Bagian 1
"Ahh"
Meylia membuka matanya dan langsung disambut tatapan b*******h suaminya, Rianto Putra. Celana tidurnya digunting kemudian tubuhnya dimasuki tanpa pemanasan.
"Mas_ shh kapan datang?"Tanya Meylia ditengah guncangan tubuhnya yang disebabkan oleh gerakan kasar suaminya.
Rian memejamkan matanya sembari bergerak semakin dalam."Baru saja shh".
"Ahh mbak Elin di mana ahh?"
Meylia tidak lupa, karena tadi pagi suaminya bilang akan pulang ke rumah istri pertamanya. Tapi pria itu sekarang malah ada di rumahnya, di kamarnya dan sedang menjajah tubuh kecil miliknya.
Rian tidak menjawab namun tubuh bagian bawahnya semakin bringas. Sepertinya pria itu hampir mencapai puncaknya.
"Ahh_ masss" Desah Meylia sambil memeluk tubuh Rian yang mulai basah karena keringat.
"Ahh.. Kamu nikmat sayang.. Nikmatt" Bisik Rian membuat tubuh Meylia meremang kemudian bergetar karena sesuatu dalam dirinya terasa mau meledak.
"Mas_ ahh.. Lebih cepatt mass..shh" Rintih Meylia memohon membuat Rian tersenyum licik lalu mulai bergerak lebih cepat. Tak tanggung-tanggung, ia bergerak cepat, dalam dan kasar membuat tubuh Meylia bergetar hebat dengan mulut yang terbuka lebar.
"Mas akuhh ahh hakk" Meylia tidak mampu lagi mengatakan apapun. Tubuhnya sudah menjelaskan semuanya. Rasa nikmat yang menyerang satu titik membuat ia tidak bisa berpikir lagi.
Rian menutup matanya. Ia hampir keluar. Gerakannya semakin kasar, hingga tiga hujaman terakhir membuat benih-benihnya meluncur bebas mengisi rahim istri simpanannya itu.
"Ahh" Desah Rian begitupun Meylia yang kembali mencapai puncak kepuasannya malam ini.
"Kamu hebat sayang, selalu."Puji Rian lalu mengecup bibir Meylia sekilas lalu berbaring memeluk wanita itu.
Meylia tersenyum disela tarikan napasnya yang belum teratur."Mas bilang mau pulang ke rumah mbak Elin." Ucap Meylia namun Rian hanya diam.
"Mas"Panggil Meylia membuat Rian membuka matanya yang tadi sempat terpejam.
"Apa sayang?" Tanya Rian lembut dengan tangan yang meremas d**a bulat Meylia.
"Akh mas." Desah Meylia lalu mendorong tangan suaminya.
"Kenapa di sini? Harusnya kan mas pulang ke rumah mbak Elin." Tanya Meylia serius. Meski ia adalah istri muda namun ia tak berniat menguasai suaminya itu. Ia tahu betul konsep adil yang harus diterapkan suaminya meski kehadirannya tidak diketahui oleh siapapun.
"Elin hamil lagi sayang." Ucap Rian membuat tubuh Meylia menegang. Hamil lagi? Istri pertama suaminya itu baru 5 bulan melahirkan anak ketiga mereka. Dan sekarang malah hamil lagi.
"Hamil lagi?" Tanya Meylia ragu.
Rian mengangguk lalu mengusap rambut Meylia."Kenapa sayang? Kamu sedih mas mau punya anak lagi?" Tanya Rian lembut.
Meylia diam lalu spontan mengusap perut ratanya. Mereka sudah menikah hampir dua tahun dan selama itu juga jatah ranjangnya selalu lebih banyak, tapi kenapa ia belum hamil juga sedang istri pertama suaminya itu sangat mudah hamil.
Rian tersenyum manis. Ia tahu apa yang dipikirkan oleh istri mudanya itu. Dan tidak bisa dipungkiri jika ia pun ingin memiliki seorang anak dengan Meylia namun sepertinya Tuhan belum mau memberi anugerah itu.
"Kita bisa lebih berusaha, sayang"Bisik Rian lalu mengecup pipi Meylia."Suatu hari nanti, kamu juga pasti akan mengandung anak kita, mas janji." Ucap Rian setelah meletakkan tangannya di atas perut rata Meylia.
Meylia berusaha tersenyum lalu merapatkan tubuhnya, ia memeluk tubuh Berotot suaminya dengan erat."Mungkin ini hukuman untuk aku mas."Ucap Meylia membuat Rian melotot.
"Hukuman apa? Jangan sembarangan sayang. Mas tidak suka kamu bicara seperti itu." Tegur Rian tak suka namun Meylia hanya diam dan memejamkan matanya.
Pagi harinya, Rian kembali menyerang istrinya. Kesedihan Meylia yang belum hamil juga membuat Rian berjanji akan lebih berusaha agar istri mudanya itu bisa hamil secepatnya.
"Ahh mass" Desah Meylia membuat Rian semakin bersemangat. Ia memajumundurkan miliknya dengan kekuatan penuh.
"Mas ahh harus kerja ahh" Desah Meylia membuat Rian mengangguk. Karena itu ia harus bermain cepat.
Rian menambah kecepatannya lalu.
"Argghh"
Tubuh keduanya bergetar hebat begitu hujaman kuat terakhir yang dilakukan Rian.
Rian menarik dirinya lalu turun dari tempat tidur."Tidak perlu memasak, mas akan makan di kantor." Ucap Rian saat Meylia bangun dan mencari pakaiannya.
"Jangan begitu mas, menyiapkan pakaian dan sarapan kan memang tugas seorang istri." Ucap Meylia membuat Rian tersenyum lalu bergerak mengecup bibir merah muda istrinya itu.
"Baiklah. Mas mandi dulu." Ucap Rian lalu melangkah memasuki kamar mandi.
Sedang Meylia segera merapikan tempat tidur mereka kemudian menyiapkan pakaian untuk suaminya. Setelah itu ia mengikat rambutnya lalu turun ke lantai bawah menuju dapur.
Karena suaminya harus segera pergi, Meylia hanya memasak nasi goreng dan telur dadar. Selesai memasak Meylia menyajikannya di meja makan, lengkap dengan segelas s**u hangat.
"Sayang"
Meylia tersenyum mendengar panggilan dari suaminya.
"Iya mas?"
Tidak lama Rian datang sambil memegang dasi hitam di tangan kanannya."Seperti biasa."Ucap Rian lalu memberikan dasi itu kepada Meylia.
Meylia tersenyum manis melihat sikap manja suaminya. Dan seperti hari-hari sebelumnya ia akan mengikat dasi dengan duduk dipangkuan suaminya yang sedang menyantap sarapannya.
Rian mengunyah nasi gorengnya tanpa suara."Mas tampan."Puji Meylia setelah selesai mengikat dasi untuk suaminya.
"Benarkah? Kalau begitu berikan mas ciuman!" Pinta Rian sembari menunjuk bibirnya.
Tanpa kata lagi, Meylia segera meraih leher suaminya kemudian.
Cupp
"Kurang." Tegur Rian membuat Meylia tertawa.
"Habiskan sarapan mas dulu." Ucap Meylia membuat Rian dengan segera menghabiskan nasi gorengnya dan tak lupa meneguk segelas s**u yang istrinya siapkan.
"Sudah."Lapor Rian lalu bersiap mencium Meylia namun dering ponselnya membuat niatnya terhenti.
"Siapa mas?"Tanya Meylia membuat Rian memperlihatkan layar ponselnya.
"Jawab dong mas, siapa tahu mbak Elin perlu sesuatu."Ucap Meylia lalu turun dari pangkuan Rian dan beralih duduk di samping untuk menyantap nasi gorengnya.
Rian menggeser tombol jawab kemudian bergerak menjauh. Bagaimanapun juga akan sangat tidak nyaman jika Meylia mendengar percakapannya dengan istri yang lain.
"Iya?"
"Mas. Mas di mana?"
Rian menghela napas.
"Ada apa?"
"Perutku sakit mas."
Rian melotot kaget.
"Sakit? Kenapa? Kamu jatuh atau salah makan? Mas kan sudah bilang agar hati-hati."
"Inikan biasa mas, namanya juga hamil muda. Mas pulang ya, bawain aku mangga muda."
Rian menoleh ke arah meja makan. Di sana, Meylia juga menatap ke arahnya.
"Baiklah. Setelah pekerjaan mas di sini selesai. Mas langsung pulang dan bawa mangga muda."
Tuut
Setelah mengatakan hal itu, Rian segera menutup telponnya dan melangkah menuju meja makan.
"Mas mau pulang sekarang?" Tanya Meylia membuat Rian mengangguk lalu menunduk mencium kening Meylia.
"Nanti mas ke sini lagi." Ucap Rian membuat Meylia tersenyum lalu mengantar suaminya itu hingga pintu.
"Hati-hati mas. Jangan ngebut!." Pesan Meylia.
"Iya sayang."Ucap Rian lalu memasuki mobil. Beberapa detik kemudian, mobil itu melaju meninggalkan halaman rumah.
"Hahh.." Meylia menghela napas lalu bergerak menutup pagar kemudian kembali memasuki rumah.
Selama ia bisa tinggal di tempat yang nyaman, kuliah di kampus yang bagus, dan kedua orang tuanya bisa mendapatkan perawatan terbaik. Meylia sungguh rela menjalani kehidupan seperti apapun. Bahkan jika itu artinya ia harus menjadi istri kedua.
Istri kedua, yang berarti ia harus siap membagi suaminya dan sakit hati jika suatu hari istri pertama suaminya tahu dan meminta mas Rian menceraikan dirinya.
Meylia berusaha tersenyum.
'Lagipula siapa suruh ia menjadi istri kedua'