Dosen Baru Saingan Ferdhy

1449 Words
“Mas, Rida turun duluan, ya? Soalnya harus absen.” Rida meraih tangan Ferdhy, lalu menciumnya dengan tulus. Ferdhy dan Rida sudah berada di parkiran kampus. “Iya, entar kalau udah selesai kelasnya, kamu tungguin aku. Aku masih ngajar kelas tambahan. Tunggu di kantin aja, biar kamu bisa makan sekalian.” Rida mengangguk paham. Namun, Ferdhy mencegah Rida saat hendak membuka pintu. Ferdhy melepaskan sabuk pengamannya lalu turun, membuka pintu untuk Rida. Ferdhy memang terkesan tak acuh. Tapi, di balik sikapnya yang cuek, sebenarnya Ferdhy juga memiliki sisi romantis yang jarang ditunjukkan pada orang lain, kecuali orang-orang terkasihnya. Rida tersenyum manis. “Terima kasih, Dosen Gantengku. Rida duluan, ya? Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikumussalam. Jaga mata dan pandanganmu. Kalau jalan nunduk, jangan sok, cantik. Awas aja kalau ketahuan genit-genit sama cowok lain. Aku kasih C nilaimu!” ancam Ferdhy. Selain romantis, ternyata masih ada sisi tersembunyi yang lain, yaitu posesif. “Idih, mainnya ancam nilai. Nggak profesional!” cibir Rida sewot. “Leh, mulai berani?” Ferdhy memicingkan matanya. “Iya, iya, Dosen Galak.” “Siapa yang galak?” Rida berpikir sejenak. “Bapak lah!” “Manggil Bapak lagi? Aku kerahkan pythonku baru tahu rasa kamu, ya?” ancam Ferdhy. Rida tidak takut. Ia terlihat meledek. “Oh ya? Sayangnya ini di kampus, bukan di rumah. Wleee ....” Rida menjulurkan lidahnya ke arah Ferdhy. Bukannya geram, Ferdhy malah semakin gemas dengan tingkah istrinya itu. “Udah, masuk kelas sana. Kali ini kamu lolos, tapi tunggu saja pembalasannya di rumah.” “Heleh. Bisamu ‘kan, cuma ngancem, Mas. udah, Rida masuk dulu. Assalamualaikum.” “Wa’alaikumussalam.” Rida pun berlalu meninggalkan Ferdhy yang terpaku menatap kepergiannya dengan senyum merekah. "Dasar," gumam Ferdhy. *** Di kelas, Rida merasa sedikit bosan. Semenjak Aliana tidak lagi masuk kuliah, semangat Rida untuk kuliah pun ikut menurun. Suasana kelas menjadi tidak asyik lagi. Rida pun merenung. Ia menelungkupkan tangan di wajahnya. Tiba-tiba terdengar keributan kecil. Ada pula yang sampai histeris entah meributkan apa. Rida yang sedikit terusik pula membenahi kerudungnya yang agak kusut. Ia kembali duduk dengan benar di bangkunya. Tak lama, seseorang dengan perawakan tinggi dan ketampanan yang di atas rata-rata masuk ke dalam kelas. Seketika, semuanya terdiam duduk di bangku masing-masing. Rida pikir, itu Ferdhy, karena biasanya, teman-temanya akan ribut saat Ferdhy akan masuk ke kelas. Makanya Rida biasa saja. Namun, tebakannya kali ini salah. Laki-laki itu bukanlah Ferdhy, melainkan dosen baru yang akan mengajar di kelas ini. Mungkinkah Ferdhy sudah tidak mengajar lagi? Laki-laki itu berdehem. “Ehem. Selamat pagi, semuanya. Perkenalkan, nama saya Dewangga Putra, kalian bisa memanggil saya Pak Angga. Saya dosen baru kalian yang akan mengajar mata kuliah ilmu penyakit dalam. Selamat bergabung di pembelajaran saya, semoga kalian bisa cepat menangkap dan memahami materi yang saya ajarkan.” “Baik, Pak,” jawab semuanya dengan kompak. “Ada pertanyaan?” tanya Angga dengan tatapan tajam nan dingin, membuat … ngeri. Angga memang tampan, tapi wajah tegasnya membuat ketampanannya berubah menakutkan. Para mahasiswi yang biasa suka mencari perhatian pun tak berani mengajukan pertanyaan. Berbeda dengan Ferdhy saat pertama kali memperkenalkan diri sebagai dosen di kelas ini. “Baik. Diamnya kalian, saya anggap sudah paham dan mengerti. Kalau begitu langsung saja, tanpa basa-basi kita mulai materi kita hari ini. Buka halaman 13. Materi kita kali ini adalah mengenal macam-macam penyakit dalam. Kita akan bedah materi tersebut, meliputi pengertiannya, faktor penyebab, cara penanganan dan risikonya.” Angga pun berjalan ke depan layar monitor dan mulai menerangkan. “Ilmu penyakit dalam atau disebut dengan internal medicine adalah spesialisasi medis untuk diagnosis, perawatan dan pencegahan penyakit pada orang dewasa. Perlu diingat, penyakit dalam tidak hanya menyerang orang-orang dewasa, sebab banyak kasus diantaranya meliputi anak-anak di bawah umur. Beberapa contoh jenis penyakit Hematologi-Onkologi medik, seperti kanker darah (Leukemia) dan Gastroentero-Hepatologi (gangguan pencernaan yang menyerang sistem pencernaan) seperti penyakit pankreatis (Diabetes) yang tidak hanya dialami oleh orang dewasa. Anak-anak usia dini pun bisa menderita penyakit ini. Diketahui, faktor penyebab tidak hanya dari genetika (keturunan) saja. Diantaranya adalah, pola makan dan pola hidup yang salah. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk kita menjaga pola hidup sehat. Bisa dipahami materi ini?” tanya Angga pada para mahasiswanya. "Bisa, Pak," jawab semuanya kompak. “Baik. Saya hanya menjelaskan sedikit pengertian singkatnya saja. Kalian sudah bukan anak kecil lagi yang harus dijelaskan sampai terperinci. Untuk lebih jelasnya, kalian bisa membaca materi sampai akhir. Di sana sudah ada penjelasan dari jenis-jenis penyakit dan macam penyakitnya. Ada faktor penyebab dan penanganan juga sudah tertulis dengan jelas dan lengkap. Ingat, pahami materi, bukan dihafalkan. Apabila nanti terdapat penjelasan yang belum bisa dipahami, bisa ditanyakan ke saya.” Angga pun kembali duduk di tempatnya. Dia mengamati para mahasiswanya, hingga tiba saat sorot matanya tertuju pada Rida. Entah kenapa, perempuan itu terlihat begitu menarik di mata Angga. Ekspresinya yang dingin, dan fokusnya yang tajam, membuat Angga penasaran. Angga pun berdiri dari duduknya. Ia kemudian berjalan melewati bangku-bangku yang berjejer rapi. Para mahasiswa terlihat sangat gugup. Suasananya pun menjadi sedikit lebih tegang. Hanya Rida satu-satunya mahasiswa yang tampak begitu tenang. Sama sekali tidak ada rasa ketakutan dalam ekspresi Rida. Mungkin, karena Rida masih menguasai materi dari mata kuliah ini. Biasanya, Rida akan langsung panik jika mata kuliahnya adalah mata kuliah yang diajarkan oleh Pak Andri, yaitu mata kuliah patologi anatomi. Untung saja yang menggantikan Pak Andri, Ferdhy-suami Rida sendiri. Jadi ia tidak akan sungkan untuk meminta penjelasan dari setiap materinya. Angga menyusuri bangku demi bangku dengan ekspresi cool-nya. Ia pun berhenti tepat di depan bangku Rida. “Ekhem, ada yang perlu ditanyakan?” tanya Angga tiba-tiba, membuat Rida terlonjak kaget. Rida yang semula fokus membaca materi, tidak menyadari keberadaan Angga yang sudah berada di hadapannya. Para mahasiswa membuang napasnya lega karena bukan mereka yang menjadi sasaran Angga. Angga meresahkan. “Astaghfirullah.” Refleks Rida mengucap istighfar sebab keterkejutannya. “Kenapa istighfar? Kamu pikir saya setan?” sewot Angga dengan tampang dinginnya. “Eh, bukan gitu maksudnya, Pak. Saya cuman kaget. Jadi, refleks beristighfar. Lagian, Bapak tiba-tiba ada di depan saya. Maaf, tadi Pak Angga bertanya apa?” Rida mencoba untuk tenang. Ini yang justru membuat Angga semakin tertarik. Sikapnya yang tenang dan tidak mudah panik, membuat Angga semakin terkagum. “Ada yang perlu ditanyakan?” tanya Angga mengulang pertanyaannya tadi. “Emmm ... sebentar, Pak.” Rida melihat catatan di bukunya. “Baik, Pak Angga, Saya mau bertanya," lanjut Rida. “Sebut nama dan pertanyaannya!” seru Angga. “Baik. Perkenalkan, nama saya Rida Arinda. Saya mau bertanya kepada Bapak Dosen terkait materi ilmu penyakit dalam. Pertanyaan saya adalah, bagaimana metode atau cara paling akurat yang digunakan seorang internis (dokter spesialis penyakit dalam) untuk mendiagnosis suatu penyakit yang diderita oleh pasiennya? Terima kasih. Mohon penjelasannya.” “Nice question.” Angga memuji pertanyaan dari Rida. Selain berwibawa, Rida juga cukup cerdas dan aktif. “Terima kasih, Bapak.” Rida pun tersenyum. Senyuman tulus untuk menghargai pujian yang diberikan dosen barunya itu. Tidak ada niat sedikitpun untuk Rida mencari perhatian. “Baik. Terima kasih kembali, Rida, untuk pertanyaannya.” Angga pun berjalan kembali ke depan untuk menerangkan. "Perhatian, semuanya. Tolong perhatikan saya dengan baik. Di sini saya akan menjelaskan sedikit pertanyaan dari teman kalian, Rida Arinda. Untuk mendiagnosa suatu penyakit dalam, hal yang perlu ditindak lanjuti oleh seorang internis adalah yang pertama, melakukan pengkajian terhadap pasien, yang kedua, menanyakan keluhan yang dialami pasien, lalu yang ketiga, memperhatikan gejala-gejala yang diderita oleh si pasien, dan keempat, dicocokkan dengan riwayat-riwayat genetika atau penyakit turunan dari keluarga. Setelah melakukan pengkajian, lanjut ke pemeriksaan fisik, seperti tensi, nadi, suhu dan tanda-tanda vital, yang juga harus dilakukan pemeriksaan. Jikalau dari pemeriksaan fisik memang harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, maka harus dilakukan pemeriksaan radiologi maupun laboratorium sesuai dengan keluhan. Setelah semuanya sudah jelas, untuk memastikan keakuratan, dokter atau internis dapat menggunakan teknik endoskopi (endoscopy) untuk mendiagnosis penyakit dalam dan untuk menunjang beberapa tindakan medis. Bisa dimengerti?” tanya Angga di akhir penjelasan. “Bisa, Pak,” jawab semuanya dengan serempak. Angga pun mengangguk. Ia membereskan barang-barangnya lalu memasukan ke dalam tas. Setelahnya, ia pun mengakhiri pembelajaran. “Baik. Saya rasa cukup untuk materi pembelajaran pada pagi ini. Kita lanjut di pertemuan selanjutnya. Pelajari materi yang saya ajarkan. Selamat belajar dan selamat bertemu dengan kuis di pertemuan yang akan datang. Terima kasih dan selamat siang.” Angga pun berlalu meninggalkan kelas. Semua mahasiswa bernapas lega. Segera ruangan penuh dengan riuh kasak kusuk pelajar yang bergosip. “Ganteng, sih. Tapi serem. Mau deketin jadi ogah!” celetuk Maya. Maya adalah mahasiswi paling centil di kelasnya. Dia terkenal selalu mencari perhatian cowok-cowok tampan. Motonya, semua lelaki tampan adalah miliknya. Maya tidak pernah gagal menaklukan hati kaum adam. Dia begitu percaya diri. Dalam hati, Rida hanya menahan tawanya. Malas menanggapi perempuan seperti itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD