Tidak lama, Gaven kecil pun tersadar dari pingsannya. Ia langsung bangkit dan berjalan menuju orang tuanya. Matheo langsung mendekap putranya dan menciumi puncak kepala Gaven.
“Ayah, ada apa?” tanya Gaven kecil seraya memegang pipi Matheo dengan ke dua tangan kecilnya.
“Tidak apa-apa, Nak. Tadi Gaven pingsan dan nini itu yang sudah mengobati Gaven.”
“Oya? Gaven pingsan kenapa?”
“Tidak apa-apa, Sayang ... kata nini itu, Gaven hanya disuruh untuk banyak-banyak bersabar dan Gaven tidak boleh marah-marah sama teman-teman. Gaven tidak boleh lagi membuat-buat lukisan wajah seseorang seperti tadi.” Anna menjelaskan.
“Kenapa, Bu?” Gaven mengernyit.
“Karena itu tidak baik.”
“Tapi kenapa tidak baik?”
“Gaven, di dalam diri Gaven ada sebuah kekuatan besar yang tidak biasa. Apabila Gaven melukis wajah seseorang, maka Gaven bisa membunuh orang itu lewat lukisan, apakah Gaven ingin menjadi seorang pembunuh?” Nini berusaha menjelaskan kepada bocah kecil itu.
Gaven menggeleng, “Tapi bukan Gaven yang sudah membunuh Deno. Deno yang jahat, dia sudah melukai Gaven, dia sudah memukul Gaven hingga berdarah.”
“Iya, Nini paham. Akan tetapi, apa yang Gaven lakukan itu bisa mencelakai orang lain. Lihatlah, sekarang Deno sudah tewas, itu karena Gaven sudah menggunakan kekuatan Gaven untuk membunuhnya.”
Gaven kecil terdiam, ia menatap Anna kemudian beralih menatap nini secara bergantian, dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia tidak mengerti sepenuhnya dengan apa yang diucapkan nini dan Anna. Yang ia tahu, ia hanya melakukan apa yang seharusnya memang ia lakukan.
“Gaven, sekarang kamu terlalu kecil untuk memahami semuanya. Akan tetapi yang harus Gaven ingat, Gaven tidak boleh bermain-main dengan nyawa seseorang. Kekuatan yang Gaven miliki itu bukan untuk membunuh orang dengan seenaknya. Paham, Gaven?” jelas nini.
“Iya, Nini. Gaven mengerti.” Akhirnya bocah tiga tahun itu mencoba untuk memahami.
“Sekarang pulanglah, jangan sampai warga curiga kepada kalian sekeluarga.”
“Iya, Nini. Kalau begitu kami permisi.”
“Iya, pulanglah. Kalian jaga Gaven dengan baik.”
Anna dan Matheo mengangguk. Mereka pun pada akhirnya membawa Gaven kembali ke rumah mereka.
-
-
-
-
-
Hari demi hari berlalu, hari berganti bulan dan bulan pun berganti tahun. Gaven pun akhirnya tumbuh menjadi anak anak normal pada umumnya. Anna dan Matheo berhasil mendidik putra mereka menjadi anak yang sangat cerdas dengan tingkat kesabaran yang luar biasa.
Sepuluh tahun sudah usia Gaven kini. Ia tumbuh menjadi anak dengan segudang prestasi yang membanggakan. Semenjak dirinya menduduki bangku sekolah, Gaven selalu mendapatkan juara satu dengan predikat sempurna.
Anna dan Matheo begitu bangga dengan putra mereka. Tidak ada lagi terdengar kematian mendadak di desa mereka. Teman-teman Gaven sudah melupakan kejadian tujuh tahun yang lalu, kejadian tatkala mereka melihat warna mata Gaven berubah menjadi merah semerah darah.
“Ibu ... ibu ....” Gaven yang tengah duduk di kelas lima SD, berlari menemui ibunya dengan wajah penuh suka cita.
“Gaven, ada apa?”
“Gaven mau memperlihatkan sesuatu kepada ibu. Ibu pasti senang melihatnya.”
“Melihat apa? Ayo, jangan buat ibu penasaran.” Anna segera menghentikan kegiatannya dan dengan antusias mulai mendengarkan cerita Gaven.
“lihat, Bu. Aku kembali memenangkan lomba melukis bebas.” Gaven memperlihatkan hasil karyanya yang memang luar biasa. Bocah itu melukis gambar seorang artis ternama dengan sangat detail bak pelukis ternama.
“Mengapa Gaven harus melukis gambar manusia, Nak? Bukankah sudah ibu katakan, jangan melukis gambar manusia lagi.” Anna kembali resah.
“Memangnya kenapa, Bu? Aku menyukai artis ini. Dia adalah penyanyi yang sangat terkenal.”
“Gaven, kata leluhur kita terdahulu, melukis gambar manusia itu tidak baik. Kita bisa kena sial sepanjang hari.”
“Ibu percaya begitu saja? Hahaha, itu hanya mitos, Bu. Jangan percaya dengan mitos. Lihatlah, lukisan Gaven baik-baik saja. Bahkan Gaven memenangkan lomba. Kata guru Gaven, Gaven akan diikutsertakan lomba tingkat provinsi.” Senyum sumringah begitu terpatri di wajah tampan Gaven.
Anna memegang lengan Gaven dan menyuruh bocah itu duduk di sampingnya.
“Nak, ibu menyuruh Gaven untuk berhenti membuat gambar manusia, itu karena ada sebabnya. Ada sesuatu di dalam diri Gaven yang bisa saja mencelakai orang lain dengan gambar yang Gaven buat.” Anna kembali mencoba menjelaskan.
“Bu, Gaven’kan sudah berjanji, kalau Gaven akan mengendalikan kekuatan itu. Gaven akan menjadi anak yang sabar. Bu, percayalah ... Gaven tidak akan membunuh lagi. Gaven hanya ingin bersenang-senang dan juga mengembangkan hobi, itu saja. Gaven suka menggambar.”
Anna tidak kuasa mencegah permintaan putranya. Kertas dan pensil sudah menjadi bagian dari hidup bocah itu. menggambar adalah cara Gaven untuk mengekspresikan dirinya.
“Nak, ibu tidak bisa memaksa jika Gaven memang begitu menyukainya. Akan tetapi ibu minta, tetaplah jadi anak yang sabar. Jangan biarkan kekuatan itu keluar dan menguasai dirimu. Jangan biarkan dirimu menjadi pembunuh, Nak.” Anna memeluk Gaven.
“Iya, Bu. Gaven berjanji tidak akan menggunakan kekuatan itu lagi.”
-
-
-
Malam pun menjelang. Sebelum tertidur, Gaven kembali menatap gambar yang sudah membuat dirinya menjadi juara satu di sekolahnya. Gambar seorang artis pria ternama. Artis dengan lagu-lagu pop yang fenomenal dan band yang begitu terkenal.
Jika aku besar nanti, aku ingin menjadi seperti dia, Gaven bergumam dalam hatinya.
Gaven begitu mengagumi sosok penyanyi pria tersebut. Begitu teringinnya bocah sepuluh tahun itu bertemu dengan artis idolanya itu.
Setelah puas menatap lukisan buatannya sendiri, Gaven pun kembali menggulung kertas itu dengan baik dan mengikatnya dengan sebuah tali yang terbuat dari robekan baju masa kecilnya. Sebelum tertidur, Gaven meletakkan lukisan itu di dinding ranjang, tepat di atas kepalanya. Tidak lama, ia pun terlelap dalam nikmat.
-
-
-
Gaven tersentak, ia merasa berada di sebuah tempat yang tidak biasa. Ia berada di sebuah hutan yang dingin dan hanya seorang diri.
“Di mana aku? Ibu ... ayah ....” Gaven mulai melangkahkan kakinya seraya memanggil ke dua orang tuanya.
Bocah lelaki sepuluh tahun itu terus berjalan menyusuri pepohonan dan rerumputan. Ia tidak melihat adanya tanda-tanda keberadaan manusia di sana. Suasana begitu sepi dan sunyi. Hanya suara jangkrik hutan yang saling bersahutan seakan tahu akan kehadiran Gaven di sana. Suara jangkrik hutan yang menyambut kehadiran Gaven di tempat itu.
“IBU ... AYAH ....” Gaven terus berteriak memanggil ke dua orang tuanya seraya mempercepat langkah kakinya.
Semakin melangkah, Gaven merasa semakin masuk ke dalam hutan. Suara jangkrik terdengar semakin jelas dan keras, membuat bergidik siapa saja yang mendengarnya.
“Aku harus segera keluar dari tempat ini!” Gaven meyakinkan dirinya sendiri.
Ia terus berjalan hingga ke bagian terdalam hutan. Kaki kecil khas anak sepuluh tahun itu, mulai melemah karena lelah. Beberapa bagian lengan Gaven mulai terluka oleh goresan duri-duri dari rerumputan liar di dalam hutan sana.
“IBU ... AYAH ... KALIAN DI MANA?” Gaven terus berteriak, berharap ada sahutan dari ke dua orang tuanya.
Sekeras apa pun Gaven berteriak, hanya pantulan suaranya saja yang terdengar oleh Gaven. Gaven sendirian di tengah hutan besar. Bahkan, tidak ada satu binatang pun yang terlihat olehnya sebagai teman. Hanya suara jangkrik hutan yang semakin lama semakin memekak telinga.
Dua jam berjalan, bocah sepuluh tahun itu mulai merasa lelah. Ia berhenti sejenak dan duduk di bawah sebuah pohon besar. Pohon yang tingginya mencapai seratus meter lebih itu, menjulang begitu gagah hingga menutupi cahaya matahari yang masuk ke dalam hutan.
Gaven tersandar di batang pohon besar itu. Sejenak, Netra cokelat terang itu menatap ke bagian atas pohon. Besar, gagah dan menyeramkan, itulah kesan yang terpancar tatkala netra Gaven menatap kokohnya pohon yang kini ia duduki.
Gaven kembali menunduk, ia mulai mengangkat ke dua lututnya seraya menopang ke dua lengannya pada lutut itu. Menangis, hanya itu yang bisa Gaven lakukan di tengah hutan dalam keadaan sendirian. Ia mulai putus asa, ia tidak menemukan jalan pulang.
“Ibu ... ayah ... kalian berdua di mana? Mengapa aku bisa sampai di tempat ini seorang diri? Apa yang harus aku lakukan saat ini?” Gaven terisak.
“Gaven ....”
Gaven tersentak, tiba-tiba ia mendengar sebuah suara yang sama sekali tidak ia kenal. Di tengah hutan, sendirian, tiba-tiba ada yang memanggil namanya. Gaven berdiri dan melihat ke sekeliling, netranya tidak menemukan siapa pun.
“Gaven ... Gaven ....”
“SIAPA DI SANA? SIAPA?!” Gaven berteriak, berharap ada yang menampakkan diri di hadapannya.
“Gaven ... Jaga dengan baik kekuatan yang ada pada dirimu itu. Dengarkan semua yang di katakan oleh ibumu. Kekuatan itu, kekuatan yang sangat berbahaya. Kekuatan yang sudah diturunkan oleh tujuh penjaga kepada dirimu. Karena kamu adalah manusia pilihan.”
“TAPI AKU TIDAK MENGINGINKAN SEMUA ITU!”
“Kamu yang tidak menginginkan, namun para leluhurmu menginginkan. Percayalah Gaven, kekuatanmu itu nantinya akan membuahkan kebaikan untuk dunia ini.”
DHUAR ...!!
Tiba-tiba guruh berbunyi dengan sangat keras. Gaven terkejut, ia kebingungan.
Tiba-tiba ada sekelebat bayangan yang bergerak ke arah Gaven. Bayangan putih itu tiba-tiba muncul dan memutari tubuh Gaven. Walau hanya sejenak, namun cukup membuat Gaven bergidik.
“IBU ... AYAH ....” Gaven berteriak dengan sangat kuat.
Sesaat kemudian, Gaven terjaga dari tidurnya. Ia terduduk dengan peluh mengucur di sekujur tubuhnya. Ia ketakutan. Bayangan kesendirian di tengah hutan dan juga bayangan putih yang mengitarinya, membuat Gaven masih bergidik.
***
***
***
Hai, Kesayangan ...
Makasih lho buat yang udah mampir dan baca cerita ini. Buat teman-teman yang mampir ke sini, jangan lupa ya, intip ceritaku yang lainnya juga ... jangan lupa FOLLOW agar teman-teman dapat notifikasi setiap aku up cerita baru atau Up bab baru. Ada banyak pilihan cerita lho.
#Romance (Mas Rei Series)
1. Hubungan Terlarang (Best Seller) (TAMAT)
2. [Bukan] Hubungan Terlarang (Sekuel Hubungan Terlarang) - TAMAT
3. Bukan Hubungan Terlarang 2 (Coming Soon)
#Romance (Cinta beda agama)
1. Mentari Untuk Azzam (TAMAT)
#Komedi Romantis Asyik
1. When Juleha Meets Bambang (On Going)
#Romance (Kekuatan Cinta & perselingkuhan)
1. Bukan Mauku (TAMAT)
2. Bukan Mauku 2 (Sekuel Bukan Mauku) - Coming Soon
3. Menikahi Mantan Suami (TAMAT)
4. Putrimu Bukan Anakmu (TAMAT)
5. CEO'S Secret Marriage (Coming Soon)
#Thriller (seru & mendebarkan)
1. EYES (TAMAT)
2. TERROR & OBSESSION (coming soon)
#Fantasy
1. Pandora Kingdom (Coming Soon)
Salam Sayang Penuh Cinta, KISS ...
## Vhie ##