DAFFA |05|

698 Words
•||• "Daffa Malik?" Pak Bondan menurunkan kacamatanya sambil memperhatikan seisi kelas. Matanya menatap satu persatu murid yang ada. Lalu tatapannya terhenti ketika melihat sosok yang sedang diabsennya menelungkupkan wajahnya pada kedua lengan diatas meja. Pak Bondan menghampiri Daffa. Ia menghela napas lalu menepuk pundak lelaki itu. "Malik?" Tak ada sahutan. Lalu pak Bondan menghela napasnya lagi. "Kenapa anak ini bisa tidur sampai sebegini pulasnya?" Tanyanya pada anak-anak di kelas. "Tau pak. Lagi mager kali," Ezra menyahut pelan. Ezra adalah salah satu teman Daffa yang bisa dibilang dekat dengan Daffa dari pada yang lain. Pak Bondan kembali membangunkan Daffa. Kali ini guru itu sedikit usil dengan spidol yang dipegangnya. Daffa yang merasa ada sesuatu yang mencoret wajah tampannya pun segera terbangun. "Lah pak?" Matanya merah. Tapi wajahnya sudah terdapat kumis di masing masing pipinya. "Kamu kenapa tidur Malik?" Daffa mengangkat sebelah alisnya. Lalu mencopot earphone yang sedari tadi masih dipakainya. "Ngantuk." Jawabnya datar. "Cepet cuci muka sana kamu! Saya tunggu buruan!" Daffa hanya menghela napas. Pun ia tetap menuruti perintah pak Bondan untuk mencuci muka. *** Daffa berjalan santai keluar dari kelas dan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah selesai mencuci muka, ia keluar. Tapi tidak kembali ke kelasnya. Melainkan ke kantin. "Mpok! Jus mangga satu ya!" Pesannya. Ia menatap sekeliling. Sepi. Jelas saja, sekarang sedang KBM tapi Daffa malah lari kesini setelah ia mencuci muka. Ia duduk dipojokan. Mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu mengaktifkannya. Ada beberapa chat dari Bunda, Ayah dan juga Diffa. Tangannya membuka pesan yang di kirim oleh Nara terlebih dahulu. Bunda Daffa? Bunda sama ayah nanti gabisa pulang kerumah karna mau ke rumah Oma. Bunda titip adik adik kamu ya? Daffa mengernyitkan dahinya. Tumben sekali Nara dan Raka mengunjungi omanya di hari biasa seperti ini. Tapi seolah mengabaikan, Daffa hanya menggedikan bahunya. Daffa Iya bunda. Siap. Hati hati bun. Love ya bunda Daffa langsung membuka chat dari Raka setelah ia membalas pesan dari Nara. Teamwork‍☠️ Jagoan! Ayah titip berindil berindil ayah sama kamu ya. Jangan digalakin oke? Salam sayang, bro yang menjelma menjadi heromu! Daffa tertawa. Raka selalu seperti ini. Raka dan ke humorisannya mampu mencairkan hati Daffa yang tadi pagi panas karna sms tidak jelas itu. Daffa Aye aye captain! Tugas akan segera dijalankan! -bradmu. Daffa menggeser layar ponsel nya sedikit kebawah. Ia langsung menekan chat yang dikirim Diffa beberapa menit yang lalu. Dipul A dapil! Cabut yuk :( Daffa Sini dah Gue dikantin. Setelah mengirim balasan untuk adik kembarnya, Daffa langsung meletakkan handphonenya ke atas meja. "Makasih Mpok!" Katanya setelah jus mangga itu tersaji didepannya. "Sami sami A," si Mpok berlalu sambil tersenyum. Daffa asik meminum jus mangganya. Matanya terlihat menerawang ke depan. Daffa menghela napas lelah. Sampai kapan ia akan terkena dendam masalalu bersama orang itu? "Bagi dong aus!" Diffa menyambit gelas jus mangga milik Daffa. Membuat sang empunya berdecak sebal sembari memandangi kembarannya dengan pandangan sarkatis. "Beli sana! Kayak orang kagak dikasih duit jajan aja." "Berisik ih! Gue aus tau." "Siapa?" "Gue lah!" "Yang peduli b**o!" Daffa mengaduh kesakitan ketika Diffa memukul lengannya. "Aaw sakit bodoh." "Makanya gausah usil A!" "Hhhm." Keadaan mendadak hening beberapa detik sampai- "A tau gak?! Dikelas Diffa ada anak baru lho!" Daffa menaikan satu alisnya, "Terus?" "Cantik tau A! Baik lagi. Aa gamau jadiin dia-" "Apaa?" "Gebetan gitu? Ga bosen apa ngejomblo terus?" Daffa menatap Diffa. "Kagak. Buat apaan pacaran kalo ujung ujungnya gue nyakitin dia?" Diffa balik menatap Daffa. Ia tau kekhawatiran kembarannya ini. "Yakan A emang lo ada niatan buat nyakitin cewek?" "Enggak sama sekali," Diffa menjentikkan jarinya ke arah Daffa. "Nah justru itu! Kalau lo aja gaada niatan buat nyakitin cewek ya dia gaakan tersakiti lah A!" Daffa menghela napasnya lagi. "Bukan gitu dip. Aa cuma gamau nyakitin cewek. Aa sendiri bukan berarti aa betah sendiri. Aa cuma gamau terjebak sama orang yang salah. Lagi pula kalau pacaran nggak nutup kemungkinan Aa bakalan nyakitin tuh cewek kan?" "Iya sih. Ah terserah aa aja lah. Diffa mah ngikut." Selanjutnya, si kembar kembali pada kegiatannya masing masing. Memang Daffa tidak mau menjalin hubungan dengan perempuan manapun untuk saat ini. Bukan karena ia tidak mau atau tidak tertarik, hanya saja Daffa terlalu takut jika nantinya ia akan menyakiti perempuan. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD