"Ah, tak terasa, aku harus pergi. Tugas menantiku," Keenan melepaskan pelukannya. "Andai kamu bisa ikut." Keenan membelai rambut Jingga berulang kali, "Tapi, setidaknya aku sudah menemuimu. Sedikit mengobati rasa rinduku." Jingga hanya diam menatap wajah tampan Keenan. Ia mengelus pipinya, "Aku tidak akan kemana mana. Selalu ada di sini." "Oh, my girl," Keenan kembali memeluknya. "Aku pergi ya?" Jingga membalas pelukannya dengan erat, "Iya. Selalu berhati hati Keenan. Ada aku yang menunggu kepulanganmu nanti. Semoga semua urusanmu lancar. Aku akan mendoakanmu dari jauh. Aku percaya kalau kamu akan menjadi menteri terhebat sepanjang zaman." Keenan tertawa, "Aku tidak ingin menjadi yang paling hebat. Jingga, aku tidak seambisius itu soal karir. Jabatan menteri aku terima karena alasa