tapi, kasihan pak supir, kalau harus putar balik lagi hanya untuk mengantar saya." Kafi benar-benar tidak habis pikir akan jalan fikiran Fara. "Tidak apa-apa, nanti saya antar adek pulang." Si supir mencoba melerai ketegangan antara Kafi dan Fara. Akhirnya Kafi diam, dan memilih untuk tidak berdebat. Setelah sampai di rumah, Fara segera keluar dari mobil, tanpa ucapan terima kasih, atau salam perpisahan pada Kafi. "Maafkan Non Fara ya dek." Pak supir merasa tidak enak pada Kafi, begitu mobil kembali melaju membelah jalanan. "Panggil saja saya Kafi." Tanpa diminta, Kafi menyebutkan namanya pada supir keluarga Fara. "Iya, dek Kafi. Sebenarnya, Non Fara memiliki trauma aneh. Dia merasa tidak nyaman, bepergian hanya berdua dengan supir atau orang yang tidak dikenalnya. Karena dek Kafi disuruh Pak Arsen, jadi Non Fara percaya." Supir menghela nafas panjang. "Non Fara tidak suka pada sentuhan fisik yang berlebihan. Dia memiliki trauma, setelah kematian sahabat baiknya yang bunuh diri di depan matanya, setelah diperkosa oleh pria yang baru dikenalnya." Tanpa diminta, pak supir menceritakan trauma yang diderita majikannya, sehingga Kafi tidak berpikiran aneh lagi pada Fara. Kafi hanya diam mendengarkan, tanpa komentar. "Sebenarnya, sudah dibawa ke psikiater, tapi belum ada perubahan besar. Hanya sedikit, yaitu, Non Fara sudah mau berpegangan tangan, atau berjabat tangan, walau hanya sebentar." Pak supir kembali bercerita, dengan Kafi yang menyimaknya. Hening sesaat. "Oya, bagaimana bapak tahu kalau pak Arsen yang menyuruh saya menjemput Fara ?" tanya Kafi yang penasaran. "Hehe ... Pak Arsen menelepon tuan besar, mengabari, jika mobil non Fara mogok. Lalu, tuan besar menyuruh saya untuk menjemput Non Fara. Saya pikir, akan pergi bersama nyonya atau tuan besar, tapi tuan besar bilang, jika sudah ada yang akan menemani Non Fara. Itu suatu kemajuan juga sebenarnya ," jelas Pak supir pada Kafi. Kafi manggut-manggut akan penjelasan supir. Pantas saja, saat Fara berjumpa Luis, mereka hanya berpegangan tangan saja, itupun hanya sebentar. Ternyata, dibalik sikap dingin dan arogan, Fara menyimpan trauma yang begitu akut. "Eh, Dek, kalau boleh saya minta tolong. Apa bisa, Dek Kafi menjauhkan Non Fara dari Mas Luis ?" Kafi melongo, permintaan dari supir keluarga Fara membuatnya kaget. Kafi harus jawab apa ya ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD