Perubahan Raja

1646 Words
Siapa yang berani melayangkan anak panah pada raja?" teriak Moi Ju sang ratu penuh emosi. "Tangkap dia, dan hukum penggal!" Apa-apaan ini, kenapa semua terlihat kejam. Hanya masalah seperti ini. Harus di jatuh hukuman penggal. Negara aneh! "Yang mulia.. Kenapa anda diam saja. Berikan keputusan untuk menghukum para penjahat itu. Dia harus dihukum mati." Yinwa menggelengkan kepalanya. Tubuh laki-laki itu sudah dimasuki sempurna oleh Bai Yu, semua pikiran dan hati sudah sepenuhnya milik Bai Yu. Kepalanya Hanya dia yang bisa mengontrolnya. Yinwa hanya diam, mengamati setiap gerak gerik wajah orang yang ada di sekitarnya. Dari penduduk terlihat begitu antusias. Jika dia terbunuh. Sementara, dari pihak ratu dan para selir. Mereka terlihat sangat khawatir dan marah. Bau Yu yang suka sekali menganalisa setiap apa yang dilihatnya dengan pandangan matanya. Dia bis mengamati sifat orang, dari cara dia bicara dan tatapan matanya. Bahkan, dari mimik wajahnya. Sang ratu berjalan terburu-buru menarik gaun panjang yang membuat dia sudah melangkah. Dia menundukkan nadanya memohon. "Yang mulia... Ini demi keamanan anda. Hukumlah sebaiknya orang yang berani membunuh anda." "Kenapa anda meminta saya membunuhnya. Harusnya kita penculikan laki-laki yang sudah menolong saya, dia yang menolong saya. Dia juga harus dapat imbalan lebih." Semua terdiam menatap aneh pada raja. Perkataan yang tidak pernah terucap dari bibir raja sebelumnya. Wajahnya terlihat begitu takut saat melihat raja mulai berubah. Sang ratu merasa ada yang aneh dengan anaknya. Dia menghentikan napasnya. Mencengkeram gaun tebal yang membungkus tubuhnya. "Apa yang dia katakan!" geram sang ratu lirih. "Prajurit! Ambilkan satu kantong koin untuk laki-laki ini. Dan, jamu dia dengan suguhan makanan paling lezat disini." pinta Yinwa. "Maaf! Yang mulia. Saya tidak menginginkan koin. Dan terima kasih atas bantuannya. Saya masih banyak urusan, dan harus segera pergi." "Kisana? Kemana anda akan pergi?" "Dan, bolehkah saya melihat wajah anda. Saya nanti saya bertemu dengan anda bisa membalas budi apa yang anda lakukan." "Terima kasih!" Laki-laki itu melangkah pergi. Semua orang memandangnya aneh. Tak luput dengan pandangan para pangeran. Mereka terheran-heran dengan apa yang dikatakan Yinwa. Dia melihat jika ada sisi lain dari Yinwa selama ini. "Apa kematiannya membuat dia jadi baik?" tanya pangeran kelima. "Sepertinya kepalanya terbentur. Aku sudah bilang padamu, jika raja tidak ingat pada dirinya sendiri. Bahkan, dia berani mengabaikan perintah ratu utama." "Kejadian sangat langka..." sambung pangeran keenam. "Apa pangeran ketiga sengaja melakukan itu? Dia terus terang membunuhnya." "Dia laki-laki bodoh dan ceroboh." "Lebih baik kita pergi dari sini. Jangan sampai kita jadi bahan tuduhan tentang rencana pembunuhan." "Iya.. Biarkan si pembuat masalah itu tahu diri." **** "Anda kembalilah, jangan berdiri di depanku. Saya tidak bisa menerima saran anda." Yinwa kembali duduk, menarik tangan selir di sampingnya. Wajah Dia memerah, saat dia menyentuh d**a bidang raja. Detak jantungnya berdebu lembut cepat. Sementara Sang Ratu menyalakan api kemarahan pada Apa dia matanya. Mata itu mulai menyorot tajam ke arah selir yang baru saja di nikahi sang raja. "Selir itu... Dia kurang ajar. Dia pasti yang meracuni otak raja. Aku tidak bisa biarkan ini." Sang Ratu kembali duduk di tempatnya. Meski dia sedikit kecewa. Karena aku masih hidup dalam kejadian mematikan. Aku akan memberi para penduduk desa hadiah. Satu perak emas untuk mereka." Semua terkejut, tidak menyangka Raja akan memberikan satu keping emas. "Prajurit, ambilkan kepingan emas untuk para penduduk desa. Dan, bagilah rata." "Panjang umur yang mulia.." "Panjang umur!" "Panjang umur yang mulia." Semua penduduk mengucapkan hal sama. Berlutut di depan sang raja. Satu persatu dari mereka mendapatkan satu keping emas. "Semenjak kembali dari hutan terlarang, raja berbau jadi baik." ucap salah satu penduduk desa. "Semoga yang mulia bisa baik agar kita bisa merasakan nikmatnya hasil panen kita sendiri." "Nama kamu siapa?" Yinwa menyentuh dagu Xia. Menuntunnya untuk duduk di pengakuannya. "Maaf, yang mulia... Saya.." Dia terlihat gugup. "Tenang saja. Aku Yang meminta kamu datang kesini." Yinwa mengusap dagu Xia. "Temani aku sekarang. Jangan mencoba membantahku." pinta Yinwa. "Baik, yang mulia." Dia tertunduk takut. Pandangan menakutkan terlihat dari mata permaisuri Dan ratu. Dan juga para selir cemburu melihat kedekatannya dengan raja. Acara dimulai. Berbagai ritual dilakukan oleh penasehat istana. Semua melakukannya dengan sempurna. Para penduduk antusias melihatnya. Mereka terlihat bangga dengan apa yang diberikan Raja. Hingga langit menjelang sore. Berbagai jamuan dan acara sudah selesai. Mereka menikmati makanan. Sementara para pangeran menatap tajam kemesraan Dia dan Yinwa. "Kenapa kalian melihat saya." "Maaf yang mulia. Anda terlihat sangat serasi bersama dengan selir Xia." "Terima kasih! Kalian memang benar, selir Dia sangatlah cantik." Dia memberikan minuman pada sang raja. "Terima kasih!" Ucap Sang raja menatap lekat kedua mata Dia. Apa ini? Aku merasa getaran cinta dalam diriku. Tidak-tidak, aku tidak bisa jatuh cinta dengannya. Dia adalah selir yang dinikahi raja. **** Sampai malam hari. Semua kembali paviliun masing-masing. Yinwa berjalan di tepi sungai. Dia sengaja kembali untuk melihat apakah ada surat daun lagi untuknya. "Yang mulia.. Apa yang anda lakukan disini?" permaisuri berjalan mendekati raja. "Saya hanya ingin melihat pemandangan di sekitar." "Apakah kamu mau menemani saya?" Bai Yu merasa tubuhnya ada yang aneh. Perlahan tubuhnya mulai panas. "Aaaa.... Panas... Panas..." Sang Raja tergeletak, merasa tubuhnya mulai panas. "Yang mulia... Anda kenapa? Yang mulia.. " Bai Yu, yang semula Nah Yu menguasai tubuhnya. Kini pikirannya dikuasai oleh Yinwa. Dia seolah memberontak pada Bai Yu. "Aku tidak apa-apa." Yinwa bangun, menatap wajah sang permaisuri yang dicintai nya. "Malam ini, kamu temani aku lagi. Saya ingin segera punya keturunan untuk kerajaan ini." "Tapi.. Bukanya yang mulia akan bermalam dengan selir." "Saya tidak mau. Saya tidak mau menikahi dia. Tapi karena paksaan terpaksa harus menikahinya." Yinwa memegang wajah sang permaisuri. "Apa sekarang anda mau saya temani jalan-jalan." "Iya.. Saya ingin menenangkan pikiran." "Permisi yang mulia.. Selir sudah berada di kamar anda." "Kenapa dia di kamarku?" Yinwa meninggikan suaranya. "Maaf, yang mulia. Saya menuruti perintah anda." "Gimana kalau yang mulia raja memberikan kesempatan untuk selir itu. Jika anda tidak suka bisa memanggil saya." permaisuri membenarkan lubang sang raja. Menatap matanya menggoda. "Apa ratuku tidak cemburu?" "Tidak masalah! Berikan dia kesempatan. Saya akan menunggu anda di paviliun anggrek." "Baiklah! Kamu memang istri yang pengertian." Mata tajam Yinwa mengarah pada pengawal raja. "Pergilah! Saya akan kembali ke paviliun." "Baik!" Yinwa memberikan sebuah kecupan di kening permaisuri. "Saya pergi! Anda hati-hati." "Iya.." *** Saat raja sudah pergi. Sang permaisuri berjalan menuju ke paviliun Jiju. Dia menggunakan jubah hitam untuk menutupi wajahnya. Dua pengawal di Pintu masuk menghalangi langkahnya. "Anda siapa?" Sang permaisuri membuka sedikit jubahnya. Para penjaga tertunduk di depan sang ratu. "Ratu..." "Pangeran kelima ada di dalam?" "Ratu?" orang kepercayaan pangeran kelima datang menghampirinya. "Maaf, ratu. Pangeran tidak mau di ganggu. Dia sedang berendam menenangkan pikiran." "Berendam di pemandian air hangat." "Iya.." "Biarkan saya masuk!" sang ratu berjalan masuk. "Baiklah, ikuti saya." Hanca adalah orang kepercayaan dan sekaligus pengawal pribadi pangeran kelima. Dia sebagai mata-mata yang cerdik. "Pangeran ada di dalam." Hanya mempersilahkan sang Ratu masuk. Ratu berjalan masuk kedalam Pemandian air hangat milik paviliun Jiju. Dia melepaskan jubah bajunya. Memakai handuk yang sudah disiapkan saat masuk ke dalam. Berjalan ringan, menekankan. Matanya tertuju pada pangeran kelima yang menutup matanya. Sang Ratu masuk kedalam. Air, berendam tepat di sampingnya. "Apakah kamu tidak ingin menyambutnya?" sang Ratu menyentuh d**a Achille Yu. Pangeran kelima. Laki-laki yang suka bermain wanita. Achille sangat membenci raja. Hanya karena sang ratu. Dia adalah cinta pertamanya. Terpaksa dijodohkan dengan sang raja. Semenjak saya itu, Achille Yu merasa jika dirinya tidak berguna. Dan melampiaskan pada wanita lain. "Kamu datang menemui? Apa Yinwa tidak mengetahuinya." Achille Yu memegang pinggang Ratu. "Aku tidak akan membiarkan dia tahu. Karena saya hanya mencintai, Anda. Achille Yu." Di Fai, Sang ratu mengadakan kepalanya di d**a Achille Yu. "Kamu berani sekali masuk pemandian paviliun?" "Saya sangat merindukan anda. Meski sebentar, temani saya." "Apa saja tidak ingin tidur denganmu." "Aku merasa bosan, setiap hari selalu tidur dengan raja. Jadi, saya ingin bersama kamu. Bukanya Anda tahu, Yinwa sekarang tertarik pada Selir itu." "Iya.. Apa mereka sekarang menghabiskan malam bersama." "Sepertinya begitu, tapi. Aku yakin itu tidak lama. Jadi sekarang, aku merasa kesepian." Achille Yu, menyentuh wajah Xi Fai dengan jari-jari tangannya. "Saya pasti akan menemani anda, Xi Fai." Achille Yu, memberikan kecupan lembut di bibir Di Dia. Seperti biasa. Diam-diam mereka memang suka bermain bersama. Pasangan kekasih yang buka bersatu itu tidak bisa dipisahkan. Meski hubungan mereka tidak ada yang tahu. Achille Yu, mengangkat tubuh Di Dia. Berjalan menuju ke ranjang miliknya. Membaringkan tubuhnya, Di Dia, menarik tangan Achille Yu. Berbaring di atasnya Menyentuh Setiap lekuk tubuh Xi Fai. Mereka berbalut dalam ranjang tertutup dengan kelambu merah. Hingga menampilkan suara desahan pelan. Bergulat di atas ranjang, dengan peluh keringat yang mulai menyatu. "Achille.. Apa anda menginginkan anak dariku?" tanya sang ratu. "Tapi, kamu adalah ratu. Saya tidak mau jika anda yang akan menerima akbirntanya jiams semua tahu itu anak saya." "Tenang saja. Tidak akan ada yang tahu. Karena selama ini saya selaku bersama dengan raja. Semua orang tahu jika itu pasti anak raja." "Hmm... Achille.. Permainan kamu semakin hebat." "Kamu membuat aku tergoda." sebuah kecupan mendarat di bibir Di Dia. Perlahan turun ke bawah dahinya. "Achille Yu.. " "Cara anda memanggil namaku. Membuat saya merasakan ingin melakukannya lagi." "Lakukan, aku menginginkan anak dari kamu. Agar anak kita bisa anak tanya. Dan, kita bisa melakukan sesuai dengan rencana kita." "Hmm... " Xi Fai mencengkeram memeluk erat tubuh Achille Yu. Hampir beberapa jam melakukannya. Xi Dia, berbaring lemas di samping Achile Yu. Ternyata dia terlihat sangat lelah juga, dengan tangan memeluk tubuh mungil Di Dia. Tanpa tertutup belaian benang sedikitpun . "Terima kasih!" Achille Yu memberikan kecupan Di kening Xi Fai. "Jika kita bersama. Jangan panggil aku Ratu. Panggil saja Fai." Seperti saat kita bertemu." "Jemari tangan Dia membelai wajah Achille Yu, Dia terlihat begitu bahagia saat bersama dengannya. Meski dia bertemu dengannya hanya satu bulan sekali. Tapi, setiap pertemuan membuat kisah sendiri bagi Dia dan Achille Yi.. Mereka bertemu di tempat yang berbeda. Dia tahu menikah, dengan raja. Dia sengaja tidak mau anak darinya. Dan, meminta ramuan dari tahun untuk menunda kehamilannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD