Daripada harus berurusan dengan Erwin, emosiku justru meluap naik pada pihak perempuan yang menggoda dia. Aku mendekat kearahnya, dalam jarak yang sangat dekat aku sampai bisa mencium aroma parfum yang berada ditubuhnya. Ah… bukankah ini… “Aku tahu kau orangnya. Kau bermain dengan suamiku semalam benar ? Kau pikir aku sebodoh itu dan akan sabar dan membiarkan kau pergi begitu saja? Erwin itu milikku, jadi tahu dirilah dan menjauh dari dia,” ujarku berbisik ditelinganya. Aku tidak melakukan apapun lagi setelahnya. Air mata dipelupuk mata tiba-tiba mengering. Aku tidak mengerti mengapa aku tidak bisa menangis lagi setelah mengetahui fakta ini. Lalu kini mataku menatap gerah kearah Erwin. Berang bukan main. “Bagaimana pelayanan perempuan itu semalam? Sangat memuaskankah sampai kau ingin