BAB 30 Ancaman Dua Lelaki Tak Dikenal

1087 Words
“Arm the water ball.” Beberapa bola air mengamuk dan menerjang monster yang ada di hadapannya. “The water spear.” Sebuah tombak air pun keluar menyusul amukan bola air yang lemparkan Ken ke tubuh monster itu. Namun, sayang tombak air itu meleset. Monster itu berhasil menghindar dari serangannya. Monster itu mengaum marah melihatnya. “Sialml ... monster itu terlihat sangat marah,” batin Ken. Sebuah serangan mendadak membuat Ken hampir tertimpa tangan monster yang sangat besar itu. Untungnya ia berhasil menghindar sedikit. Ken menatap monster itu dengan wajah dinginnya. Lalu beralih menatap saudaranya yang hanya diam memperhatikannya untuk membunuh monster itu. Saat keduanya bangun pagi kedunya disambut oleh beberapa monster. Jadi mau tidak mau di pagi hari keduanya harus berurusan dengan para monster itu sekaligus menjadikan pertarungan mereka sebagai olahraga pagi. “Kenapa kau hanya diam? Bantu aku juga dong!” pekik Ken kesal melihat saudaranya yang hanya diam tak membantu. “Tapi bukankah kau bisa sendiri? Tanpa aku harus membantumu?” ujar Nao. “Lagian kau lebih hebat dibandingkan aku,” lanjutnya. “Ta_” Baru saja Ken ingin memprotes perkataan Nao sebuah serangan membuatnya tak bisa melanjutkan pembicaraan mereka. “s**l ... baiklah. Nanti setelah ini aku akan memberimu pelajaran ...” batin Ken kesal. Memikirkan hukuman yang bagus untuk saudarannya membuatnya tersenyum-senyum sendiri. Lalu kembali melanjutkan pertarungannya bersama dengan monster yang mereka termui di pagi hari. “Sepertinya aku punya firasat buruk melihat senyumannya,” batin Nao yang memperhatikan Ken dari kejauhan. Tak jauh dari tempat Nao dan Ken sedari tadi dua orang lelaki sedang memperhatikan mereka. “Mungkin inilah saatnya kita beraksi.” “Iya. Selama lelaki bernama Ken itu berurusan dengan monster kita lumpuhkan temannya yang satu. Kita jadikan dia sebagai sandra dengan begitu lelaki yang satunya pasti tidak akan berani menantang kemauan kita.” “Benar.” “Ayo kita berpencar.” Keduanya pun berpencar untuk melancarkan aksi mereka berdua secara diam-diam. *** Tak lama kemudian. Ken pun menyelesaikan pertarungannya dengan mosnter yang di menangkan olehnya. Hampir satu jam Ken bertarung. Monster yang ia hadapi semakin hari semakin kuat membuatnya semakin kesulitan. Ken pun menepuk-nepuk kedua tangannya dan mengibaskannya untuk membersihkan kotoran debu pada telapak tangannya sambil tersenyum senang. “Akhirnya. Selesai juga. Cukup melelahkan untuk mengurusi monster yang satu ini,” ujarnya begumam seorang diri. “Karena aku yang mengurus monster ini. Maka untuk makan siang dan api unggun nanti malam kau yang urus, okey?” ujar Ken. Ken pun membalikkan tubuhnya saat tak mendengar jawaban dari orang yang ia tanyai. Maka dari itu dengan malas Ken berbalik dan betapa kagetnya ia melihat apa yang terjadi di hadapnnya saat ini. Saat ini dua lelaki sedang menyandra Nao. Salah satu dari mereka meletakkan pisau es pada leher Nao. Pisau itu terlalu tajam sehingga bergerak sedikit saja maka leher Nao akan teriris. Dan lelaki yang satunya berdiri tegak dengan wajah sombong sambil melipat kedua tangan di dadanya. Sehingga mereka terlihat sangat garang dan berbahaya. Walau di mata Ken keduanya hanyalah lelaki lemah yang sedang bermain. Walau pun Ken kaget dengan apa yang menimpa Nao. Tapi, dengan semaksimal mungkin lelaki itu tidak menunjukkan kekagetannya. Ia tetap berwajah dingin dan serius. “Apa yang kalian lakukan?” “Aku lagi menyandara temanmu. Jika kau ingin temanmu ini selamat maka berikan peta yang kau punya,” ujar sang penyandra berusaha mengancam. “Kalau kau ingin membunuhnya bunuh saja aku tidak perduli dengan lelaki itu,” ujar Ken dingin seakan ia tak perduli dengan keselamatan Nao. Mendengar pekataan Ken membuatnya kesal sekaligus sedih bukan main. Jadi selama ini dirinya bukanlah siapa-siap di mata Ken. “Dia hanyalah beban yang ingin aku singkirkan dari dulu,” lanjutnya sekali lagi membuat Nao semakin terluka dengan perkataan Ken. Padahal ia telah menganggal Ken saudaranya. “Jadi aku selama ini hanyalah beban? Padahal aku kira hubungan kita sudah membaik dan kau sudah menerimaku sebagai saudara tapi ternyata aku salah. Hanya aku yang berharap seperti itu,” batin Nao sedih. “Apa kau yakin? Aku benar-benar akan membunuh loh. Kau tidak akan keberatan kan?” “Bunuh saja. Aku tidak perduli. Jika kau membunuhnya maka aku bebas untuk kembali ke desaku. Aku hanya perlu memberitahukan ibuku jika dia sudah meninggal di bunuh perampok saat berkelana.” Sekali lagi Nao terluka dengan perkataan Ken. Sebenci itukah Ken padanya? Dua lelaki perampok itu saling bertatapan. Salah satu dari mereka terlihat sangat kasihan pada lelaki yang ia sandra. “Rei, bagaimana ini? Sepertinya rencana kita gagal? aku juga tidak tega kalau harus membunuh lelaki ini? Aku kasihan padanya,” bisik lelaki yang menyadara Nao pada temannya yang berwajah dingin bernama Rei. Lelaki bernama Rei itu terlihat berpikir sejenak. Rencana mereka gagal. Jadi mau tidak mau ia harus memikirkan rencana lain untuk mendapatkan peta yang ada di tangan Ken. Melihat kedua perampok itu sibuk berbicang-bincang sambil memikirkan cara mendapatkan peta. Ken pun tersenyum senang. “Ini saatnya,” batinnya menyeringai lalu secara tiba-tiba lelaki itu menyerang kedua perampok itu dengan sihir air. Saat serangan Ken hampir mengenai ketiganya. Rei segera mengucapkan sebuah mantra sihir. “Water shield.” Terlihat sebuah perisai muncul di hadapan ketingannya. Sehingga ketiga lelaki itu aman. Ken mengepalkan kedua tangannya melihat perisai yang dibuat oleh lelaki yang tak di kenalnya itu. “Tak kusangka lelaki itu juga pengguna air,” batinnya. Di sisi lain, Nao yang menjadi sandra hanya diam melihat pertarungan mereka. Ia masih terlalu sedih memikirkan perkataan Ken tentang dirinya. Sungguh tak pernah ia sangka-sangka. Rei tersenyum menyeringai tiba-tiba. “Sepertinya lelaki itu hanya ingin mengertak. Ia tidak akan membiarkan temannya ini terluka,” batinnya. Lalu menatap temannya yang menyandra Nao. “Gin, kita pergi dari sini sambil membawa lelaki ini,” bisiknya. Lelaki bernama Gin itu pun mengangguk dan bersiap-siap kabur membawa tawanan mereka. Melihat ketiganya ingin kabur. Ken tidak ingin membiarkan hal itu. Segera Ken kembali menyerang. “Water spear.” Ken menembakkan tombak air. Sama seperti sebelumnya. Sebelum serangan Ken mengenai mereka. Sebuah perisai kembali melindungi Gin dan Rei. Terjadi ledakan sangat kuat saat perisai dan tombak air itu saling bertubrukan. Tak hanya itu, debu-debu pun menutupi sekeliling mereka. Rei dan Gin pun melancarkan aksi pelarian mereka saat itu juga. Ken terbatuk-batuk akibat debu dari ledakan itu dan saat debu-debu itu menghilang. Ken pun mengeram marah. Di hadapannya kedua perampok dan Nao menghilang. Itu artinya mereka kabur. “s**l ...” pekiknya marah menatap bayangan ketingannya yang telah menghilang. Ken menatap langit biru dan mengepalkan kedua tangannya. “Nao tunggu aku. Aku pasti akan menyelamatkanmu. Tunggu aku dan bertahanlah sebentar saja ...”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD