Bab Satu
Di A2's cafe, tepatnya di sofa yang berada di ujung ada sepasang manusia yang sedang dimabuk asmara, keduanya berciuman panas, selayaknya di kafe ini hanya ada mereka. Jika dilihat dari wajahnya, mereka masih remaja dan sangat tidak pantas melakukan hal semacam ini di tempat umum.
Jika pengunjung lain tidak peduli dengan aksi yang dilakukan kedua remaja ini, berbeda dengan seorang perempuan yang menatap mereka dari kejauhan, ia merasa sangat geram dan rasanya ingin menendang mereka untuk jauh-jauh dari kafenya. Perempuan yang diketahui pemilik tempat ini pun langsung menghampiri keduanya dengan emosi yang tertahan, ia tidak ingin image kafenya menjadi jelek hanya karena dua remaja yang berperilaku tidak senonoh itu.
Ia berdeham cukup keras setelah mendekat, tetapi sangat tidak diindahkan oleh kedua remaja itu, seakan dunia ini hanya milik mereka, karena sudah semakin kesal akhirnya ia langsung mengambil segelas lemon tea yang tersisa setengah di atas meja lalu ia siram ke wajah mereka, hingga keduanya langsung menghentikan aksi tersebut.
"Kalau mau berbuat m***m jangan di tempat saya!" ujar pemilik kafe tersebut dengan wajah yang sama sekali tidak bersahabat, karena rasa kesalnya sudah di ubun-ubun.
Laki-laki itu pun menyeka wajahnya, dan menatap perempuan itu dengan sebelah alis yang terangkat. "Kamu mau juga aku cium?" ujarnya dengan seringai jahilnya.
Kemudian ia langsung beranjak dari sofa, dengan sigap perempuan itu pun langsung menendang selangkangannya hingga cowok itu terhuyung ke belakang sambil memekik kesakitan.
"Pergi dari sini dan jangan pernah kembali," ujar perempuan itu masih dengan perasaan kesal. Nadanya terdengar santai tapi penuh tekanan.
Laki-laki itu mengangguk, sebelum ia menjauh tak lupa untuk membisikkan sesuatu ke telinga perempuan itu. "Kamu cantik dan aku suka, Tante."
Setelah mengatakan hal itu mereka pun langsung meninggalkan kafe milik perempuan yang bernama Aileen Arabella itu.
•••
"Ai, di luar lagi banyak wartawan," ujar Sarah yang baru masuk ke ruang istirahatnya Aileen.
Baru saja Aileen kesal karena ulah kedua tamu kafenya yang tak senonoh, sekarang malah ada hal yang baru. Buat apa wartawan ke sini segala? Perasaan kafe ini jauh dari hal-hal aneh dan belum masuk dalam jajaran kafe yang top di ibu kota sampai harus diliput oleh media.
Aileen menghela napas lelahnya. "Apa lagi sih, Sar?"
"Gue rasa ada paparazi yang rekam kejadian lo usir bocah tadi," balas Sarah yang tak lain adalah sepupu sekaligus manajer kafe ini.
Aileen mengernyitkan keningnya untuk meminta penjelasan karena ia masih bingung sebenarnya apa yang terjadi.
"Lo enggak kenal cowok yang lo usir tadi?" Aileen hanya menggeleng seperti orang polos. "Namanya Garrix Kalandra alias Gaga, jadi itu adalah anaknya Fahreza, pengacara kondang yang biasa nanganin kasus-kasus besar, kayak kasus artis atau pejabat. Lo pasti tahu kan Fahreza?"
"Iya namanya enggak asing, tapi gue enggak tahu. Lo to the point aja lah!" Aileen semakin tidak sabar dengan informasi inti dari masalah ini.
Sarah pun langsung menoyor keningnya Aileen. "Ai, lo lemot apa gimana sih? Ada paparazi yang rekam kejadian tadi dan dia unggah ke sosial media. Kejadian ini cepat naik karena orang yang lo usir tadi adalah anaknya pengacara kondang yang sekaligus juga influencer. Si Gaga itu brand ambassador salah satu smartphone! Makanya lo itu harus uptodate lah, biar enggak ketinggalan zaman banget. Paham? Gue aja kaget pas lo usir si Gaga," jelas Sarah sedetail-detailnya.
Aileen mengacak rambutnya kasar. Ia malas berurusan dengan media, apalagi kalau sampai kena kasus sama orang yang terkenal di sosial media. Aileen paling benci kalau harus berusan dengan dunia yang penuh kepalsuan itu, salah satu hal yang membuat Aileen tidak suka aktif di dunia maya karena dunia itu penuh dengan sandiwara.
"Ya udah enggak apa-apa, lo balik kerja aja, gue baru keluar kalau wartawannya udah pada pergi. Lo tahu kan gue enggak suka yang namanya disorot." Aileen memang seperti itu, tidak suka menjadi pusat perhatian, lebih suka bermain di belakang layar dan menjadi diri sendiri, daripada di depan dan penuh kepalsuan.
Setelah Sarah keluar dari ruangannya, Aileen mencoba browsing nama Garrix Kalandra. Dan benar saja, dia orang yang terkenal, hanya menulis nama Garrix langsung keluar banyak artikel tentang laki-laki itu.
Aileen membaca salah satu artikel tentang biodata seorang Garrix Kalandra. "Sekolah bertaraf Internasional, tapi kelakuan minus. Modal tampang doang enggak ada apa-apanya kalau akhlak enggak benar, apalagi kalau otak kosong."
Memangnya apa sih yang didapat para wartawan itu kalau berhasil mewawancarai Aileen. Dia tidak habis pikir dengan manusia-manusia yang terlalu kepo dengan urusan orang lain itu.
Belum selesai menggerutu, tiba-tiba Sarah kembali muncul dengan wajah lelah.
"Aileen, asli ini enggak bisa dibiarin, banyak pengunjung yang kelihatan risih juga. Lo harus lakuin sesuatu, yang ada orang-orang pada kabur."
Aileen memijat pelipisnya, ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak mungkin ke depan dan bersedia diwawancarai oleh mereka. Aileen tidak mau melakukan hal itu.
"Aileen, mending lo ke depan, dan lo sendiri yang usir mereka kayak lo usir Gaga tadi, kalau gue sama karyawan lain enggak bisa, yang ada kafe lo makin bermasalah kalau berurusan sama wartawan. Lo enggak mau kan kalau kafe lo kenapa-napa?" lanjut Sarah dengan menggebu-gebu.
Aileen mengembuskan napasnya. "I can't, Sar." Aileen tetap tidak bisa.
Akhirnya sebuah ide pun terlintas dalam benak Sarah. "Ah gue punya ide, gimana kalau lo minta tolong sama Gaga untuk klarifikasi semuanya. Lo coba aja hubungi dia, mungkin dia mau bantu."
Aileen mengernyitkan keningnya. Minta tolong ke bocah ingusan itu? Itu lebih gila lagi, tapi Sarah ada benarnya. Aileen yakin kalau Garrix sudah terbiasa berhadapan dengan orang-orang kepo seperti itu. Enggak ada salahnya dicoba, mungkin ini bakal berhasil, daripada wartawan itu enggak pergi-pergi.
"Tapi gue enggak punya nomornya, Sar."
"Lo bisa DM dia di i********:, namanya garrix.klndr."
"Gue enggak punya i********: pribadi, i********: kafe juga lo yang pegang kan?"
Sarah memutar bola matanya. "Dasar manusia purba." Kemudian ia pun langsung mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada Aileen. "Ini lo DM pakai i********: gue aja, tapi lo kasih tahu dulu kalau lo orang yang usir dia tadi."
"Bawel."
Akhirnya mau tidak mau, Aileen langsung membuka aplikasi i********:, dan mencari user name seperti yang disebutkan oleh Sarah tadi.
Garrix... Saya Aileen, pemilik A2's cafe tempat m***m kamu tadi. Saya mau kamu ke kafe saya sekarang juga dan mengusir para wartawan yang ada di sini. Cepat!
***