EPHEMERAL
Dulu—dulu sekali saat aku bahkan belum mengenal dunia luar secara keseluruhan, aku pernah bermimpi untuk bisa menikah dan punya hubungan yang baik dengan pasanganku. Hubungan yang sama-sama kami mau dan jenis hubungan yang akan bertahan hingga akhir.
Aku pernah sangat mengimpikannya. Aku pernah sangat memperjuangkannya. Aku juga pernah sangat mempertahankannya.
Tapi, semua itu hanyalah "pernah" dan bukan sesuatu yang aku jalani hingga saat ini—saat ketika aku menulis untaian kata penuh makna ini di notebook-ku.
Kami adalah pernah yang tak abadi.
Kami adalah singgah dan bukan rumah.
Kami adalah jalanan buntu di tengah-tengah hutan.
Kami hanyalah pohon yang hidup bahkan tak lebih dari 75 tahun, dan siap ditebang ketika sudah mati.
Kalau ditanya apakah aku bahagia dengan keputusan menyakitkan ini? Tentu jawabanku bahagia. Ini adalah pilihanku. Pilihan yang juga kami setujui secara sadar dan tanpa paksaan.
Apakah pasanganmu bahagia?
Ah, kalau untuk pertanyaan yang satu itu, aku tidak bisa menjawabnya. Jawabannya hanya bisa kalian dapatkan hanya jika kalian bisa menyelesaikan kisah ini sampai habis. Kisah kami yang tak panjang, dan juga tak sebahagia kelihatannya.
Ya,
Ini kisah kami.
Kisah ephemeral kami.
—Mikayla Wijaya, South Korea, 2025.
Ep.he.me.ral /Ephemeral/
n; hanya sebentar; selingan; yang berlangsung sebentar saja; tidak kekal; yang lekas berlalu; berlangsung sebentar saja; tidak kekal.