"Sudah lewat tengah malam. Jingga, aku harus pulang," Keenan bicara perlahan tapi kedua tangannya memeluk Jingga dengan erat. "Iya," Jingga pun tidak melepaskan pelukannya. "Secepatnya kamu datang ke pelukanku ya? Kita tidak lagi harus berpisah," Keenan menggumam pelan. "Aku akan bisa bersamamu kapanpun aku mau." Jingga menengadahkan kepalanya, "Kamu mau itu?" "Tentu saja. Seumur hidup aku menunggumu," Keenan mendesah pelan. "Sekarang ini, aku, bisa gila tanpa kamu Jingga." "Ah, kamu membuatku tersentuh," Jingga membelai pipi Keenan. "Matamu indah sekali," Keenan mengecup kening Jingga. "Membuatku berat melangkah." "Tapi, kali ini, aku harus pergi," Keenan berdiri. Jingga pun ikut berdiri. Ia mengantarkan Keenan ke arah pintu kamar. Ruang kamar tidurnya yang tidak luas, membuat