Permintaan Jesy

1142 Words
Dimas duduk di kursi kerjanya, di depannya ada banyak sekali tumpukan berkas-berkas yang harus ia tanda tangani.Sejak mengambil alih perusahaan papanya Maximus Corp yang di ujung kebangkrutan membuat Dimas menjadi pribadi yang sangat pekerja keras. Siang malam ia mengabdikan dirinya demi membangkitkan perusahaan yang sudah siap gulung tikar demi kelangsungan orang banyak yang bekerja di perusahaannya. Dan sejak itu Dimas menjadi sangat hati-hati setiap ia mengambil keputusan.Tidak serta merta langsung menandatangani berkas yang ia terima. Laki-laki itu akan selalu membaca ulang poin-poin penting dari berkas itu. Tok.. tok.. tok... Suara ketukan pintu dari luar mengalihkan fokusnya pada suara pintu ruangannya. "Masuk. " Titahnya. Ceklek.... Seorang wanita masuk dengan anggun ke dalam ruangannya. "Apa masih sibuk sekali kamu Dim? Ini sudah sore. Sudah jam pulang kerja. " Dimas menoleh sekilas pada wanita itu lalu kembali fokus ke berkas di tangannya,"Mau pulang atau tidak sama sekali tidak ada bedanya bagiku." "Dimas, lusa weekend, tidakkah kamu ingin pulang ke rumah dan menemuinya?" Dimas menghela nafasnya lalu ia menyandarkan punggungnya ke belakang, "Gina sudah berapa kali aku katakan jangan ikut campur urusan pribadiku. " Wanita bernama Ginaya itu langsung menghampiri Dimas ke samping pria itu dan memijat bahu Dimas dengan lembut. "Dimas, bukan begitu, hanya saja aku kasihan padanya, bagaimanapun dia tidak bersalah. Dia..." Tiba-tiba Dimas menampik tangan Ginaya yang memijat bahunya,"Lebih baik kamu urus urusanmu sendiri Gina, selama ini aku menghargaimu karena kamu partner kerja yang baik." Ginaya tersenyum kecut, "Apa kamu masih tidak bisa melihat ketulusanku Dimas? Aku membantumu selama ini karena aku benar-benar tulus mencintaimu, apa yang kamu harapkan dari hubungan masalalumu? Jika wanita itu benar mencintaimu kemana saat kamu terpuruk hah? Aku... aku yang ada untukmu." Dimas menahan emosinya, "Jika kamu tidak tahu apa-apa lebih baik kamu diam. Dan berbicara soal ketulusan harusnya kamu tak mengharapkan apapun dariku termasuk balasan akan cintamu padaku. " "Dimas. " Lirih Ginaya. "Keluarlah. " Ujar Dimas tegas. Ginaya menghela nafasnya lalu ia pun segera keluar dari ruangan Dimas dengan berurai air mata. Setelah kepergian Ginaya,Dimas memejamkan matanya untuk mengontrol suasana hatinya yang langsung berubah menjadi buruk. "Kamu salah Gina? Akulah yang bersalah dalam pernikahanku." Dimas tersenyum tipis,"Dan besok adalah hari di mana perjuanganku kembali di mulai. " Dimas lalu kembali fokus pada pekerjaannya.Di liriknya jam sudah menunjukkan pukul 5 sore,itu artinya jam kerja perusahaannya sudah berakhir dari satu jam lalu kecuali. mereka yang lembur. "Pulang atau tidak, sama sekali tak ada bedanya bagiku. " Dimas mengambil ponselnya dan menatap Walpaper layar ponselnya, "Tak ada kamu yang menyambut kepulanganku Difa. " "Oh Tuhan sungguh aku sangat merindukannya. " Ujar Dimas sambil meremas kepalanya. . . .......... Difa sangat bersemangat hari ini. Setelah penandatanganan kontrak kemarin, hari ini dia akan ke kantor MaxL untuk bertemu CEO MaxL dan membicarakan hal lebih lanjut mengenai kerjasama mereka. "Semangat sekali kamu sayang?"Tanya bunda Sifa. "Iya bun, hari ini kerja sama perusahaanku dengan MaxL benar-benar di mulai." Bunda Sifa membelai rambut putrinya, "Bunda sangat bangga padamu sayang.Dan bunda bersyukur karena kamu sudah kembali ceria. " "Bunda pagi-pagi jangan merusak moodku dong. "Protes Difa. "Iya sayang maafkan bunda ya. " "Aunty nanti antar Farel sekolah lagi ya? " Ujar Farel yang sedang mengunyah sandwich di tangannya. "Lho kenapa tidak sama om Rey? " Farel menggelengkan kepalanya, "Tidak,Jesy ingin ketemu lagi sama aunty, dia tuh suka banget sama aunty. " Difa kembali mengingat pada cerita Farel tentang teman keponakannya itu. Difa lalu mendekat dan duduk di depan Farel. "El, aunty mau tanya..." "Tanya apa aunty? " "Soal cerita kamu kemarin, Jesy tak punya mama dan papa. " Farel lalu meminum susunya sebelum ia menjawab pertanyaan aunty Difa,"Iya aunty, Jesy punya mama tapi katanya mama sudah di surga seperti bunda El, kalau papanya tidak pernah pulang." Difa mengangguk dalam hati ia berfikir ya seperti itulah biasanya seseorang duda atau janda jika sudah mempunyai keluarga baru maka mereka akan melupakan anak dari pernikahan sebelumnya.Difa menatap Farel, Ia tersenyum mengingat Farel tak mengalami itu semua. Beruntung Farel memiliki ibu tiri seperti Siena yang benar-benar tulus mencintai anak itu. Sama seperti bundanya yang tulus mencintai Raffa. "Ya sudah cepat habiskan sarapanmu, kita berangkat. " "Lho aunty tidak sarapan? " Difa menggeleng, "Aunty lagi diet. " "Difa jangan seperti itu, Diet boleh tapi bukan berarti tidak sarapan. " Tegur bunda Sifa. "Nanti saja Difa sarapan di kantor bunda, lagi tidak selera makan nih."Ujar Difa. Semua gara-gara semalam dia memikirkan kembali tentang pria yang sampai detik ini masih berstatus suaminya. "Ya sudah tapi beneran ya nanti sarapan. " "Iya bundaku yang cantik. " . . Difa menghentikan mobilnya di depan sekolah Farel. "El tak apa kan aunty antar sampai sini? " "No aunty, Antar sampai kelas. Juga Jesy pasti nunggu aunty, Kemarin dia bilang begitu." Difa melirik pada jam di tangannya, "Ya sudah tapi cuma sebentar ya. " "Iya aunty. " "Aunty parkirkan mobilnya dulu. " . . Dan benar saja saat tiba di kelas Farel sudah ada Jesy yang tersenyum menyambutnya. "Aunty. " Sapa gadis kecil itu dengan cerianya.Difa pikir itu berbeda sekali dengan aura sendu yang gadis kecil itu pancarkan kemarin saat pertama mereka bertemu. Apakah sebegitu menyukainya Jesy padanya. "Hallo cantik. " Balas Difa. "Aunty bolehkah aku memelukmu. " Difa tersenyum lalu mengangguk,"Tentu saja. " Lalu tanpa menunggu lagi Jesy langsung memeluk Difa dengan erat,"Jesy sayang aunty." "Eh...".Seperti itukah pikir Difa. "Hmm... Jesy ingin aunty jadi mama Jesy." "What? " Kaget Difa,"Sayang jangan bicara seperti itu, papa Jesy pasti sudah punya mama baru untuk Jesy jadi jangan. " "No aunty, papa tidak punya mama balu." Difa mengerutkan keningnya lalu melepas pelukan gadis kecil itu, dalam hati Difa berfikir kalau papa gadis itu pasti terlalu mencintai mama Jesy hingga ia tak kuat melihat wajah Jesy yang mungkin sangat mirip mendiang istrinya makanya pria itu tak pernah pulang menemui anaknya. Oh persis seperti cerita di n****+-n****+. Difa menggeleng, 'Jangan-jangan gadis kecil ini ingin menjodohkanku dengan papanya persis seperti di n****+-n****+ bertema duda dan anak-anak.'Batin Difa. "Kenapa aunty menggeleng, aunty tidak suka sama Jesy ya? "Tanya Jesy dengan nada sedih. Difa bingung harus bagaimana, apa dia sudah terlalu jauh berfikir, lalu ia pun memaksakan senyumnya, "Maaf sayang bukan begitu, tentu aunty juga suka sama gadis cantik dan semanis kamu, tapi soal jadi mama jangan ngomong seperti itu lagi ya, Jesy bisa anggap aunty seperti aunty Jesy sendiri." "Kenapa aunty tidak mau menjadi mama Jesy? " Ya Tuhan bagaimana cara Difa menjelaskan pada anak berusia 7 tahun itu? "Begini sayang, aunty sudah menikah jadi Aunty tidak bisa jadi mama untuk Jesy. " Ya Difa pikir seperti itu saja, dari pada memberi harapan palsu pada anak itu. Jesy mengangguk, "Jesy tahu aunty, maka dali itu Jesy mau aunty jadi mama Jesy bial papa mau pulang." Difa menghela nafasnya sepertinya penjelasannya tidak masuk pada logika anak itu,lalu ia tersenyum dan kembali memeluk gadis itu. "Ya sudah aunty kerja dulu ya." "Tapi aunty..." Ujar Jesy mencoba mendesak wanita dewasa di depannya. . . myAmymy
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD