Bab 9 : Kedai Kopi

1536 Words
Kursi kayu itu tertarik, Eunbi mendudukinya kemudian. Wanita itu tersenyum manis pada Jiah yang sudah menunggunya. Beberapa saat lalu Jiah mengirim pesan pada Eunbi, gadis bermarga Shin itu mengajak Eunbi bertemu untuk membicarakan sesuatu hal. "Ada apa?" tanya Eunbi cepat.  Jiah yang melihat Eunbi nampak terburu-buru hanya berekspresi bingung, wanita itu terlihat kesal entah untuk alasan apa. "Kau kenapa?' Jiah justru balik bertanya. Kwon Eunbi mendengkus, ia menarik nafas perlahan kemudian menghembuskannya. Berusaha mengatur emosinya yang masih saja cukup kesal karena Han Jaehyun. "Tidak apa. Apa yang ingin kau katakan?" Tahu sang sahabat masih enggan untuk membagi cerita, Jiah mengangguk kecil sebagai respon. Gadis itu kemudian mengatakan hal apa yang membuatnya sampai meminta untuk bertemu. "Aku ingin menawarkan sesuatu. Kau mau jadi model? Maksudku model pengganti. Hanya sementara," ujarnya menatap Eunbi penuh harap. Eunbi tentu saja terkejut. Menjadi model? Ia bersua foto saja jarang, apalagi harus berhadapan dengan photografer juga model-model lainnya. Ia merasa takut, juga tidak yakin. "Apa kau yakin?" Eunbi bertanya ragu.  Dengan mantap Jiah mengangguk, gadis itu juga menggengam erat tangan Eunbi yang ia letakan di atas meja. "Yakin seratus persen," jawabnya tanpa ragu. Eunbi tak lantas mengiyakan, wanita itu masih saja terlihat ragu juga bingung. Hal itu membuat Jiah merasa gemas sendiri. "Tenang saja, kau hanya akan mengikuti satu sesi pemotretan saja. Lagipula kau akan menjadi model bersama Oh Jinwoo," jelasnya kemudian. Eunbi menoleh cepat ke arah Jiah, ia menatap sang sahabat seolah meminta penjelasan. "Rekan model yang harusnya ikut pemotretan bersama Jinwoo mendadak tidak bisa datang. Jinwoo mengusulkanmu sebagai penggantinya, ia bilang tidak mau melakukan pemotretan jika bukan denganmu. Anak itu benar-benar," jelas sekaligus keluh Jiah.  Gadis dengan syal biru muda itu memijit keningnya sendiri, merasa pusing dengan tingkah Jinwoo yang juga merupakan artisnya. "Kenapa harus aku? Aku bahkan jarang bersua foto, bagaimana bisa aku bergaya di depan kamera. Aku tidak bisa," tolak Eunbi kemudian. Lagipula ia heran, kenapa juga Jinwoo mengusulkannya. Mereka bukan dua orang yang mempunyai hubungan dekat ataupun bersahabat sejak lama. Bahkan pertemuan keduanya pun terbilang masih baru, belum terlalu lama. "Aku juga tidak tahu, anak itu suka sekali membuat ku pusing. Ku mohon Eunbi, kau tidak ingin bukan sahabatmu ini kena raport merah hanya karena ini. Please, jebal eung," pinta Jiah sembari menatap Eunbi dengan tatapan memelas. Eunbi menimang, sesekali melirik ke arah Jiah yang menatapnya dengan pandangan memohon, jujur saja ia bingung sekarang. Tentu ia ingin membantu sang sahabat, tapi di sisi lain ia juga tidak tahu harus melakukan apa jika nantinya ia menerima permintaan Shin Jiah.  "Ayolah Eunbi, sekali ini saja. heum heum," oke Eunbi menyerah. Wanita itu menarik tangannya yang sedari tadi di genggam Shin Jiah. Ia mendengkus, kemudian meminta Jiah berhenti menatapnya dengan jurus aegyo attack miliknya. "Ya, ya! Berhenti menatapku begitu, kau terlihat mengerikan," ujar Eunbi bersidekap ddada. Wanita itu juga memalingkan wajah dengan sengaja, berusaha menghindari bertatap muka dengan Jiah yang kini sudah mengulas senyum lebar. "Asyik! thank you Kwon Eunbi, kau memang yang terbaik," seru Jiah riang. Gadis itu tersenyum lebar kemudian memeluk leher Eunbi erat. Membuat keduanya terkekeh bersama setelahnya. "Sudahlah, hentikan itu. Ayo, kau harus menraktir ku Americanno hari ini," ujar Eunbi cepaf setelah melepaskan pelukan mereka. Jiah mencibir, namun tak urung turut melangkahkan kakinya mengikuti Kwon Eunbi yang sudah berjalan menuju meja kasir untuk memesan. "Dasar gadis itu. Eunbi-ya tunggu aku!" **** Kwon Eunbi menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang bersama Shin Jiah hari ini, keduanya memutuskan untuk berjalan-jalan dan bermain di taman hiburan juga time zone sekalian untuk merayakan atas Eunbi yang telah mendapatkan pekerjaan baru. Keduanya bersenang-senang tanpa memikirkan apapun, bahkan Eunbi tidak menyadari jika sudah sejak tadi ponsel miliknya terus bergetar menandakan panggilan masuk dari seseorang. Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu terlarut dengan permainan dance yang tengah ia lakukan bersama Jiah. Pukul tujuh malam saat keduanya telah selesai dengan aktifitas bersenang-senang, mereka memutuskan untuk singgah di salah satu kedai kecil yang menyediakan berbagai macam kopi. Jiah juga Eunbi memutuskan untuk duduk di salah satu meja pelanggan yang terletak di bagian pojok ruangan, keduanya tengah menginginkan suasana tenang untuk kembali mengisi daya mereka setelah terkuras oleh aktifitas melelahkan tapi menyenangkan. "Akhh, rasanya lelah sekali," ujar Eunbi sembari meregangkan otot-otot nya.  Jiah terkekeh, gadis itu meneguk lebih dulu air mineral yang memang sudah disediakan sembari menunggu pesanan keduanya siap untuk disajikan.  "Kau ini seperti wanita Tua saja, mudah sekali kelelahan," komentar Jiah yang lagi-lagi hanya dibalas dengan dengkusan oleh Kwon Eunbi. "Memang yang kelelahan hanya orang Tua saja," sahut Eunbi kemudian. Baru saja Jiah akan menjawab seorang pegawai kedai lebih dulu mengantarkan pesanan mereka, membuat Jiah kembali mengurunhkan niatnya. Wanita bermarga Kwon itu menatap antusias pada sepotong kue dengan hiasan coklat kering di atasnya, ia terlihat begitu bahagia meski hanya dengan sepotong kue. "Kau benar-benar menyukai coklat ya?" ucap Jiah menggelengkan kepalanya sembari mengaduk ice americano di depannya. Eunbi mengangguk saja sebagai tanggapan, wanita itu kini sibuk dengan dunianya sendiri. Ia mulai menyendok sedikit demi sedikit kue berlapis coklat tersebut dan mulai memasukannya ke dalam mulutnya sendiri sembari bergumam. Jiah yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum simpul lantas juga menyibukan diri dengan pesanan miliknya, yaitu kue strawberry. Omong-omong jika Kwon Eunbi adalah penggila coklat, maka Shin Jiah adalah penggila strawberry. Keduanya sama, hanya saja dengan hal yang berbeda. Saat keduanya tengah asyik menyantap hidangan di hadapan masing-masing, atensi keduanya teralih saat salah satu kursi pada meja berbentuk segi empat itu berderit karena tergeser. "Jinwoo?"  Ucapan Jiah membuat pria dengan sweater berwarna coklat itu tersenyum kecil, Oh Jinwoo segera menyapa keduanya masih dengan senyum menawan yang ia suguhkan tanpa lelah. "Boleh bergabung?" tanya-nya yang langsung mendapat anggukan dari Kwon Eunbi. Wanita itu tersenyum sumringah dengan wajah sedikit memerah tatkala ia sadar jika Jinwoo ada di sana. Jiah yang memperhatikan tingkah laku Eunbi yang menurutnya agak aneh hanya bisa mengulas senyum tipis. "Tentu saja, " sahut Jiah kemudian.  Iseng, Jiah berniat untuk menggoda Kwon Eunbi karena wajahnya yang kini makin terlihat mememrah saat tanpa sengaja ia memergoki Jinwoo yang tengah tersenyum ke arah wanita itu.  "Kenapa wajahmu memerah begitu? Kau demam?" tanya Jiah setengah menahan tawa.  Pertanyaan Shin Jiah membuat Eunbi tergagap. Dengan gesit wanita itu menggeleng kuat dibarengi dua tangannya yang ia lambaikan ke arah drpan sebagai bantahan.  "Itu, udaranya agak panas," jawab Eunbi spontan. Ia mencoba memperkuat perkataannya dengan mengipas-ngipasi area sekitar leher dengan dua tangannya.  "Perlu bantuan?" Rasanya Kwon Eunbi ingin menghilang dari sana saat itu juga, Jinwoo bertanya padanya tapi dua tangan pria itu sudah aktif untuk melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan. Mengipasi area sekitar leher Kwon Eunbi.  Hal itu tak pelak membuat kekehan kecil terumbar jelas dari manusia lain yang ada di sana, Shin Jiah.  "Tidak apa, terima kasih," sahut Eunbi merasa canggung.  Sebenarnya bukan bagaimana, Eunbi hanya merasa malu entah untuk alasan apa. Entah malu karena perlakuan Jinwoo, atau bisa juga malu karena reaksi yang diberikan Jiah. Atau bisa jadi keduanya.  Sudah barang pasti ia akan mendapat ledekan juga godaan mengesalkan dari gadis itu nantinya. Dan lagi, kenapa ia harus memerah seperti saat ini.  Iya, memang Eunbi mengakui jika ia seperti tertarik pada Jinwoo, tapi hanya sebatas itu. Sebelumnya ia juga pernah tertarik pada seseorang, tapi ia tidak pernah memerah seperti saat ini.  "Jinwoo-ya, apa yang kau lakukan di sini?" Jiah bertanya. Sekaligus untuk mengalihkan perhatian Oh Jiwnwoo yang tadinya turut tersenyum kecil melihat tingkah Eunbi.  Pria itu menoleh ke arah Jiah kemudian mengulas senyum tipis lagi yang membuat wajahnya kian terlihat tampan.  "Hanya berjalan-jalan saja Noona, kalian sendiri?" "Istirahat. Kami baru saja bersenang-senang dan kelaparan, maka dari itu kami terdampar di sini," kekeh Jiah kemudian.  Si pria Oh juga mengulas kekehan kecil sebagai respon akan jawaban Shin Jiah, atensinya kembali teralih ke arah Eunbi yang sejak tadi hanya terdiam sebagai pendengar.  Eunbi sendiri hanya bisa terdiam dengan salah tingkah, jujur saja ia tidak tahu harus melakukan atau berbuat apa saat seseorang tengah terang-terangan menatap dirinya dibarengi senyum hangat.  **** Pukul sepuluh malam saat Kwon Eunbi tiba di rumah. Wanita itu berjalan pelan menuju pintu utama setelah sebelumnya turun dan berterima kasih kepada Jinwoo yang sudah repot mau mengantarkan dirinya.  Sebenernya bukan hanya Eunbi, tapi Jiah juga. Jinwoo mengantarkan mereka berdua.  Pelan-pelan Eunbi membuka pintu, sedikit melongo kan kepala ke arah dalam juga melihat sekeliling. Ruang tamu juga area tengah terlihat sepi, tapi kondisi rumah telah terang dengan lampu menyala.  Dengan langkah yang dibuat amat lirih Eunbi berjalan, begitu ia akan sampai pada anak tangga pertama suara Jaehyun lebih dulu terdengar menusuk telinga.  "Dari mana saja kau?" Eunbi berbalik dan mendapati pria itu tengah berdiri bersandar pada kusen pintu dapur yang memang terletak berdekatan dengan ruang tengah.  Eunbi mengurungkan niatnya yang akan naik ke lantai dan memilih diam menatap berani ke arah Jaehyun. Pria yang semula bersedekap dadaa itu berjalan pelan ke arah Eunbi dengan wajah datar.  Jantung Gadis bermarga Kwon itu berdegup cepat saat Jaehyun semakin mendekat ke arahnya. Apalagi saat jarak keduanya kian tipis hanya beberapa langkah tersisa.  Eunbi menelan ludah gugup begitu Jaehyun sudah ada tepat di depannya. Pria itu menyunggingkan smirk kecil sembari memperhatikan si gadis Kwon dari atas kemudian ke bawah dan mengulanginya beberapa kali.  "Sepertinya keputusanku untuk tidak mempercayai anak dalam kandunganmu adalah anakku adalah benar," ucapnya sebelum melangkah pergi.  Meninggalkan Eunbi yang hanya bisa terdiam dengan perasaan dongkol bukan main. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD