Aku resmi dipingit, tak diperbolehkan gentayangan ke mana-mana, termasuk pergi mengajar. Namun, aku terus memaksa Mamak agar memberi ijin keluar untuk cuti sekaligus membagi undangan. Maka disinilah aku sekarang. Melangkah perlahan menuju kantor. “Selamat pagi, Bu Guru,” sapa seorang murid. “Pagi,” jawabku sambil tersenyum kecil. “Selamat pagi, Bu Guru.” Hampir setiap murid yang berpapasan denganku menyapa dengan wajah riang. Aku nyaris tak percaya saat Amirul menyapa dengan wajah tanpa dendam atau kesal seperti pertemuan kami terakhir kali. Bukankah Amirul sangat membenciku? Meski terkejut luar biasa, aku tetap membalas perkataannya. “Pagi juga.” “Bu Guru terlihat semakin cantik. Pasti karena akan nikah, ya?” Kuusap rambut Amirul. “Kamu jangan nakal lagi, ya?” “Siap, Bu Guru!” Ami