Pertemuan Pertama

1138 Words
Difa baru saja selesai sarapan,ia lalu bangkit,meraih tasnya dan berniat untuk berangkat bekerja ke kantornya. Difa memutuskan untuk mencoba membangun perusahaannya sendiri,ia tak ingin pergi bekerja di salah satu kantor orang tuanya, ia ingin mencoba kemampuannya karena ia fikir jika bang Raffa saja bisa membangun perusahaannya sendiri di sela ia mengurus perusahaan ayah dan bunda bahkan juga perusahaan mertuanya maka ia pasti juga mampu jika hanya fokus pada satu perusahaan yang ia rintis satu tahun lalu. "Huaa.....mami akit..... "Tangis Celline tiba-tiba mengalihkan perhatian semua orang. "Owh cucu nenek cantik sayang. " Ujar bunda Sifa menenangkan cucu perempuan satu-satunya. "Sabar ya sayang, mami lagi urus abangmu yang nakal itu." Ujar Raffa sambil mengunyah nasi goreng di dalam mulutnya. Bunda Sifa mengerutkan keningnya, "Raff sepertinya Celline demam." Raffa langsung bangkit dan menghampiri Celline lalu memegang dahinya,"Ya Tuhan, iya bun... ya sudah kita bawa ke rumah sakit, Raffa panggil Siena dulu bun. " "Lalu Farel? "Tanya bunda Sifa sambil melirik Farel yang masih asik menikmati sarapannya. Raffa kemudian menatap Difa, "Dif bisa minta tolong urus Farel kan? " "Tentu bang . " Ucap Difa sambil melihat jam di tangannya, "Aku bisa menunda meeting pagiku. " "Syukurlah, terimakasih Dif." "Iya bang. " Lalu Difa menghampiri Farel, "El sudah belum sarapannya, berangkat sama aunty ya." "Ayah kenapa?" "Adik Celline sakit, jadi ayah sama mami mau bawa ke rumah sakit, nenek harus jaga Sean di rumah." "Kakek?" "Kakek masih di Jogja sayang, tidak apa kan sama aunty? " Farel nampak berfikir lalu anak itupun mengangguk dan tersenyum,"Oke aunty." Difa menghela nafasnya lega lalu membelai rambut keponakannya itu. . . Sekitar 20 menit perjalanan Difa dan Farel tiba di sekolah Farel, sebuah sekolah dasar yang cukup elite di kota itu. "Nah sudah sampai jagoan. "Ucap Difa sambil menatap Farel yang nampak kewalahan dengan barang-barang yang ia bawa. "Biar aunty bantu bawa kotak bekalnya ya. " Meski sedikit heran kenapa keponakannya itu harus membawa dua kotak bekal yang lumayan besar ukurannya tapi Difa tak ingin banyak bertanya. "Makasih aunty. Ayo aunty turun antar sampai kelas." Difa tersenyum lalu mengangguk dan membantu Farel,mengantarnya hingga ke kelas anak itu. "Di sini aunty kelasnya. " Difa membantu Farel meletakan barang-barangnya di mejanya, lalu Ia mengerutkan keningnya saat melihat Farel meletakan satu kotak bekalnya di meja depan tempat ia duduk lalu anak itu langsung lari keluar kelas tanpa pamit padanya. "Mau kemana dia?" Gumam Difa sebelum ia mulai mengikuti ke mana keponakannya itu keluar kelas. Farel sudah tiba kembali di pintu gerbang samping tempat biasanya anak itu melihat sekolah lain yang tepat berada di depan sekolahnya di mana di sana ada banyak anak sekolah di antar oleh orang tuanya menggunakan motor terutama oleh ayah mereka. "Jesy? " Panggil Farel membuat anak yang bernama Jesy menoleh. "El.... " Farel mengatur nafasnya yang masih tak beraturan setelah ia berlarian tadi. "Sudah aku duga kamu pasti di sini. " Jesy tersenyum lalu menoleh pada arah belakang Farel di mana ada Difa yang mengikuti Farel. Farel menoleh pada auntynya lalu ia tersenyum, "Aunty kenalkan dia Jesyca teman Farel. " Difa tersenyum lalu membungkuk dan mengenalkan dirinya pada gadis cantik di depannya, "Hallo sayang, kenalkan nama tante Difa, kamu bisa panggil aunty Difa." Jesy menatap dalam pada Difa, namun ia tetap diam. "Jesy, dia aunty aku, adik ayah. cantikkan? " Jesy menatap Farel sesaat lalu kembali menatap Difa, memandangnya penuh arti. Difa terlihat bingung dengan ekspresi gadis kecil di depannya, lalu ia teringat jika dia harus bergegas ke kantor, "El aunty harus ke kantor,aunty pergi dulu ya, ingat nanti jangan keluar sekolah kalau ayah, aunty atau om Rey belum jemput." "Siap madam. " Baru melangkahkan beberapa langkah Difa merasa ada yang menarik ujung dress yang ia kenakan membuat Difa penasaran dan segera berbalik. "Jesy? " Tanya Difa saat mendapati gadis cantik tadi yang ternyata menarik dress miliknya. "Salam kenal aunty." Difa tersenyum lalu ia membelai rambut panjang milik Jesy. "Salam kenal sayang. " Ucap Difa dengan lembut. "Aunty, bolehkan aku memelukmu? " Difa mengerutkan keningnya sesaat lalu iapun tersenyum sebelum berjongjok dan memeluk Jesy dengan lembut. Jesy tersenyum dalam pelukan Difa, berkali-kali ia menghela nafasnya lega. "Aunty, bisakah aunty main ke lumahku?" "Boleh, kapan-kapan ya sayang, nanti aunty main ke rumahmu bersama El, oke. " Dengan cepat Jesy mengangguk antusias. "Ya sudah,aunty mau bekerja dulu, bye cantik. " Jesy lalu melambaikan tangan pada Difa. "Kamu suka sama aunty aku Jes?" Tanya Farel penasaran. Jesy menatap Farel lalu mengangguk,"Iya." . . ........... Difa tiba di kantornya sedikit terlambat.Pagi ini dia ada meeting dengan MaxL Corp. "Nuna apa dari MaxL sudah datang?" Tanya Difa pada sekretarisnya. "Sudah bu, baru saja dan sekarang mereka ada di ruang meeting. " "Syukurlah, huh hari ini adalah penandatanganan kontrak,tidak boleh batal. Ya sudah saya ke sana dulu." "Baik bu. " Difa langsung menuju ke ruang meeting untuk bertemu klien dari MaxL corp yang akan membangun resort di kepulauan seribu. "Selama pagi, maaf saya sedikit terlambat." Ucap Difa merasa tidak enak. "Tidak apa bu, kami juga baru saja tiba, Perkenalkan saya Rio wakil CEO dari MaxL. " "Oh ya, saya Difa Ayu." "Ini pertemuan permata kita, kemarin baru bertemu dengan perwakilan kami, oh ya apa bisa kita langsung penandatanganan saja, kebetulan satu jam lagi saya akan terbang ke London." "Oh ya tentu.Mari..." Akhirnya Difa bisa bernafas lega, hari ini adalah untuk pertama kalinya perusahaannya memiliki proyek besar. "Baik bu, besok anda bisa datang ke kantor kami untuk proses selanjutnya.Mungkin langsung dengan CEO kami. " "Baik pak, terima kasih semoga kerjasama ini berjalan dengan lancar." Difa menghela nafasnya lega di kursi kerjanya, banyak harapan di proyek kali ini. Dia benar-benar ingin membuktikan jika dirinya mampu pada ayah dan bundanya. . . Sore harinya Difa pulang ke rumah bundanya karena ayah yang sedang tak ada di rumah maka dia pulang ke rumah untuk menemani bunda. "Eh ada Farel, El nginap lagi di sini?" Tanya Difa pada keponakannya yang ternyata masih ada di rumah bunda Sifa. "Iya Dif, Celline sakit jadi biar Siena dan Raffa fokus menjaga Sean dan Celline." "El.... lihat ini udah jadi. " Ucap seseorang yang baru muncul dari kamar Farel. "Loh ada si cantik, siapa ya tadi namanya? "Taya Difa. "Jesyca aunty. " Difa mengangguk, "Wah Jesy main sampai sore apa tidak di marahi sama papa mama nanti?" Tanya Difa. Jesy langsung menunduk sedih, membuat Difa kebingungan, "Apa aku salah bicara? " Farel menarik dress Difa agar auntynya itu menunduk, "Jesy tidak punya mama aunty, terus papanya tidak pernah pulang. " Bisik Farel. Deg.... Mendengar cerita Farel membuat Difa merasa sedih,ia langsung menunduk dan memeluk Jesy, "Sudah jangan sedih ya,Jesy punya Farel, nenek Farel juga aunty di sini. " Ucap Difa sambil mengusap punggung Jesy. "Benelan aunty? "Tanya Jesy antusias Difa tersenyum lalu mengangguk membuat senyum Jesy semakin lebar, "Jesy seneng banget Jesy ingin punya mama sepeti aunty. " "Eh. " Pekik Difa kaget dengan ucapan Jesy padanya. . . myAmymy
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD