Max tiba-tiba kembali merebahkan tubuh tambunnya ke atas ranjang. Netranya masih sulit untuk terbuka. Terlebih, pizza yang ia dengar dari mulut pamannya, hanyalah ilusi semata. Walau Gaven sudah memperingatkan, namun jika pizza itu benar-benar ada di hadapannya, bisa dipastikan Max tidak akan kuat menahan godaannya. “Max, jangan tidur lagi. Ini sudah jam sembilan. Ayo, pergi mandi. Ada sesuatu yang ingin om bicarakan denganmu dan itu sangat penting.” “Tapi om ... Max masih mengantuk.” “Come on, Max. Ini sangat penting. Ini menyangkut keselamatan teman baikmu, Gaven.” “Apa? Gaven?!” Max langsung terduduk mendengarkan penjelasan pamannya. “Iya, jadi cepatlah kamu bersihkan dirimu. Kita minum teh di taman belakang seraya membincangkan masalah ini.” “Memangnya ada apa dengan Gaven, om?”