Bab 11 : Photoshoot

1283 Words
Sementara di tempat lain. Sudah hampir lima belas menit Kwon Eunbi duduk diam di depan cermin besar yang memantulkan bayangan dirinya juga orang lain yang tengah sibuk memoles wajahnya. Ia memasrahkan nasib riasan juga penampilannya pada dua penata rias yang tengah sibuk dengan berbagai peralatan yang tersebar hampir memenuhi meja rias. Salah seorang di antara mereka mencoba mengajak mengobrol Eunbi karena melihat raut gadis itu yang nampak tegang. Si gadis Kwon menyahut sesekali, jujur saja ia gugup. Ia memikirkan apa yang nantinya akan terjadi, apa yang harus ia lakukan nantinya saat berhadapan dengan kamera.  Sedang di pojok ruangan, tepatnya pada dua orang laki-laki yang terduduk di sofa merah tidak jauh dari pendingin udara.  Di sana ada Jinwoo yang tengah memperhatikan Kwon Eunbi lekat-lekat. Sudah sejak tadi si pria Oh itu tidak henti-hentinya tersenyum sembari masih terus memperhatikan si gadis, membuat satu rekan model yang duduk di sebelahnya mengernyit bingung. "Yo, kau ini kenapa?" tanya-nya menepuk pelan bahu Jinwoo.  Jinwoo menggeleng. Masih dengan senyum tipis ia berjalan ke arah meja yang ada di dekat mereka, mengambil sebotol air mineral kemudian meminumnya setengah.  "Ya, Kau menyukai model pengganti itu 'ya?" celetuk tiba-tiba sang rekan membuat Jinwoo hampir saja memuntahkan lagi minuman yang masih belum sepenuhnya melewati kerongkongan.  Pria itu menoleh cepat ke arah kiri di mana sang rekan berada dengan tatapan bingung sekaligus bertanya.  "Kudengar kau yang mengusulkannya dan tidak mau melakukan pemotretan jika bukan dengan dia. Apa itu benar?" tanya sang rekan lagi.  Pria itu juga mendekati Jinwoo dan menempelkan sedikit dagunya di bahu si pria Oh, mencoba bersikap imut meski hal itu tidak berpengaruh sama sekali.  Pria dengan kemeja putih itu mendorong sedikit kepala rekannya yang berada tepat di bahunnya agar sedikit menjauh.  "Jangan terlalu percaya gosip, Hyung," sahut Jinwoo kemudian.  Sementara orang yang ia panggil Hyung, atau nama sebenarnya adalah Insung mendecih. Pria dengan ciri khas ujung bibir yang masuk ke arah dalam itu kembali mendekati Jinwoo, kali ini Insung menyenderkan kepalanya di bahu kiri pria itu. Pria bermarga Kim itu sempat bergumam lirih soal beberapa bait dari lagu ballad yang akhir-akhir ini sering ia dengarkan, sebelum kemudian mendongakkan kepalanya dan bisa ia lihat dengan jelas Oh Jinwoo yang tengah melamun.  "Mulutmu mungkin bisa mengelak, tapi tidak dengan gerak tubuh juga sinar matamu. Orang bodoh juga tahu kalau kau menyukai gadis bermata bulat itu," ujar Insung kemudian terkekeh geli.  Jinwoo panik, ia segera menoleh ke arah meja rias di mana Eunbi berada. Ia menghembuskan napas lega begitu ia sudah tidak mendapati Eunbi lagi di sana. Bersamaan dengan helaan napas Jinwoo terdengar lagi kekehen kecil dari sela bibir Insung. Pria berusia dua puluh tujuh itu melihat Jinwoo dengan ekspresi jahil.  "Gadis itu tengah mengganti pakaiannya," ucap Insung seolah tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Jinwoo.  "Takut sekali, ya, dia mendengar perkataanku barusan?" kembali, Insung menggoda Jinwoo.  Pria yang lebih muda hanya bisa mendengkus, meski sebenarnya ia ingin sekali memukul wajah Insung yang tengah tersenyum jahil ke arahnya.  Pria itu kemudian mengambil ponsel dari sakunya dan menyingkir dari bahu Jinwoo. Ia sempat terlarut dengan dunianya sendiri sebelum seorang penata rias memanggil namanya untuk segera bersiap.  Tepat sebelum Insung beranjak, pria itu lebih dulu menoleh ke arah Jinwoo dan mengatakan sesuatu.  "Katakan iya jika memang suka. Katakan tidak jika memang tidak suka. Jujur dengan perasaanmu sendiri bukan sesuatu yang salah apalagi berdosa. Kau perlu melakukannya agar tidak keduluan orang lain dan berakhir dengan sakit hati. Tapi itu juga jika kau berani mengatakannya." Jinwoo mendengkus, ia hampir lupa jika Insung itu tipikal jahil juga usil setengah mati. Meski terkadang apa yang ia katakan memang benar adanya, contohnya seperti beberapa saat yang lalu.  Soal dirinya yang menyukai Eunbi. Jinwoo mengakui hal itu meski ia sendiri masih belum mau menunjukannya.  Tapi meski Kim Insung memiliki kelakuan super ajaib, ia adalah salah satu senior sekaligus sosok Kakak yang paling Jinwoo kagumi. Ia sudah mengenal sosok Insung hampir tiga tahun lamanya. Lebih tepatnya saat ia pertama kali mengikuti casting sebagai model, saat itu Jinwoo sendirian dan tidak ada satupun di antara puluhan peserta yang mau menyapa apalagi mengobrol dengannya.  Sampai kemudian Insung menghampirinya lebih dulu, ia mengajak Jinwoo berkenalan juga berbicara soal banyak hal. Dan semenjak itulah keduanya mejadi dekat, terlebih mereka berdua memiliki ketertarikan yang sama pada bidang modeling dan sama-sama lolos audisi saat itu.  Menjalani pelatihan bersama memhuat keduanya kian dekat bagaikan Kakak dan Adik sungguhan. Bahkan Jinwoo sudah tidak lagi merasa segan untuk menceritakan banyak hal pada pria itu, termasuk soal perasaanya.  "Jinwoo-ssi, saatnya take foto," seru salah satu staffstaff menginterupsi lamunan Jinwoo.  "Ne." Setelah memakai setelan jas lengkap dengan dibantu beberapa staff juga penata rias, Jinwoo berjalan ke arah frame tempat ia akan melakoni pekerjaanya sebagai model.  Pemotretan yang dilakukannya kali ini untuk salah satu brand perhiasan yang sudah cukup terkenal. Atensi Jinwoo teralih begitu Eunbi memasuki studio foto dengan pakaian yang telah ia ganti. Ia tampak amat cocok mengenakan gaun hitam tanpa lengan yang terlihat amat sesuai dengan tubuh mungilnya.  Belum lagi riasan natural pada wajahnya yang kian memperjelas bagaimana mempesonanya Kwon Eunbi.  Pandangan Jinwoo masih saja terpaku pada sosok Eunbi sampai kemudian salah seorang staf menepuk bahunya pelan.  Pria itu tergagap juga malu disaat bersamaan. Bagaimana tidak, saat ia tersadar dan melihat ke sekeliling hampir seluruh orang yang ada di ruangan tersebut tengah memperhatikannya.  Ia juga tidak menyadari jika sudah sedari tadi Eunbi berada di sampingnya, gadis itu kian terlihat mempesona jika dilihat dari jarak dekat.  Yang bisa Jinwoo lakukan saat ini hanya tersenyum canggung juga meminta maaf pada semua orang sekaligus menahan rasa malu karena kedapatan tengah melamun.  Sesi pemotretan pun dimulai. Sang photograper mengarahkan keduanya yang saat ini akan mejalani pemotretan dengan sebuah kalung untuk lebih mendekatkan diri.  "Eunbi-ssi, bisa lebih rapat dengan Jinwoo?" pinta sang photograper.  Eunbi bergeser hingga tubuhnya tanpa sengaja menabrak Jinwoo, jujur saja ia gugup bukan main. Apalagi ini kali pertama dalam hidupnya menjadi seorang model. Ya, meskipun hanya sebagai pengganti.  Grebb Wajah Eunbi menegang saat Jinwoo memeluknya dari belakang. Ralat. Pria itu hanya melingkarkan lengannya di sekitar bahu Eunbi. "Tenang saja, rileks," bisiknya dengan suara lirih.  Kemudian Jinwoo juga membisikan pada Eunbi untuk menyatukan kepalan tangan mereka hingga kalung yang jadi tokoh utama dalam pemotretan kali ini bisa tergantung di antara tangan keduanya dan terlihat jelas dalam foto.  "Lebih rapat lagi. Pegang kalungnya dan tersenyum. Satu ... dua ... tiga ...." Satu foto berhasil dia adadikan. Sang photografer tersenyum puas begitu merasa puas dengan hasil yang didapat, ia mengacungkan ibu jarinya sebagai tanda akhir. Seluruh staf yang bekerja bertepuk tangan dan membungkuk kecil pada satu sama lain sebagai tanda sopan santun, termasuk Eunbi juga Jinwoo.  Setelahnya dengan terburu Eunbi berjalan ke ruang ganti, wajahnya tiba-tiba memerah dibarengi jantungnya yang berdegub kencang. Gadis itu berjalan ke satu lorong dengan dua ruangan yang saling berhadapan, Eunbi memasuki salah satunya dengan terburu tanpa mengecek lebih dulu ruangan yang ia masuki.  Gadis itu menutup pintu cukup keras hingga membuat bunyi berdebum. Ia kemudian mulai mengatur napas, memegangi area ddadanya yang masih saja berdegub seirama dengan musik disko. "Tarik nafas, buang. Tarik ...." gumam Eunbi pelan, sambil mengatur napas.  Setelahnya ia memegangi pipinya sendiri yang terasa agak hangat dengan dua telapak tangan. Ia merasa akan pingsan karena malu begitu otaknya kembali mengingat apa yang Jinwoo lakukan padanya beberapa saat lalu.  Memang apa yang pria itu lakukan mungkin saja sebagai bentuk profesionalisme nya sebagai model, tapi yang tidak ia tahu adalah. Ada satu hati yang terasa melambung karena perlakuannya.  Mungkin terkesan berlebihan, tapi memang begitu adanya. Eunbi sendiri juga tidak tahu kenapa ia bisa jadi seperti ini, ia juga pernah jatuh cinta bahkan berkencan. Tapi ia tidak pernah merasa seperti saat ini sebelumnya.  "Kwon Eunbi?"  Merasa terpanggil, Kwon Eunbi pun menoleh.  Gadis itu melihat heran ke arah seseorang yang baru saja memanggilnya.  "Jaehyun?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD