RHOD & GEM

1305 Words
Respati kembali ke kantor. Ia tiba tepat waktunya rapat. Meski wajah Tikta terlihat tegang. Respati hanya menepuk bahunya dan tersenyum. Ia tahu kenapa Tikta tegang karena rapat hari ini dihadiri para direksi dari seluruh anak perusahaan. Selama rapat, ia mendengarkan tapi juga terus memikirkan apa yang terjadi pada istrinya. Ingatan terakhir Kinan ada di enam bulan lalu. Artinya itu berdekatan dengan waktu mereka mengenal. Apakah ada yang menghilangkan ingatan Kinan? Siapa yang bisa membuat Kinan lupa? Siapa yang menginginkan Kinan tidak lagi mengingat momen enam bulan terakhir ini? Apa dampaknya kalau Kinan tidak mengingatnya? Tiba tiba, satu nama melintas di benaknya. JANGGALA! Respati mengepalkan kedua tangannya. Ia geram sekali. Ini waktunya untuk bertanya pada Rhod. Setelah selesai rapat, ia dan Tikta mendatangi sebuah butik perhiasan. Pemilik butik tersebut biasa ia panggil Rhod. Ia adalah penjaga bloodstone yang menetralkan ketidakseimbangan. Kalau memang benar ada yang menghilangkan ingatan Kinan, orang itu sudah mengganggu keseimbangan. Sudah waktunya agar Rhod bertindak. Yang terjadi pada Kinan adalah di luar kehendak! Secara otomatis, ia langsung bergerak ke ruang VIP yang ada di belakang butik. Rhod terlihat sudah menunggunya. "Kamu pasti tahu maksud kedatanganku!" Respati duduk di sofa dengan penuh amarah. "Tadi malam, bloodstone berubah hitam. Jadi aku tahu ada yang terjadi yang berhubungan dengan Black Opal," Rhod duduk di hadapannya. "Apa dugaanmu?" Rhod bertanya. "Semalam, istriku tiba tiba kehilangan ingatannya. Memori terakhirnya ada di enam bulan lalu. Sebelum aku mendekatinya dan mengetahui kalau dia Jadeite," Respati menggertakkan giginya. "Aku dan istriku sudah memiliki warna yang sama. Apapun yang terjadi, setiap indera kita akan mengingat dan merasakan satu sama lain," Respati memejamkan mata. "Dia lupa apa yang terjadi enam bulan terakhir, tapi Kinan tidak melupakanku," Respati menatap Rhod penuh tanda tanya. Ia mencoba mencari jawaban. Respati langsung berdiri dan melangkah bulak balik di ruangan itu, "Tapi, suatu hari nanti, apakah mungkin dia melupakanku? Dan, bagaimana cara mengembalikan ingatannya?" Ia langsung berubah galau, "Apa yang Janggala lakukan?" "Aku cari tahu," Rhod mengangguk. *** Kinan sudah selesai mandi dan menyiapkan makan malam. Meski pikirannya tidak bisa mengingat. Tapi, tubuhnya seperti melakukan apa yang biasa ia lakukan. Ah! Ada apa dengan isi kepalaku?? Apa aku kehilangan ingatan? Ia menatap jam di dinding, sudah pukul tujuh malam. Entah kenapa ia tahu kalau Respati akan tiba dalam lima menit lagi. Dan dugaannya betul. Pintu penthouse ada yang membuka. Kinan berlari menyambut suaminya dan memeluknya. "Aww.. Kamu ternyata tidak lupa sepenuhnya. Cara menyambutmu masih seperti biasanya," Respati mengecup keningnya. "Apa iya?" Kinan merangkul pinggang suaminya. "Aku mandi dulu ya, kita ketemu di meja makan," Respati mengecup bibir Kinan dengan lembut. "Iya," Kinan mengangguk. Kinan menunggu suaminya selesai mandi untuk kemudian mereka makan bersama. Setelah selesai makan, Respati mulai membuka percakapan, "Ceritakan apa yang terjadi?" "Jadi, ingatan terakhirku, aku mengingatmu lalu tertidur. Sendiri, di apartemenku. Tapi, saat bangun, kenapa ada kamu di sampingku?" Kinan menceritakan apa adanya. "Dan, memori terakhirku adalah Bulan Mei, kenapa tiba tiba terbangun di Bulan November?" Ia menambahkan. "Lalu batu ini, bersinar, kenapa? Dan warna batu ini asalnya hijau, kenapa sekarang jadi biru?" Kinan bertanya tanya. "Oh, I love you," Respati mengecup kening Kinan. Tiba tiba saja, batu keduanya saling menyala tapi dengan cepat meredup. "Batu itu berubah mengikuti perasaanmu. Biru adalah warnaku! Warna ini jadi pertanda kita bersatu. Kamu milikku, istriku," Respati mencium bibirnya. "Oh!" Kinan langsung berbinar binar. Sesuai dugaannya, batu ini bukan batu biasa. Ada suatu cerita di balik ini semua. Ia balas mencium Respati. Keduanya terus menerus memiringkan kepala satu sama lain dan berciuman. Respati menarik Kinan naik ke atas pangkuannya dan membuka kancing piyama yang istrinya kenakan. Di hadapannya, aset indah milik istrinya tersingkap, memperlihatkan segala kesempurnaan tubuh Kinan yang ia suka dari atas ke bawah. Ia mengecupnya perlahan dan memainkan puncak buahdadanya berulangkali. Kinan hanya bisa menggeliat beberapa kali, hingga tubuhnya meletup. "Ahh.." Kinan mendesah pelan. "Kamu suka?" Respati menggodanya. "I-iya.." Kinan langsung merah padam. "Kamu milikku, aku milikmu. Kita sudah saling memiliki satu sama lain. Apapun yang terjadi, jangan lupakan aku," Respati menghisap pelan bagian atas buahdada Kinan hingga membuatnya sedikit memberontak. "Oh.." Kinan memeluk Respati erat. "Aku tidak mungkin melupakanmu." "Aku harus cerita sayang. Sepertinya, ada orang jahat yang menghilangkan ingatanmu. Itu sebabnya, kamu seperti tiba tiba berada di kamarku. Tidak merasa menjalani pernikahan kita. Dan beranggapan semua ini mimpi," Respati memeluknya dan mengelus rambut istrinya. "Kamu tidak tiba tiba berada di masa enam bulan mendatang. Tapi ada orang yang mengganggu ingatanmu," Respati menjelaskan. "A-apa itu mungkin?" Kinan membelalak kaget. "Semua mungkin. Tapi, Rhod sedang mencari tahu semuanya," ungkap Respati. "Si-siapa Rhod?" Kinan kembali bertanya. Respati tertawa, "Ah, aku harus menceritakan semuanya dari awal? Bagaimana mungkin enam bulan perjalanan kita kamu lupakan?" Kinan merangkul leher Respati manja, "Ah ceritakan." "Di tempat tidur ok? Aku tidak bisa konsentrasi dengan tubuhmu yang tersingkap seperti ini," Respati menggodanya. Kinan mengangguk dengan malu malu, "I-iya." Respati tersenyum lebar dan memangku istrinya ke arah tempat tidur. "Ceritakan juga soal semuanya. Batu ini apa?" Kinan menyentuh liontin miliknya. "Mama memberikanku liontin ini dan aku tidak tahu apapun mengenainya." "Iya, aku ceritakan," Respati melempar tubuh Kinan ke atas tempat tidur dengan pelan. Mereka bergulat di tempat tidur, "Kapan ceritanya kalau kamu seperti ini terus?" Kinan tergelak. "Sampai kita meledak!" Respati tertawa. Satu jam kemudian, keduanya kelelahan diam di tempat tidur setelah bergulat tiada henti. "Aku lelah. Ada apa denganmu?" Kinan mendekat masuk ke tubuh suaminya. "Aku? Ini kebebasanku!" Respati tersenyum lebar. "Kebebasan apa?" Kinan merangkul d**a bidang suaminya sambil berbaring. "Ah, aku harus menceritakannya lagi. Kita berbeda dari manusia kebanyakan. Ada kekuatan khusus yang bisa kita salurkan dan batu ini mengendalikannya," Respati memperlihatkan gelang di tangannya. "Ada keterikatan antara pemilik kekuatan dan batu yang ia pilih. Seperti penyihir memilih tongkat sihirnya. Jadi, andaikata ada orang lain yang mengenakan gelang ini, orang itu tidak akan merasakan apapun. Hanya aku yang bisa memunculkan sinar dan warnanya," jelas Respati. "Begitupun dirimu. Liontin yang kamu kenakan tidak akan memiliki pengaruh apapun padaku. Itu bukan GEM aku. Kita menyebut itu sebagai GEM, bukan batu," tambah Respati. "Tapi, siapa KITA yang kamu maksud? Apa ada yang lain selain aku dan kamu? Dan Rhod? Orang yang tadi kamu sebutkan, siapa dia?" Kinan bertanya. "Banyak yang seperti kita. Tapi semua bergerak rahasia. Orang biasa tidak akan menyadari kita ada di sisinya. Bahkan mungkin berteman baik atau bersaudara," jawab Respati. "Apa hubungan ini semua dengan kebebasanmu?" Kinan bertanya. "Kita tidak bisa bebas bergerak dalam sebuah ruang dan waktu lain, sebelum GEM mengizinkan," jawabnya. Respati lalu tertawa, "Selain itu, untuk bisa bersama dengan seorang perempuan, aku harus bisa merubah GEM miliknya menjadi satu warna dengan milikku. Sampai itu terjadi, aku tidak bisa berhubungan dengan perempuan manapun." "GEM bisa berubah kalau kita memang terkoneksi. Saat itu terjadi, dan berjodoh, GEM akan berubah dengan sendirinya. Semua tidak bisa dipaksakan," Respati membelai rambut istrinya. "Itu sebabnya, GEM milikmu bisa berubah warna dari hijau menjadi biru." "Jadi, kamu yang pertama dan satu satunya," Respati mengecup kening Kinan dan tersenyum. "Jangan kaget kalau aku seperti menginginkannya terus menerus." "A-apa?" Kinan membelalakkan matanya. Respati hanya tergelak. Ia mencubit pipi Kinan yang melongo. "Jangan kaget seperti itu! Ah aku dejavu. Itu juga reaksimu saat aku bercerita beberapa bulan lalu," Respati tertawa. "Ini seperti memutar film yang sudah pernah aku tonton. Reaksimu dan pertanyaanmu sama." "Tapi aku akan menceritakannya lagi. Jadi, aku dan kamu memang jodoh. Kita terkoneksi otomatis. Aku selalu mendengar isi hatimu. Tapi, entah siapa orangnya, yang mana orangnya, aku tidak tahu," Respati mengenang masa awal ia menemukan Kinan. "Suara hatimu selalu menggangguku." "Maksudmu?" Kinan kebingungan. "Kinan, aku Respati Mandaka Dierja, memiliki kelebihan luar biasa, karena aku bisa membaca hati," Respati tersenyum. "Hati, bukan pikiran! Itu dua hal yang berbeda," ia menerangkan. "Aku bisa mengetahui keculasan atau kebaikan seseorang. Kekuatanku ini cukup untuk membuatku waspada," jelas Respati. "Lalu aku? Apa artinya aku juga memiliki kekuatan?" Kinan mengerutkan keningnya. "Dan kita, siapa KITA?" Kinan kembali bertanya. "Ah jelaskan semuanya! Aku bingung..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD