BAB 08 - Stalker (2)

1215 Words
"Apa kau seorang predator seksual?."Dengan polosnya Clary berkata seperti itu seraya menatap Gideon tanpa ekspresi apapun di wajahnya. Gideon tertawa keras mendengar ucapan Clary. Tapi wanita itu hanya melongo melihat Gideon terbahak di hadapannya. Clary tidak mengerti, apakah ini lucu? Padahal ia benar-benar serius bertanya tentang hal ini.  Gideon selalu bertanya tentang bagaimana caranya agar Clary ingin tidur dengannya. Bukankah itu menyeramkan. Tidak ada yang lucu di sini, Gideon jadi terlihat seperti psikopat gila. Pertama dia selalu membuntutinya kemanapun Clary pergi, kedua dia menyelinap masuk setiap malam ke dalam kamarnya, dan ketiga ia selalu berkata ingin tidur dengannya. Semua ini tidak semenyenangkan itu untuk di bayangkan. Di gilai pria kaya seperti Gideon bukanlah hal yang membanggakan dimana kau bisa menceritakan pada setiap orang. Semua ini hanya membawamu pada rasa takut, apa yang akan terjadi setelah ini. Clary mulai berpikir liar tentang nasib nyawanya yang mungkin tidak akan lama lagi berakhir di tangan Gideon. Mungkin ini berlebihan, tapi siapa yang tidak akan berpikir begitu berlebihan ketika berada di posisi Clary. Ketika Gideon berhenti tertawa tubuh Clary menjadi tegang, pria itu menatapnya dalam diam, berubah serius ketika menatap Clary yang menunggu jawaban atas pertanyaannya. "Bukan, tapi kau membuka sesuatu yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya. Kenapa kau menarikku? Aku sendiri tidak mengerti kenapa.. Jadi ayo cari jawabannya ketika kita tidur bersama. Apakah aku akan menghentikan semua ini ketika kita bercinta." Clary tertawa remeh tatapannya berubah sinis. Mobil berhenti di depan rumah Clary. Pria itu membawanya ke rumah tanpa repot-repot bertanya dimana alamat rumahnya, walau itu basa-basi setidaknya ini pertama kalinya ia datang bukan. "Sepertinya kau dan supirmu begitu hafal dimana rumahku! Ku harap ini terakhir kalinya. Jika aku menjual tubuhku aku lebih memilih bukan kau orangnya yang akan membeliku. Hentikan semua tindakan konyol ini, sekarang juga," "jujur saja, aku tidak berminat dengan cinta satu malam, dua malam, tiga malam, ataupun begitu banyak malam. Kau salah orang jika memilihku, masih banyak wanita di Club malam yang bisa kau ajak ke tempat tidur dan aku bukan orang itu. Kau mengerti.. berhenti masuk ke dalam kamarku, atau aku akan mati karena takut tidur dan bertemu denganmu." "kau tidak seharusnya takut padaku."kedua mata Gideon menggelap mentap Clary yang bersungguh-sungguh dengan setiap ucapannya. Hal itu mungkin menyinggungnya hingga berekspresi seperti itu. "Semua orang pasti takut dengan apa yang kau lakukan. Berhenti melakukan hal itu padaku." "seorang pemburu tidak akan pernah melepaskan target perburuan nya. Aku menetapkannya padamu, dan aku tidak akan melepaskanmu." *** Clary menemukan neneknya tengah merajut syal di ruang tamu seraya menyaksikan salah satu drama perselingkuhan yang tengah ramai di bicarakan banyak orang. Clary tidak menyukai drama itu sama sekali, percintaan itu konyol hal yang selalu tertanam di dalam pikirannya sejak ia masih berada di sekolah menengah. Pintu terbuka di belakang Clary, ia dan sang nenek menoleh ke arah pintu itu dan menemukan Yura masuk dengan langkah terburu-buru melepas sepatunya. "Malam. Nenek apa Clary sudah...,- Eoh syukurlah kau sudah di sini!."ucapnya ketika melihat Clary ada di hadapannya dan dia baik-baik saja. Yura mendekati Clary dan berdiri di sampingnya dengan senyum lebar namun wajahnya menunjukan khawatiran yang begitu besar. "Apa kalian sudah makan malam?."Clary dan Yura mengangguk cepat, hanya makan cemilan tapi terasa begitu kenyang karena peristiwa menenganggkan tadi, Yura hanya bisa merasakan perutnya melilit karena mulas ketika mendapatkan tatapan tajam Gideon yang kelewat mengintimidasinya. "Ini sudah malam nenek harus beristirahat."seru Clary, ini sudah cukup malam dan neneknya masih saja merajut. Tidak baik untuknya, Clary khawatir neneknya akan sakit jika kurang beristirahat. "Sedikit lagi. Nenek akan selesaikan ini dengan cepat." "Jangan terlalu lama. Jika nanti aku turun ke bawah dan melihat nenek masih mera.." "Ya.. Ya.. Ya.. Dasar kau ini cerewet sekali."Clary terkekeh mendengarnya. "Kita harus bicara. Malam nenek."Tiba-tiba Yura menarik Clary ke kamar wanita itu untuk membicarakan sesuatu, ia begitu penasaran setelah Gideon berlari mengejarnya keluar Mall. Yura juga langsung bergegas pergi diantar Steven menggunakan mobilnya untuk berputar mencari mobil Gideon yang mereka lihat di lobby Mall.  Mereka kehilangan jejak, Clary sendiri tak ingat dengan jalanan yang ia lewati karena terlalu fokus pada Gideon untuk menyanyakan sesuatu. Tapi jika diingat-ingat seperti nya ia memang sedikit berputar-putar, tidak melewati jalan biasa jika ia dan Yura pergi ke Mall itu. "kita harus menghubungi polisi."Yura jelas nampak khawatir, bahkan mungkin ketakutannya melebihi ketakutan Clary sendiri. Kini ia duduk di atas kasur tepat di hadapan Clary yang bersandar pada head board ranjang tempat tidur dengan kedua kaki bersila. "Aku pernah mengancamnya dan kau tahu apa yang dikatakannya. Apakah mereka akan percaya padamu."ucap Clary menirukan apa yang Gideon katakan padanya waktu itu. Yura mencoba memikirkan sesuatu, suatu cara yang bisa membuat Gideon pergi dari kehidupan sahabatnya. Bahkan pria itu tetap mendekati Clary walau Clary bersama dengan pria lain seperti tadi. "Jangan membawaku berkencan seperti tadi, berapa kali ku katakan padamu jika aku tidak mau menikah."Yura tersenyum dengan cengiran di wajahnya, ia selalu berniat mendekati Clary dengan para pria yang di kenalnya agar hati wanita itu bisa terbuka. Clary selalu mengatakan tentang tidak menikah, ataupun tidak berkencan sejak mereka berada di bangku sekolah. Hal itu membuat Yura khawatir, itulah yang menyebabkan nya berusaha untuk mendekati nya dengan pria-pria. Tapi sepertinya ia harus berpikir ulang atau membuat strategi keamanan dimana Gideon tidak akan mengetahuinya. Sindirannya tadi cukup menyeramkan, Yura merasa ia terkena serangan bom atom di dalam kepalanya hingga membuat nyalinya menciut di bawah tekanan dan tatapan mengintimidasi milik seorang Gideon Giderson. "Bagaimana caranya kau memberikan nenekmu cucu? nenekmu sudah tua dan ingin melihatmu menikah."oceh Yura, Yura ingat tentang keinginan nenek Clary itu salah satu hal yang menjadi khawatiran untuknya. Apalagi keinginan Clary bertolak belakang dengan apa yang neneknya inginkan. "Aku bisa mendapatkan anak tanpa harus menikah."Yura menutup mulutnya sendiri menggunakan kedua telapak tangannya. Bahkan kedua matanya seperti akan keluar ketika mendengar hal itu. Ia pikir Clary tidak akan pernah melakukan s*x tapi ternyata, ia sangat tak menduganya. "Kau akan melakukan itu dengan sembarangan pria dan membesarkan anakmu sebagai seorang single parents. Kalau begitu kau harus mencari bibit yang bagus. Gideon tidak buruk juga. Walaupun sifatnya sangat menyeramkan, tapi dia cukup tampan untuk membuat keturunan yang bagus." "Hei,"protes Clary dan memberikan pukulan keras di lengan Yura menggunakan bantal nya. Bisa-bisanya wanita itu berpikir tidak masuk di akal seperti itu. "Dibandingkan dengannya lebih baik aku mengadopsi anak dari panti asuhan. Aku tidak mau merawat anak nya. Tidak dengan pria maniak, predator, siluman, dan psikopat sepertinya." "lengkap sekali perumpamaan yang kau sebutkan untuknya. Aku sampai bingung mau menambahkan apa."Yura memeluk bantal yang Clary lemparkan ke arahnya dan terkekeh mengingat nama-nama itu. "tidurlah di sini, dia tidak akan masuk, aku tidak membuka pintu itu sejak tadi dan akan menguncinya. Temani aku sebagai tebusan permintaan maafmu karena mencoba untuk membuatku berkencan."Clary bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu balkon kamarnya untuk memastikan pintu terkunci. Clary bahkan melihat ke halaman rumahnya dari balik hordeng putihnya untuk memastikan tidak ada siapapun yang berada di sana. "Jadi Gideon itu manusia? Aku sempat berpikir dia itu siluman atau roh yang bisa datang dan menghilang dengan cepat." "Jika kau perlu di ingatkan lagi, Superhero juga datang dan menghilang dengan begitu cepat. Jika kau berpikir pria itu adalah superhero maka ku tekanankan padamu dia itu pria maniak, predator, siluman, dan psikopat." Yura terkekeh geli mendengarnya, ia melepaskan tasnya dan menaruh tas itu di atas meja belajar Clary. Clary selalu memiliki kata-kata yang bagus jika sedang menghina seseorang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD