Ia membuka mata kala sebuah cahaya yang menyilaukan membangunkannya. Ia terperanjat saat perlahan kesadaran menggapainya. Ia melihat ke sekeliling dan mendapati banyak bunga dan tumbuhan hijau menyegarkan penglihatannya.
Saat ini ia tengah duduk di bawah pohon sakura yang bermekaran. Kelopaknya terbang terbawa angin yang terasa begitu sejuk saat menerpa kulit. Disekelilingnya terdapat berbagai jenis bunga dengan banyak warna. Melihat daunnya yang hijau mampu menyejukkan hati dan pikiran.
Ia bangun dari duduknya dan memperhatikan banyaknya tumbuhan yang mengelilinginya. Ia kemudian berjongkok dan memperhatikan bunga calendula yang mekar. Warna oranye yang menyejukkan mata begitu kontras dengan bunga yang lain. Kemudian ia melihat pada bunga elderflower yang tumbuh di sampingnya, ini benar-benar cantik dan tempat yang indah. Namun kekagumannya terhenti kala menyadari sesuatu. Ia memperhatikan kembali tanaman bunga yang mengelilinginya dan baru tersadar jika semua tanaman ini adalah tanaman obat.
Calendula merupakan bunga yang digunakan sebagai bahan campuran kosmetik. Selain itu juga, bisa digunakan sebagai obat kulit yang terluka atau infeksi.
Begitu juga Elderflower yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dan masih banyak lagi jenis tanaman yang ia tahu juga digunakan sebagai bahan obat-obatan.
"Kyouko."
Atensinya pada bunga-bunga itu teralihkan saat mendengar sebuah suara memanggilnya. Ia menoleh ke segala arah namun tak mendapati siapapun di sana.
"Kyouko."
Dan tepat saat ia menoleh ke belakang, seorang wanita berdiri dan tersenyum padanya. Ia terkejut hingga mundur beberapa langkah. "Si-- siapa kau?"
"Aku ... adalah ibumu," jawab wanita itu.
Kyouko memperhatikan wanita di hadapannya lamat-lamat. Wanita itu berambut hitam panjang. Sebagian rambut terikat tinggi rapi dan menyisakan sebagian rambut yang tergerai indah. Di atas kepalanya terdapat mahkota yang terbuat dari beberapa macam bunga yang dibentuk menjadi sebuah lingkaran. Wajahnya cantik, amat sangat cantik dengan kulit putih bersih tanpa gores. Bahkan lekuk tubuh dan dadanya benar-benar sempurna dikategorikan sebagai wanita cantik yang sempurna.
Slap!
Seketika tempat yang dipenuhi bunga kini berubah. Kyouko terkesiap, semua berubah dalam sekejap mata. Ia memperhatikan sekelilingnya yang berubah layaknya di dalam kuil dengan banyak patung Budha berjajar rapi dengan banyaknya.
"Sebenarnya, dimana ini? Dan siapa kau sebenarnya?" tanya Kyouko yang mulai cemas.
"Aku adalah ibumu, Hideko Oda."
Secepat cahaya, bahkan lebih cepat dari satu kedipan mata, wanita bernama Hideko itu memeluk Kyouko erat.
"Maafkan ibu," ucapnya yang kian mengeratkan pelukannya.
Rasa hangat dan nyaman tiba-tiba merasuki hati Kyouko. Tanpa dapat dikendalikan olehnya, tangannya terangkat membalas pelukan ibu kandungnya.
Melepas pelukannya dan menatap Kyouko dalam dengan air mata yang masih menggenang, perlahan tangan Hideko mengusap lembut pipi Kyouko. "Kau adalah klan Oda terakhir sekarang. Dan belum saatnya kau menyusul ibu. Takdirmu masih panjang. Tetaplah hidup sampai waktumu benar-benar tiba, jangan khawatir, akan ada yang menjagamu hingga saat dimana kau melahirkan keturunanmu, keturunan klan Oda."
"A-- apa maksud Ibu?"
"Kau harus tetap hidup untuk meneruskan keturunan klan Oda. Kau adalah klan Oda terakhir sekarang, dan kau satu-satunya yang diharapkan melanjutkan keturunan," jawab Hideko menjelaskan.
"Apa? Tapi ... nyawaku terancam dengan adanya orang yang ingin merebut jantungku agar ia abadi, bagaimana bisa aku hidup dan meneruskan keturunan klan?" tanya Kyouko menggebu. Ia kembali teringat bahwa ayah dan ibunya meninggal dan itu semua pasti ada hubungannya dengannya.
Hideko memejamkan mata sejenak kemudian menjawab, "Itu adalah takdir. Tapi … akan ada yang melindungimu dan dia juga adalah ayah dari anak-anakmu. Semua tidak akan berhenti sebelum Konnon menyadarkan orang-orang yang menginginkanmu." Mengalihkan perhatiannya dari Kyouko, Hideko menatap bulan purnama yang terlihat lewat atap kuil yang terbuka.
"Konnon?"
"Kesediaan menerima takdir," jawab Hideko dan kembali menatap Kyouko.
"Masih banyak yang tidak kumengerti Rasanya semua begitu rumit, kehidupanku berubah, dan ayah juga ibu ...." Kyouko tertunduk lesu, bayangan akan kedua orang tuanya masih berputar layaknya kaset dalam otak. Meski bukan orangtua kandungnya tapi merekalah yang mengurus dan menjaganya selama ini. Baginya, mereka adalah orang tua kandungnya sendiri.
"Nenek moyang kita adalah Nobunaga. Ia adalah kaisar di kerajaan Fudara." Hideko kembali menatap rembulan yang mulai diselimuti kabut tipis. "Saat ia berburu di hutan, ia berhasil mendapatkan seekor rubah putih dengan anak panahnya. Ia membawa rubah putih itu ke kerajaan karena merasa iba saat melihat rubah putih itu hampir mati karenanya. Ia merawat rubah putih itu hingga kembali pulih dan tidak ada yang tahu bahwa rubah putih itu adalah jelmaan seorang Dewi."
Kyouko mendengarkannya dengan seksama, seakan ibunya tengah menceritakan dongeng untuknya.
"Di suatu malam tanpa sengaja Nobunaga melihatnya berubah dalam wujud manusia dan jatuh cinta dengan kecantikannya. Hingga pada akhirnya mereka menikah. Dewi rubah putih itu bernama Putri No. Dari pernikahan itu lahirlah Nobutada dan Nobuo. Nobutada memiliki sifat seperti kakek Nobunaga, sementara Nobuo mewarisi sifat Putri No yang haus kekuasaan. Awalnya semua baik-baik saja, Putri No sangat baik, namun lambat laun ia lah yang menguasai kerajaan, bahkan Nobunaga tunduk padanya." Hideko menceritakan seperti yang ibunya ceritakan dahulu, cerita turun temurun mengenai nenek moyang klan Oda.
"Lalu apa hubungannya dengan kita?"
"Nobuo iri dengan kita yang mewarisi kekuatan Putri No, yakni bisa hidup abadi. Tapi mereka lupa, mereka juga dianugerahi kekuatan lebih dalam segi bertarung. Mereka cerdas dan kuat, sementara Nobutada hanya bisa menggunakan kekuatan alam dan keahliannya meracik obat untuk menyembuhkan diri." Hideko menatap Kyouko, menangkup wajahnya dan tersenyum lembut kemudian melanjutkan kisahnya. "Nobutada keluar dari kerajaan dan memilih pergi menghindari permusuhan dengan Nobuo meskipun dia lah yang memiliki hak menjadi kaisar di kerajaan Fudara. Ia pergi dan tinggal di sebuah desa kemudian menikah dengan wanita bernama Oda. Guna menyembunyikan identitasnya, ia mengikuti nama istrinya. Ia tidak ingin lagi berurusan dengan Nobuo atau ibunya yang berpihak pada mereka."
"Jadi maksud Ibu, orang yang mengincar kita sekarang adalah keturunan Nobuo?"
"Benar."
"Itu berarti mereka juga mewarisi kekuatan kakek moyang Nobuo?"
Hideko terdiam sejenak, ia memuji kecerdasan Kyouko yang langsung memahami situasi yang diceritakannya. "Bisa jadi, jika bukan kecerdasan atau kekuatan, maka kekuasaan," jawabnya.
"Apa aku bisa selamat?" gumam Kyouko dengan menggigit bibir bawahnya.
"Kau tenang saja, kau akan selamat sampai kau melahirkan keturunan klan Oda."
"Tapi ... bahkan mereka telah membunuh ayah dan ibu, juga kau ibu kandungku, lalu bagaimana denganku?!" teriak Kyoko. Ibunya mengatakan ia akan selamat tapi bagaimana bisa? Bahkan orang tuanya saja sudah meninggal. Tidak ada yang bisa melindunginya.
Tuk!
Dua jari Hideko mengetuk kecil dahi lebar Kyouko tepat pada tanda di tengah dahinya. "Kembalilah, maka kau akan tahu siapa yang akan melindungimu."
Seketika itu Kyouko terkesiap. Ia seperti hanya berkedip dan sekarang ia berada di tempat yang asing. Ia membuka mata lebar dan bangkit dari tidurnya. Ia memperhatikan seluruh ruangan dan tidak tahu dimana ia sekarang.
Cklek ...
Mendengar pintu terbuka ia menatap pada siapa yang kini mulai berjalan ke arahnya.
"Manjiro-san?" gumamnya. Pria tinggi dengan tubuh tegap dan sorot mata tajam. Rambut yang sama dengan model rambut pria yang menolongnya saat ia akan diculik.
Pria itu hanya menatapnya datar dan kian berjalan mendekat. Dan saat ia berdiri tepat di sisi ranjang tempat Kyouko terbaring, Kyouko menyadari sesuatu.
Pria itu bukan Manjiro yang menyelamatkannya waktu itu, jadi ... siapa?