Prolog
(n****+ -The Legend Of The Wolf Alliance- merupakan buku ketiga dari seri n****+ Seven Deadly Child yang terbit di aplikasi MT/NT.
Seri Seven Deadly Child sendiri, telah dibaca lebih dari 3 juta kali, dan memiliki total 12 juta popularitas, selain itu jika dilihat dari ranking jumlah vote dalam genre fantasi, SDC selalu berada di posisi lima besar tiap bulannya.
Sampai kemudian saya sebagai author, memilih untuk melanjutkan buku ketiga di aplikasi Dreame/Innovel ini. Jadi, bagi kawan-kawan yang baru mulai baca, saya rekomendasikan untuk mengikuti buku 1 dan buku 2 dulu.
Jikapun tak berkenan, bisa coba baca ringkasan awal, karena pada chapter-chapter awal tepatnya bab 1-5, saya akan memberi beberapa bab pembuka yang berfungsi sebagai ringkasan momen-momen penting di buku 1 dan buku 2. Dengan 5 chapter awal ini, saya harap akan cukup untuk kawan-kawan bisa mengikuti alur cerita.
Sekian catatan saya, dan bagi kawan-kawan pembaca dari aplikasi sebelah yang ikut hijrah kesini, saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya karena setia bersama Theo. Big Love!
Tambahan : Mohon maaf tidak bisa bertahan dengan janji tetap gratis sampai tamat. Bab entah kenapa tiba-tiba terkunci padahal saya tidak mengajukan.)
****
(Hutan Pinus Beku)
Theodoric Alknight, Tuan Muda ketiga dari House of Alknight, salah satu House terpandang di wilayah Glaire Empire, sebuah kerajaan yang berada pada North Region dari dunia yang disebut Gaia Land.
Theo kecil, harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya merupakan seorang yang gagal sebagai Knight, tak mampu menumbuhkan Element Seed, satu ranah kunci dalam jalan Knight, karena berfungsi sebagai fasilitator pengendalian energi alam yang di sebut Mana.
Untuk penghiburan bagi adiknya, dua saudara Theo, mengajak ia untuk mengikuti sebuah kegiatan rutin keluarga Alknight, yang disebut dengan perburuan keluarga didalam Hutan Pinus Beku.
Hanya saja, perjalanan yang awalnya cukup menyenangkan, berkembang menjadi kacau saat beberapa Tetua dari House Alknight, merencanakan sebuah misi kudeta. Berniat membunuh Theo dan dua saudaranya, Issabela dan Gregoric.
Rencana pembunuhan sepenuhnya gagal imbas dari peristiwa tak terduga. Tak lain datangnya seekor makhluk ganas. Spirit Beast kelas tinggi. Raging Ape.
Raging Ape, secara liar membunuh dan memangsa para Tetua, sebelum kemudian mulai mengarahkan tatapan pada tiga bersaudara yang sedang dalam kondisi terluka.
*Booooommmm….!!!
Raging Ape, melakukan pendaratan berat tepat dihadapan Theo dan kedua kakaknya.
Issabela, Gregoric, dan Theo sendiri, segera terdiam menatap Raging Ape yang baru saja mendarat turun di hadapan mereka.
Raging Ape didepan mereka terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya, setelah melakukan pembantain, menghabisi para Knight penjaga hutan dengan ganas, kini bulu-bulu kuning raging Ape yang lebat, bersimbah bercak darah. Area disekitar mulutnya juga demikian, masih menyisahkan bercak-bercak darah dari seorang tetua bernama Master Aruric yang baru saja dia makan.
Kelompok Theo memandang Raging Ape didepannya dengan ngeri, mereka seakan memandang gambaran nyata tentang deskripsi iblis.
Gambaran p*********n ganas yang dilakukan oleh Raging Ape kembali melintas di kepala mereka, bagiamana Raging Ape dihadapan mereka membantai para Knight penjaga hutan yang merupakan kumpulan Immortal bumi dengan ringan, menggencet mereka dengan pukulan telapak tangan, menjadikan mereka tumpukan tubuh yang tak berbentuk, genangan darah segar yang menyiprat kemana-mana dalam proses nya.
Bagaimana Raging Ape di hadapan mereka dengan santai meremas tulang-tulang master Aruric yang merupakan Immortal langit, kemudian yang paling mengerikan, master Aruric yang sudah tak berdaya, berakhir menjadi makanan ringan Raging Ape dihadapan mereka ini.
Issabela, Gregoric, dan Theo memasang wajah ngeri, mereka berharap Raging Ape yang sedang ada di depan mereka, akan mengabaikan hanya mengabaikan, menganggap mereka tak ada disana sama sekali.
Hening cukup lama karena Raging Ape tak memulai gerakan pertamanya setelah ia mendarat, Raging Ape hanya bergantian menatap kearah antara jurang misterius, Theo, Gregoric, kemudian kearah Issabela yang terbaring tak jauh dari mereka.
Issabela, Gregoric, dan Theo menahan nafas mereka, mereka bahkan tak berani bernafas terlalu keras, suasana menjadi sangat tegang.
Setelah hening beberapa saat, Raging Ape terlihat mulai bergerak, dia melangkahkan kakinya untuk pertama kali.
Ketika Raging Ape bergerak, Spirit Beast ini ternyata tak menuju ke Jurang misterius, tapi mulai melangkah menuju ke posisi Issabela yang sedang terbaring tak bisa bergerak penuh luka.
Ketiga bersaudara seketika tersadar, bahwa Raging Ape ini berniat kembali melanjutkan pembantaiannya, tak ingin menyisakan satu orang pun dari kelompok yang ada di tepi jurang untuk bertahan hidup.
Dia melanjutkan instingnya untuk membunuh yang terkuat terlebih dahulu, dalam kasus kali ini, itu merupakan Issabela.
Gregoric dan Theo yang menyadari kondisi tersebut segera menegang dadanya, mereka sangat khawatir namun bingung harus berbuat apa.
"Kakak??" Theo segera menoleh kearah Gregoric, berharap mendapat instruksi apa yang harus ia lakukan.
"Sialan, sialannnn!!!" Disisi lain Gregoric juga bingung harus berbuat apa.
Theo segera merasa semakin frustasi melihat reaksi Gregoric, dia benar-benar merasa frustasi terlahir sebagai sampah yang tak bisa melakukan apapun, tak bisa melindungi saudara perempuannya yang tengah terancam nyawanya.
Theo mulai kembali menjambak rambutnya dengan frustasi, ditengah rasa frustasinya, Theo tak sengaja melihat kearah tubuh master Beric. Tetua kelima house mereka yang cukup beruntung mati dengan tubuh masih utuh karena terbunuh sebelum kedatangan Raging Ape.
Theo melihat puluhan bola kecil yang terjatuh berserakan disamping tubuh master Beric, dia segera mengenali bola-bola tersebut tak lain adalah biji pohon oak es yang sebelumnya dilemparkan master Beric kepadanya untuk membuat Gregoric sadar kembali.
Theo melihat bola-bola tersebut cukup lama, kemudian melihat kearah jurang misterius. Setelah terlihat berfikir beberapa saat, Theo memasang wajah penuh keyakinan, seperti telah memutuskan sesuatu.
Dia segera berlari kearah tubuh master Beric. Mengumpulkan bola-bola kecil tersebut dengan buru-buru kemudian melihat sekeliling sekali lagi, berlari ketepi jurang dan mengambil bongkahan batu sukuran telapak tangannya.
"Adik apa yang ingin kau lakukan?" Gregoric yang dari tadi mengamati Theo segera bertanya dengan cemas, merasa Theo akan melakukan sesuatu yang gegabah.
Tanpa mejawab pertanyaan Gregoric, Theo melihat kearah Raging Ape yang masih berjalan dengan santai kearah Issabela. Tatapan Theo penuh tekad dan keyakinan.
"Aku akan berguna, aku tak akan menjadi sampah selamanya" gumam Theo pada dirinya sendiri.
Setelah bergumam demikian, Theo segera melempar batu yang dia genggam kearah Raging Ape.
Secara ajaib batu lemparan Theo mengenai tepat diatas kepala Raging Ape, "kau monyet sialan, jangan berani mendekati kakak perempuanku, kesini hadapi aku" Teriak Theo dengan keras.
"Adik apa yang kau lakukan??" Gregoric berteriak semakin cemas.
"Adik jangan bodoh!!!" Issabela yang juga kini melihat tindakan Theo ikut berteriak.
Raging Ape yang awalnya mendekat kearah Issabela, menghentikan langkahnya setelah mendapat lemparan batu tepat diatas kepalanya.
Otot-otot diatas matanya berkedut, menoleh dan menatap Theo dengan tatapan yang mengerikan, seolah berkata 'Kau, makhluk hina yang lemah, berani menyerangku?'
Disisi lain, Theo bukannya takut, malah tersenyum, tersenyum seperti penjahat jalanan, senyuman yang pada awalnya sangat ia benci dan herankan, namun kini dia tau, senyuman ini adalah seyuman turunan keluarga, bahkan dia juga memilikinya ketika adrenalin mengalir dengan cepat didalam darahnya, dorongan adrenalin ini entah kenapa memberinya dorongan kuat untuk tersenyum jahat, sekarang ia tau apa yang membuat semua anggota keluarganya cenderung tersenyum jahat seperti penjahat jalanan ketika sedang marah, kesal, atau merasa tertantang.
"Kemari kau b******k!!!" Theo memberi gesture tubuh menantang, mencoba memprovokasi Raging Ape, seolah Raging Ape adalah manusia yang mengerti maksud dari gesture nya.
Namun entah kenapa Raging Ape seolah mengerti gesture tersebut, otot-otot diatas matanya timbul semakin banyak, dia terlihat semakin kesal.
Dengan sekali loncatan dia meloncat kearah Theo yang ada di tepi jurang, mendarat dengan suara berdebum keras dihadapan Theo.
Dilain sisi Theo jatuh terduduk karena hempasan angin dari pendaratan Raging Ape.
"Adiiiiikkkkkk!!!" Gregoric dan Issabela berteriak bersamaan, merasa semakin cemas.
Raging Ape yang telah mendarat dengan gagah di depan Theo kemudian menundukkan badannya, menatap Theo, sementara Theo yang menerima tatapan mengerikan tersebut masih memasang senyum khas penjahat jalanannya.
Sesaat kemudian, Theo berlari dan melompat melewati sela kaki Raging Ape, Raging Ape segera menoleh kebelakang dan meraih Theo dengan tangannya.
Tanpa kesulitan Raging ape menangkap Theo, menggunakan dua jarinya dia memegang kepala Theo dan mulai mengangkatnya tinggi keudara.
Theo bukannya merasa takut malah tertawa dengan keras.
"Hahhahahhahahaha, kera bodohh!!"
Issabela dan Gregoric yang melihat kejadian ini menjadi temenung dan menatap adiknya dangan perasaan campur aduk antara ngeri dan cemas, apakah adiknya ini sudah kehilangan akalnya dan menjadi gila.
Raging Ape segera mendekatkan tangannya dan mengarahkan Theo kearah wajahnya, dia kemudian membuka mulutnya memperlihatkan gigi-giginya yang tajam, terlihat bersiap untuk berteriak keras kearah Theo, seperti yang dia lakukan kepada Master Aruric.
Dalam hati Theo merasa lega, pertaruhan yang dia lakukan dari awal berjalan dengan lancar, sesuai perkiraan Theo, Raging Ape ini cenderung bermain-main dengan mangsanya, tidak langsung membunuhnya.
Sebelum mereka bisa mencerna situasi, Theo menggunakan sebelah tangannya yang tidak patah dengan cepat untuk mengambil sesuatu dari dalam bajunya.
Dengan gerakan sangat cepat, Theo menggenggam bola-bola biji pohon oak es, mengarahkannya kearah wajah Raging Ape yang tengah membuka mulutnya sedang bersiap untuk berteriak.
"Kratakkkk" dengan satu genggaman keras Theo menghancurkan beberapa bola sekaligus.
Aliran mana es dingin segera meledak keluar menyebar kearah wajah Raging Ape.
Situasi ini benar-benar seperti yang diharapkan Theo, dia sengaja berlari diantara kaki Raging Ape awalnya untuk bertukar posisi dengannya, sekarang posisi Raging Ape berada membelakangi jurang misterius.
Raging Ape yang wajahnya diselimuti oleh ledakan mana es dingin yang pekat segera tersedak. Secara reflek berjalan mundur, menggunakan tangannya yang lain untuk mengusap-usap wajahnya.
Makhluk itu terus mundur karena tersedak oleh gelombang mana dari biji pohon oak es dan mulai kehilangan keseimbangan ketika menyadari pijakannya telah berakhir, dia mundur terlalu jauh kemudian mulai terperosok masuk kedalam jurang misterius.
Semua berjalan lancar hampir seperti yang di rencanakan oleh Theo, namun satu hal terjadi tidak sesuai dengan rencananya, rencana awalnya adalah ketika Raging Ape mulai tersedak oleh mana es, Theo mengira Raging Ape tersebut akan melepaskan tangannya dari mencengkram dirinya, namun dalam kenyataan, bukan melepaskan, Raging Ape malah mulai menggenggam Theo dengan lebih keras.
Senyum di wajah Theo yang awalnya melebar, mulai memudar, dia merasakan sakit yang teramat sangat ketika Raging Ape mulai meremasnya, remasan Raging Ape hanya melemah ketika tubuhnya mulai jatuh terperosok kedalam jurang misterius.
Sialnya, ketika cengkraman Raging Ape mulai melemah dan mulai jatuh kedalam jurang, dia juga ikut manarik Theo kedalam jurang, membuatnya ikut jatuh kedalam jurang bersama dengan Raging Ape tersebut.
Theo terlepas dari cengkraman Raging Ape namun mulai ikut jatuh kedalam jurang. Dalam keadaan mulai jatuh bebas di dalam jurang, entah kenapa tak ada rasa takut yang dirasakan oleh Theo, 'Monyet sialan, sampai akhir kau tidak mau kalah', Theo berguman pada dirinya sendiri.
Theo bisa mendengar teriakan dari Issabela dan Gregoric, dari kejauahan. Sebelum akhirnya semua suara tak lagi terdengar, suara yang terdengar hanyalah desiran angin di telinganya.
Desiran angin yang semakin keras menjadi pertanda bagi Theo bahwa dia terjatuh semakin cepat, ditarik oleh gravitasi, semakin dalam, dan semakin dalam menuju kedasar jurang.
Cahaya mulai meninggalkan visi Theo, semakin dalam dia jatuh, semakin gelap lingkungan jurang di sekitarnya, dia melihat keatas yang hanya menyisahkan titik-titik cahaya, batas-batas pemukaan atas jurang terlihat seperti titik-titik bintang di langit malam yang gelap.
"Hahhh.." Theo mulai menghela nafas.
"Mati dengan cara seperti ini kupikir tidak buruk juga, setidaknya dikehidupanku yang singkat dan penuh dengan ketidak bergunaan, aku bisa melakukan sedikit hal berguna di akhir hidupku" Theo kemudian memejamkan matanya.
"Kedua kakak, semoga kalian bisa bertahan hidup dan selamat" Theo bergumam untuk terakhir kalinya, berharap kedua kakaknya baik-baik saja setelah ini, dan bisa bertahan hidup.
Ketika Theo menutup matanya, dia bisa merasakan perasaan seolah-olah dia sedang tidur di padang rumput pada malam musim semi yang sejuk, ditemani dengan deru angin yang terus berdesis di telinganya, Theo entah kenapa merasakan deru angin tersebut seperti musik surgawi yang merdu.
Tubuh Theo jatuh semakin dalam dikegelapan jurang misterius.