Jemma hanya berdiri di depan pintu menatap Jingga. Begitupun Jingga, ia mengatupkan bibirnya. Tak percaya, sahabat lamanya ada di hadapannya. Kangen sekali rasanya.. Air mata tiba tiba mengalir di pipi keduanya. Shanum dengan keras berusaha menahan agar ia tidak sesegrukan menangis. Jemma pun sama.. Ia merasakan penglihatannya terhalang air mata. Hanya ada bayangan di hadapannya. Itu sahabat karibnya, teman kecilnya.. Lima tahun ini ia menahan rasa.. "Kenapa kalian saling diam?" Keenan menatap ke arah keduanya bergantian. "Ji-jingga.." Jemma terbata bata. "Ya.." Jingga tak sanggup mengeluarkan kata kata. Kerongkongannya tercekat dan akhirnya ia menangis. Kedua tangannya menutupi wajahnya. "Ka-kamu kemana saja?" Jingga berusaha bicara dengan jelas, meski hidung dan matanya