Bab 12 : Perintah Tuan Han

1782 Words
"Jaehyun?!" Keduanya sama-sama terkejut melihat satu sama lain. Eunbi  menoleh ke sekitar kemudian menepuk keningnya sendiri saat ia baru saja menyadari jika ternyata ia salah ruangan. Jaehyun berjalan mendekati Eunbi dengan wajah heran, pria bermarga Han itu turut melihat sekitar mengikuti apa yang gadis di depannya lakukan.  "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya setelah jarak mereka telah dekat.  Terdengar beberapa kali deheman dari Kwon Eunbi juga bola mata gadis itu yang melirik ke sana kemari sebelum mengeluarkan suara.  "Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya kau bekerja di kantor?" Eunbi bertanya balik.  "Aku tengah meninjau tempat untuk lokasi syuting Music Video anak didik ku. Tunggu, kenapa juga aku harus menjawab mu," ucap Jaehyun merasa heran pada dirinya sendiri.  "Sekarang katakan, kenapa kau ada di sini? Kau seharusnya ada di rumah," ucap Jaehyun lagi, kali ini pria itu menatap intens ke arah Eunbi seolah memberi kesan serius pada tiap ucapannya.  Reaksi yang diberikan Eunbi jauh dari apa yang diharapkan, ia hanya mengedipkan mata beberapa kali juga membuang pandangan ke arah lain. Kemana saja asal dirinya tidak bertemu pandang secara langsung dengan Han Jaehyun, pikirnya.  Sebenarnya apa yang ia lakukan saat ini hanya sebagai pengalihan dari ia yang tengah kebingungan harus mengatakan apa sebagai jawaban dari pertanyaan sederhana yang diajukan.  Tidak mungkin Eunbi mengatakan yang hal sebenarnya, jika dirinya tengah menjadi model pengganti bersama Oh Jinwoo atau pria di depannya ini akan menyemprotnya dengan berbagai ucapan berintonasi tinggi. "Apapun yang ku lakukan di sini bukan urusanmu. Dalam perjanjian kita tidak diperbolehkan untuk mencampuri urusan pribadi masing-masing bukan?"  Jaehyun mendecih, pria itu semakin berjalan mendekat, mengikis jarak antar keduanya yang sebenarnya sudah hampir habis. Pria dengan lesung pipi itu berhasil memojokan tubuh mungil Eunbi di antara tubuhnya juga badan pintu. Ia meletakan satu tangannya pada pintu, persis di sebelah kepala Kwon Eunbi. "Tapi kau juga kekasih pura-puraku selama tiga bulan. Aku harus tahu apa yang kau lakukan supaya aku bisa menjamin kita takkan ketahuan," ujar Jaehyun dengan nada berbisik. Dengan cepat Eunbi mendorong Jaehyun dengan sekuat tenaga, berada di posisi seperti itu membuat dirinya merasa tidak nyaman. Karena dorongan Eunbi yang agak keras Jaehyun mundur beberapa langkah sampai kemudian kakinya tanpa sengaja tersandung meja yang terletak tidak jauh dari mereka.  Pria itu mengaduh sambil mrmegangi bagian kaki belakangnya yang terasa nyeri bukan main. Ia menoleh ke arah Eunbi yang masih saja terdiam. Nampaknya ia juga cukup terkejut dengan apa yang terjadi.  "Aish. Aku hanya ingin tahu agar bisa memastikan kita tidak ketahuan. Bagaimana jika nanti Ibu tidak sengaja memergokimu?" sewot Jaehyun masih dengan sesekali meringis karena kakinya.  "Aku bisa menjaga diriku sendiri, kau tidak perlu khawatir," balas Eunbi tak kalah sewot.  Lagipula Jaehyun ini kenapa, ia sendiri yang membuat surat perjanjian sekaligus peraturan jika di antara kedua pihak dilarang untuk saling ikut campur dalam urusan satu sama lain. Tapi kini ia sendiri yang lebih sering ingin tahu soal kegiatan Kwon Eunbi.  "Ya ya, terserah apa katamu. Omong-omong penampilan mu berbeda hari ini, kau terlihat lebih rapi. Apa kau berkencan?" tanya Jaehyun lagi, pria itu terlihat amat penasaran. Masih dengan eskpresi gugup, eunbi menjawab dengan tergagap.  "Ya, urusi saja urusanmu sendiri!" Setelah mengatakan itu dengan cepat Eunbi keluar dari ruangan tersebut. Sementara Han Jaehyun hanya bisa terkekeh di tempatnya, merasa lucu akan tingkah gugup Kwon Eunbi.  "Ternyata dia bisa lucu juga," gumamnya lirih masih dengan senyum tipis yang tentu saja terumbar tanpa ia sadari.  "Astaga! Apa yang baru saja ku katakan, sadarlah Han Jaehyun," ujarnya pada diri sendiri.  Ia kemudian menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, mencoba menetralkan ndiri sekaligus rileks.  Sementara itu Kwon Eunbi berjalan terburu hingga ia tidak menyadari jika Jinwoo sempat menyapanya. "Eunbi-ssi," langkahnya tertahan saat Jinwoo menarik lengannya.  Tubuh Eunbi limbung karena tidak siap hingga hampir terjatuh, kalau saja Jinwoo tidak dengan sigap menahan tubuhnya. Tidak ada aksi saling pandang atau sejenisnya, Eunbi dengan segera melepaskan diri dari pelukan Jinwoo.  "Kau darimana?" tanya Jinwoo.  "Aku tadi dari toilet," sahut Eunbi gugup. Alis Jinwoo tertarik mendengar jawaban si gadis.  "Bukannya toilet di arah sana?" Jinwoo menunjuk arah berlawanan, membuat Eunbi sedikit tergagap karenanya. "Be ... benarkah? Pantas saja aku tidak menemukannya hehe," Eunbi tertawa canggung, dalam hati ia terus merutuk kata bodoh untuk dirinya sendiri. "Oh Jinwoo?" Keduanya menoleh ke arah sumber suara. Di tempat yang sama seperti Eunbi sebelumnya ada Jaehyun yang tengah berjalan santai ke arah mereka dengan dua tangan yang ia letakan di saku celana.  "Hyung," ujar Jinwoo ramah.  Eunbi menelan ludah gugup, ia juga mengalihkan pandangannya ke arah berlawanan. Jaehyun mengumbar smirk samar begitu sadar satu-satunya perempuan di antara mereka terlihat gugup bukan main. "Apa yang kau lakukan di sini?" Jaehyun bertanya basa-basi.  "Aku sedang menjalani pemotretan untuk brand perhiasan Hyung." "Bersama dia?" tunjuk Jaehyun ke arah Eunbi, membuat wanita itu melihatnya dengan ekspresi kesal.  Ingin sekali rasanya Eunbi menggigit telunjuk pria itu yang mengarah tepat kepadanya. Dan rasanya Eunbi juga ingin menghilang saja saat Jinwoo mengangguk sebagai jawaban. Usahanya selama ini untuk menutupi pekerjaannya dari Han Jaehyun sia-sia sudah. "Benarkah? Aku tidak tahu jika dia model," Jaehyun kembali bertanya, kini pria itu menatap Eunbi seolah minta penjelasan.  Alisnya terangkat ke atas, pria itu juga memberikan ekspresi bertanya.  "Hanya model pengganti, aku merasa dia cocok. Hyung sendiri, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jinwoo santai. Sepertinya ia belum sadar ada sesuatu di antara dua orang di dekatnya itu.  "Hanya berkeliling, meninjau lokasi untuk syuting MV," sahut Jaehyun seadanya. Kemudian sang lawan bicara hanya ber-oh ria sebelum pamit undur diri. Hal itu dimanfaatkan Eunbi untuk turut serta kabur dari hadapan Jaehyun. Keduanya bersikap seolah tidak saling mengenal satu sama lain.  *** Pintu rumah terbuka perlahan, Eunbi melongokkan kepalanya kemudian. Wanita itu menoleh kesana-kemari, memastikan keadaan sekitar sebelum memasuki ruangan. Hening, tak ada siapapun. Bahkan lampu-lampu masih padam. Eunbi melangkah pelan, mengendap layaknya pencuri. Klik! Lampu menyala tiba-tiba. Di ujung tangga, Jaehyun sudah berdiri sembari bersedekap tangan. Pria itu memakai kemeja putih polos dipadu celana bahan berwarna hitam. Tak ada sepatah katapun yang terucap dari pria itu, ia hanya diam sembari mendekat ke arah Eunbi yang sedikit beringsut takut. Terkadang Jaehyun memang bisa terlihat menakutkan disaat tertentu.  "Ganti bajumu dan ikut denganku," ucap Jaehyun datar. Pria itu melegos pergi menyisakan Eunbi dengan napas tertahannya. Dihembuskannya napas dengan kasar, gadis itu menoleh mengamati Jaehyun yang kini menghilang di balik pintu besar. "Kenapa dia itu, sok dingin? Benar-benar tidak cocok. Tapi sedikit seram juga sih," gumamnya seorang diri.  Tanpa menunggu lagi, Eunbi segera beranjak menuju lantai dua, ke arah kamarnya. Sementara di dalam mobil, Jaehyun tengah bergelut dengan pemikirannya sendiri. Secara spontan ingatannya kembali mengulang saat ia bertemu dengan sang Ayah di perusahaan miliknyamiliknya belum lama ini.  (Sebelumnya)  .  .  Saat itu ia dan Jihoon memasuki ruangan milik Jaehyun dengan ia sendiri yang tengah kebingungan.  Saat ia akan bertanya lagi pada Jihoon, atensinya lebih dulu teralih pada pria paruh baya yang tengah duduk di kursi kebesaran miliknya dengan ekspresi wajah yang datar.  "Aboeji," lirih Jaehyun begitu mendapati Tuan Park tengah duduk di kursinya.  Jaehyun sendiri cukup terkejut dengan kedatangan sang Ayah, bukankah Ibunya mengatakan jika sang Ayah baru akan kembali sekitar dua minggu lagi?  Pria paruh baya itu masih diam, namun tatapan matanya seolah mengisyaratkan ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan serius.  "Jihoon-ah. Bisa kau keluar sebentar?" pinta Tuan Han yang langsung diangguki Jihoon dengan cepat  Sebelum meninggalkan ruangan Jihoon sempat menepuk bahu Jaehyun sebentar, ia nampaknya sedikit tahu apa yang kiranya akan dikatakan Tuan Han pada sahabatnya.  "Abeo …." perkataan Jaehyun tertahan begitu Tuan Han menyela ucapannya.  "Duduk," titah Tuan Park masih dengan raut dinginnya. Jaehyun menurut, bukan saatnya ia bertindak gegabah. "Bagaimana kabar perusahaanmu?" satu hal langka saat sang Ayah menanyakan soal perkembangan perusahannya.  Meski separuh saham perusahaan adalah milik Tuan Han, tapi pria paruh baya itu tidak pernah sekalipun bertanya soal ini dan itu jika menyangkut perusahaan. Tuan Han mempercayakan sepenuhnya soal perusahaan yang telah dikelola Jaehyun pada putranya.  "Baik, perusahaan semakin berkembang. Artis, aktor juga penyanyi yang kita debutkan juga memperoleh hasil yang memuaskan. Lalu perkembangan tra …." "Lalu hubunganmu dengan Song Hari?" Jaehyun yang sebelumnya bersemangat ketika bercerita soal perkembangan perusahan, sontak terdiam. Ia tahu, apa yang Ayahnya tanyakan sebelumnya adalah batu lompatan untuk pertannyaan yang sesungguhnya. Soal hubungannya dengan Song Hari. Jujur saja Jaehyun ragu untuk menjawab. Apa ia harus menjawab jika hubungan keduanya baik?  Jika di telisik memang tidak sepenuhnya salah, keduanya memang tidak  terlibat pertengkaran ataupun salah paham sejauh ini. Tapi keadaan mereka juga tidak bisa dibilang baik-baik saja saat sebelah pihak bersikap acuh tak acuh, dalam kasus ini Jaehyun yang bersikap demikian.  "Baik," Jaehyun menjawab meski dengan nada ragu.  Ada jeda selama beberapa waktu sampai kemudian Tuan Han kembali berusaha. Pria baya dengan setelan jas lengkap khas itu terlihat mengamati anak laki-lakinya itu dengan lamat.  "Apa kau mencintainya?" Lagi-lagi Jaehyun ragu. Haruskah ia jujur saja? "Tidak, setidaknya belum," lirih Jaehyun. Pria itu tidak bisa berpikir untuk saat ini. Ia hanya mengatakan apa yang menurutnya benar.  "Ibu bilang, kau memperkenalkan seorang gadis. Dan ia tengah hamil, siapa dia?" pertanyaan yang sedari Jaehyun tunggu.  Sebenarnya tidak juga, ia hanya sudah menduga sang Ayah akan menanyakan soal itu. Dan sudah sejak tadi juga Jaehyun bersiap untuk kembali melakukan sandiwara yang sebelumnya sudah ia susun.  Pria itu kembali menegakan badannya yang sebelumnya sedikit membungkuk. Di tatapnya Tuan Han yang masih mempertahankan raut dinginnya. Kali ini Jaehyun mencoba sedikit percaya diri. Ia akan menjawab pertanyaan sang Ayah dengan tegas supaya menambah kesan meyakinkan.  "Dia kekasihku, namanya Kwon Eunbi. Kami sudah berhubungan cukup lama, dan sempat putus karena perjodohanku dengan Hari. Tapi saat aku tahu dia tengah mengandung anakku, aku tidak mungkin meninggalkannya dan menikah dengan gadis lain," "Ayah pernah mengajarkan padaku untuk selalu berani bertanggung jawab dengan apa yang ku lakukan bukan. Aku melakukannya, aku akan menikah dengan Kwon Eunbi bukannya Song Hari. Aku akan bertanggung jawab atas anak dalam kandungan Eunbi." Jaehyun menghembuskan napas lega begitu berhasil menyelesaikan peekataanya dengan lancar. Rasa gugup yang sejak tadi hinggap di dadaanya telah berkurang meski sedikit.  Meskipun ia berhadapan dengan Ayah kandungnya, tapi hubungan keduanya yang bisa dibilang tidak terlalu dekat -meski tidak jauh juga- membuat Jaehyun merasa gugup jujur saja.  Tidak ada yang berubah. Tuan Han masih saja diam tanpa ada niatan berbicara. Beberapa saat setelahnya pria baya itu terdengar menghembuskan napas juga memijit pangkal hidungnya setelah melepas kacamata yang sedari tadi bertengger di sana. Ptia baya yang nampak sangat mirip dengan Jaehyun itu sempat mengamati sekali lagi pria muda yang melihat ke arahnya dengan lekat.  Mencoba mencari tahu sekali lagi, mencoba memastikan sekali lagi keseriusan akan apa yang diucapkannya beberapa saat lalu.  Setelah dirasa sudah menemukan apa yang dicari, Tuan Han kembali bersuara. Ia ingin tahu siapa gadis bernama Kwon Eunbi itu.  "Malam ini, bawa dia ke rumah." .  .  (Flashback end) 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD