Bab 8 : Kesepakatan

1744 Words
Dan di sinilah mereka pada akhirnya. Keduanya berdiri di depan satu rumah bertingkat dengan halaman luas, kediaman keluarga Han. Sejak tadi Eunbi tidak henti-hentinya menghela napas, sesekali ia menatap ke arah Jaehyun yang juga berdiri di sebelahnya. Pria itu mengulas senyum kecil sembari menoleh ke arah si wanita. Pada akhirnya Eunbi menyetujui permintaan Han Jaehyun setelah pria itu mau menceritakan sedikit alasan mengapa ia meminta Kwon Eunbi untuk menjadi kekasih pura-puranya. Iya sedikit, Jaehyun tidak menceritakan semuanya karena menurutnya itu tidak perlu. Ia hanya mengatakan jika ia membutuhkan bantuan Eunbi untuk menggagalkan perjodohannya. Memang benar Kwon Eunbi telah resmi menjadi istri Jaehyun, namun kedua orang tua pria itu belum mengetahui soal pernikahan keduanya. Jaehyun menikahi Kwon Eunbi tanpa memberitahu orang tuanya, ia melakukannya karena dirinya sendiri masih merasa tidak yakin jika anak dalam kandungan Eunbi adalah benar anaknya. Maka dengan sedikit kebohongan, Jaehyun akan mengenalkan Eunbi sebagai kekasihnya kepada orangtuanya. Hanya kekasih, bukannya seorang istri. "Rileks saja, orang tuaku takkan menggitmu," celetuk Jaehyun begitu selesai dengan kegiatannya, rupanya pria itu mengambil satu kotak paperbag dengan logo sebuah toko kue terkenal. Eunbi mendengkus, ia menatap Jaehyun dengan intensintens. Sebenarnya dengan tatapan mengintimidasi yang ia punya. "Kau janji ini hanya untuk tiga bulan, dan kau juga berjanji akan memberikan apapun yang aku inginkan?" ujarnya tegas. Wanita itu kembali mengulangi perjanjian yang mereka buat saat dalam perjalanan, dimana Jaehyun yang akan memberikan sejumlah uang kepada Kwon Eunbi juga menuruti permintaan wanita itu sebagai imbalan. Eunbi setuju. Ia menganggap hal itu sebagai ganti rugi, jaga-jaga jika nantinya ia kembali dipecat dari pekerjaanya, setidaknya ia masih punya uang imbalan dari Han Jaehyun. "Ya," sahut Jaehyun pendek. Pintu diketuk perlahan, seorang wanita paruh baya muncul beberapa saat kemudian. Wanita paruh baya yang terlihat amat mirip dengan Jaehyun itu mengernyitkan dahi begitu menyadari sang Putra datang bersama seseorang. Bisa Eunbi lihat jika wanita paruh baya itu bertanya pada lelaki di sampingnya melalui sorot mata. "Bisakah kami masuk dulu, Bu?" Nyonya Han tergagap, wanita itu meminta maaf kemudian mempersilahkan keduanya untuk masuk setelah ia bergeser dari badan pintu. Ketiganya sudah duduk di ruang tamu keluarga Han, sejak tadi Nyonya Han tidak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Eunbi. Membuat wanita itu jadi salah tingkah sendiri. "Bu, berhentilah melihatnya seperti itu. Ibu membuatnya merasa tidak nyaman," komemtar Jaehyun yang rupanya sejak tadi memperhatikan sang Ibu. Nyonya Han terhenyak, agak malu juga ketahuan tertangkap basah oleh sang Anak. "Maafkan Bibi, hanya saja Bibi penasaran. Karena jarang sekali Jaehyun membawa teman ke rumah, apalagi seorang perempuan." Perkataan Nyonya Han hanya bisa dibalas Eunbi dengan senyum kecil, wanita itu sempat mencuri pandang ke arah Jaehyun yang justru berpura-pura sibuk dengan ponselnya. "Siapa dia Jaehyun?" tanya Nyonya Han kemudian. Terlihat jelas raut penasaran begjtu besar dari wanita berusia lima puluh tahunan itu. Jaehyun yang duduk bersebelahan dengan Eunbi, langsung menggengam tangan wanita itu erat. Ia tersenyum ke arah sang Ibu kemudian berkata. "Maaf jika ini mengejutkan. Dia Kwon Eunbi, kekasihku," ujar Jaehyun dengan nada tegas. Nyonya Han terkejut bukan main. Wanita baya itu sempat mematung beberapa saat sebelum kemudian mencoba mengamati Kwon Eunbi dengan tatapan lekat. "Maksudmu?" "Maaf baru mengenalkannya sekarang Bu. Sebenarnya aku dan Eunbi sudah menjalin hubungan sekitar dua tahun, awalnya aku akan mengenalkannya pada Ibu dan Ayah untuk meminta restu. Tapi kalian sudah lebih dulu menjodohkan ku dengan Hari. Saat itu aku dan Eunbi mencoba mengalah dan mengakhiri hubungan, tapi kami sadar jika kami saling mencintai. Lagipula, sudah ada buah cinta yang harus kami rawat dan kami jaga sepenuh hati Bu," tutur Jaehyun sembari mengelus perut rata Eunbi. Pria itu benar-benar memerankan perannya dengan apik, ekspresi juga gestur tubuhnya benar-benar terlihat amat meyakinkan. Sedang Kwon Eunbi sendiri hanya bisa meringis canggung, ia tidak bisa memikirkan apapun sekarang. Ia hanya berharap Nyonya Han percaya dengan sandiwara yang mereka lakuka dan semua ini akan berakhir dengan cepat. "Drama yang bagus Han Jaehyun," batin Eunbi mencibir. Ia tidak menyangka jika Jaehyun terampil dalam hal berbohong juga membuat skenario dadakan. Ia bahkan bisa berakting dengan begitu bagus sampai-sampai terlihat seperti sungguhan. Nyonya Han tampak terkejut bukan main. Wanita baya itu masih diam dengan tatapan tidak percaya. Wanita yang masih tampak cantik di usianya itu menatap Eunbi lamat-lamat. Mengamati dari atas hingga bawah, kemudian mengulanginya beberapa kali. Ia masih saja terkejut dan tidak menyangka jika tanpa kabar apapun sang Putra akan datang bersama seorang wanita yang ia akui sebagai kekasihnya, terlebih dengan kondisi hamil. "Jadi, kekasihmu tengah hamil?" tanya Nyonya Han dengan intonasi datar. Jaehyun mengangguk kaku, wajahnnya menyiratkan rasa khawatir. Bagaimana jika rencananya gagal? Bagaimana jika orang tuanya tetap akan menjodohkannya dengan Hari? Lalu bagaimana nasib Eunbi juga anak dalam kandungannya? Semua pertanyaan terus berputar dalam benak Han Jaehyun, jantungnya kini serasa berdegub begitu cepat sampai-sampai ia bisa mendengar dengan jelas suara degub jantungnya sendiri. Ia menatap sang Ibu dengan cemas juga sesekali melihat ke arah Kwon Eunbi yang juga terlihat sama cemasnya. Mungkin juga takut. "Tapi sebentar lagi kau akan menikah dengan Song Hari?" Pada akhirnya Nyonya Han membuka suara setelah terdiam beberapa lama. Jaehyun menghela nafas lega juga berat disaat bersamaan, ia merasa lega karena mendengar nada bicara sang Ibu yang terkesan biasa. Setidaknya ia bisa berpikir jika Ibunya bisa menerima kehadiran Eunbi. Menyadari sang Putra yang terlihat gelisah begitu dirinya menyinggung soal perjodohan, memhuat Nyonya Han mengulas senyum tipis. Mau bagaimanapun dirinya adalah seorang Ibu, ia bisa tahu apa yang dirasakan anak-anaknya tanpa harus berbicara. Terlebih Jaehyun memang cukup dekat dengannya ketimbang sang Ayah. Nyonya Han masih mengamati dua anak muda di depannya dengan lamat, hingga sejurus kemudian wanita baya itu tersenyum hangat. "Cantik sekali, kenapa baru dikenalkan?" ujarnya lembut. Wanita baya itu bahkan menggeser Jaehyun agar bisa duduk lebih dekat dengan Eunbi. Dibelainya surai Kwon Eunbi dengan lembut, Nyonya Han juga tak henti-hentinya memuji Eunbi. Membuat wanita itu salah tingkah karena malu. Jaehyun yang melihat perlakuan sang Ibu pada Kwon Eunbi hanya bisa diam dengan ekspresi terkejut. Sebenarnya tidak seketerjut itu, ia hanya tidak menyangka jika apa yang ia pikirkan sebelumnya tidak terjadi. Omong-omong pria itu sempat juga berpikir jika sang Ibu tidak akan menerima kehadiran Eunbi. "Tapi Jaehyun-ah, bagaimana dengan pernikahan mu dan Hari?" Ucapan Nyonya Han membuat Jaehyun tertegun. Ia yang awalnya sudah bernafas lega kembali menghela nafas berat. "Apa Ibu tidak bisa membatalkannya? Aku sudah memenuhi syarat yang Kakek ajukan. Lagipula aku tidak bisa menikahi gadis lain disaat kekasihku sendiri tengah mengandung anak ku, Bu," tutur Jaehyun dengan nada frustasi. Eunbi sedari tadi hanya diam menyimak,memperhatikan dengan lamat bagaimana akting Han Jaehyun yang terlihat begitu meyakinkan. Wanita itu juga kembali mencibir dalam hati, ia sedikit menggerutu soal ucapan Jaehyun yang tidak bisa menikahi tunangannya karena dirinya. "Pandai sekali bicara, padahal sebelumnya dia sendiri yang tidak ingin bertanggung jawab. Dasar Jerapah Tua,"ujar Eunbi dalam hati. Nyonya Han menghela nafas, ia melihat ke arah Jaehyun kemudian Eunbi dan mengulangi beberapa kali. Nampak jelas raut gusar juga resah dari wajahnya yang sedikit terlihat berkerut pada beberapa bagian. "Ya, tapi tidak semudah itu. Kau tahu 'kan jika Tuan Song dan Ayahmu adalah sahabat karib, lagipula persiapan pernikahan kalian sudah mencapai tujuh puluh persen. Akan sulit membujuk Ayahmu untuk membatalkan semua ini," wanita baya itu berbalik ke arah Eunbi, menatap si wanita muda dengan tatapan sendu. "Maafkan Bibi Eunbi-ya, Bibi tidak bisa membantu. Semua keputusan ada di tangan Ayah Jaehyun, tapi Bibi selalu berdoa yang terbaik untuk mu, juga cucu Bibi yang ada di sini," Nyonya Han mengelus perut rata Kwon Eunbi. Terlihat jelas gurat sendu sekaligus sedih di wajahnya. Melihat hal itu membuat Eunbi merasa tidak tega. Ia segera merengkuh tubuh Nyonya Han dan menepuk-nepuk punggung wanita tersebut. Biarkanlah jika dirinya akan dianggap tidak sopan setelah ini, Eunbi hanya melakukan apa yang memang ia rasa benar. Lagipula ia hanya ingin menenangkan Nyonya Han saja. Tidak lebih. "Tak apa Bi, aku yakin Jaehyun akan memperjuangkan kami. Dia bukan tipe pria yang akan mengingkari janjinya sendiri, dia sudah berjanji akan bertanggung jawab dan menjadi Ayahnya. Dia pasti akan menepati itu, iya'kan Jaehyun?" Kwon Eunbi menengok ke arah satu-satunya pria yang ada di sana sambil mengulas senyum kecil. Jaehyun yang sedari tadi melamun jadi tergagap, ia mengangguk juga tersenyum kaku sebagai jawaban. Setelahnya mereka menghabiskan beberapa waktu untuk sekadar mengobrol juga mengakrabkan diri satu sama lain, meski bagi Jaehyun sendiri ia lebih banyak diam. Pria dengan lesung pipi itu masih memutar otak untuk memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa membujuk sang Ayah nantinya. Eunbi dan Jaehyun berpamitan pulang setelah menghabiskan santap siang, keduanya membungkuk, berpamitan. Sebelum berlalu ke arah mobil Jaehyun yang terparkir. "Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Eunbi penasaran, keduanya sudah ada di dalam mobil Jaehyun. Eunbi sendiri terlihat sedikit kesusahan saat akan memasang sabuk pengaman. Jaehyun yang sejak tadi memperhatikan Eunbi langsung mendekatkan diri pada wanita itu, tanpa mengatakan apapun Jaehyun mendekat seakan ingin memeluk Eunbi dari samping. "Apa yang kau ...," perkataan Eunbi tertahan begitu Jaehyun meraih sabuk pengaman juga memasangkannya. Pria itu melirik Eunbi sekilas sebelum kembali ke tempat duduknya semula. "Tidak ada cara lain, kita harus menemui Ayah. Jika cara itu tak berhasil juga dengan terpaksa aku akan menikah dengan Hari," ujar Jaehyun sebelum menginjak pedal gas. Eunbi yang masih kurang paham dengan maksud perkataan Jaehyun hanya mengerutkan kening. "Memang sebegitu sulit membujuk Ayahmu?" "Tidak perlu banyak tanya, kau hanya perlu menuruti perkataan ku selama tiga bulan ini," jawab Jaehyun acuh, Eunbi mendengkus sebagai respon. "Antarkan aku ke caffe dekat stasiun," kata Eunbi kemudian. Jaehyun sempat melirik ke arah Eunbi yang tengah melihat ke arah luar melalui jendela. Jika dilihat dari raut wajah sepertinya wanita itu merasa kesal dengan ucapannya beberapa saat lalu. Mencoba untuk tidak peduli, Jaehyun terus melajukan mobilnya ke tempat yang sebelumnya dikatakan Kwon Eunbi. Tak ada percakapan, pertanyaan atau apapun sepanjang perjalanan. Suasana hening menyelimuti perjalanan keduanya hingga sampai di satu caffe yang berlokasi tidak jauh dari lokasi syuting. Eunbi turun tanpa memperdulikan Jaehyun, wanita itu sedikit merapikan penampilannya kemudian pergi tanpa mengatakan apapun. Sedang Jaehyun, pria itu terdiam menatap punggung Kwon Eunbi yang berjalan dengan terburu, ia masih saja memperhatikan wanita itu hingga tubuhnya menghilang di balik pintu caffe. Jaehyun menghembuskan nafas berat. Kepalanya menengadah, mata bulatnya terpejam beberapa saat. Kepalanya terasa pening bukan main. Dalam benaknya sudah tersusun beberapa rencana, tapi ia sendiri tidak yakin dengan itu. Bukan hal mudah untuk membujuk sang Ayah, Tuan Han mempunyai sikap keras juga tak terbantah. Berbeda dengan Jaehyun yang cenderung mudah luluh terhadap orang-orang yang ia kasihi. Hal itu membuat apa yang sekiranya sudah jadi keputusan Tuan Han sebelumnya akan sulit untuk dirubah. "Sepertinya aku perlu ke bar."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD