BAB 4. HAMIL?

1121 Words
. . Bulan mencari lowongan kerja di aplikasi loker yang bisa didownload di playstore. Tak ada yang membutuhkan tamatan SMA. Semua loker yang terbuka minimal S1. Bulan tak mau berkecil hati. Dia ingat salah satu temannya menekuni dunia literasi dan berhasil. Bahkan bisa mendapatkan uang dari sana. Bulan berinisiatif untuk menghubungi temannya itu. Dua kali panggilan langsung terhubung. "Hai princess, tumben nih inget sama aku," sahut suara di seberang sana terdengar riang. "Hai mbul, gimana kabarnya," sapa Bulan tak kalah riang. Pasalnya dia sudah lama tidak terhubung dengan para sahabatnya semasa putih abu-abu karena ayah menyita semua waktunya untuk membantu pekerjaan beliau di kantot. "Ck. Aku dah langsing kok. Masak masih dipanggil embul aja," ucap suara di seberang sana terdengar kesal. "Masak? Nggak kelihatan tuh," ucap Bulan bercanda. Seketika panggilan berubah menjadi vc. Wajah yang sudah lama tak dia jumpai tercetak jelas diponselnya. "Sudah lihat kan? Tuh masak nggak percaya? Nih sudah langsing," sahut teman Bulan sembari memutar tubuhnya. "Iya, iya Putri," sahut Bulan akhirnya. "Nah gitu kan enak, mamak aku kasih nama pakai selamatan tujuh hari yujuh malam lo," sahut putri berkelakar. "Iya, sekalian pake nyewa wayang ya," jawab Bulan menanggapi kelakar temannya. "Eh gimana? Kamu pasti ngga cuma kangen sama aku kan? Ada apa?" Tanya Putri to the point. Karena mereka sudah lama tidak berkomunikasi tiba-tiba saja sahabatnya itu menghubungi. "Gini Put. Aku mau nanya soal kerjaan kamu yang jadi penulis itu? Progressnya gimana? Cuannya masih gacor kan?" Tanya Bulan ragu. "Masih kok. Malah sekarang banyak aplikasi yang menghasilkan cuan dari menulis. Kenapa? Kamu kan sibuk di kantor ayah kamu. Mana ada waktu. Ngumpul aja kamu nggak bisa," ucap Putri mengingatkan. "Aku diusir dari rumah," ucap Bulan memulai cerita. Putri mendengarkan dengan serius apa saja yang menimpa Bulan. Dia merasa ikut sakit hati akan apa yang dilakukan oleh ayah Bulan. Apalagi Sekar dan ibu tiri Bulan. "Makanya aku sekarang butuh banget kerjaan. Apalagi kondisi ibu aku yang belum sehat," sahut Bulan sendu. "Ibu kamu sakit apa?" Tanya Putri yang memang sudah lama.putus kontak dari Bulan. "Strok." "Kamu tinggal di mana?" Tanya Putri lagi. "Aku sementara ini ngontrak," jawab Bulan apa adanya. "Share lock ya. Aku tak ke sana," sahut putri. Tak lama Bulan mengirimkan lokasi dia tinggal menggunakan share lock. Untung saat ini teknologi kian berkembang. Pasalnya, Bulan belum bertanya alamat kontrakan mereka pada mak Romlah. Sekitar tiga puluh menit Bulan mendengar suara sepeda motor di depan kontrakannnya. BULAN pikir mungkin itu Putri. Dengan wajah riang dia membuka pintu kontrakannya. Dan dia terkejut dengan prnampakan Putri yang sangat berbeda dari yang dia ingat. "Putri? Serius? Cantiknya," seru Bulan sembari menilai sosok Putri atas bawah. "Ngelihatinnya biasa saja dong," ucap Putri bersemu salah tingkah. "Maaf maaf, ayo masuk," sahut Bulan membuka lebar kontrakannya. Kedua wanita cantik itu memasuki kontrakan Bulan. Putri melihat kondisi kontrakan itu dengan miris. SEORANG Princess dari keluarga Kusuma berakhir dikontrakan satu petak. "Ibu di mana?" Tanya Putri yang tidak mendapati ibu dari sahabatnya itu. "Ada di kamar," jawab Bulan sembari membuka pintu kamar satu-satunya. "Kondisinya nggak ada perubahan Put. Masih nggak bisa gerak. Nggak bisa ngomong, lebih banyak tidur dari pada bangunnya," sahut Bulan lagi. Keduanya lantas duduk di karpet yang sempat dipinjamkan oleh mak Romlah. Bulan memberikan gelas berisi teh manis yang sengaja dia buat. "Repot-repot kamu nih, emang kapan kamu pindahan kok kayaknya fasilitasnya lengkap," ucap Putri memindai isi kontrakan Bulan. Meski kecil tapi bersih. Dan fasilitas di dalamnya juga lengkap. Ada kompor dan peralatan memasak. "Dipinjami sama yang punya kontrakan. Dia ngasih ijin memakai apa saja yang ada di gudang, ternyata komplit. Mungkin punya yang dulu ngontrak. Bahkan ada kulkasnya juga." Bulan bersyukur bertemu dengan pemilik kontrakan sebaik mereka. "Alhamdulillah. Kamu ketemu orang sebaik mereka," ucap Putri ikut senang. "Lalu gimana dengan rencanaku untuk jadi penulis. Menurut kamu ada peluang nggak?" Tanya Bulan penasaran. "Tentu saja, aku ingat banget dulu saat SMA kamu sering kirim cerita kamu ke majalah dan selalu menang. Bahkan aku banyak belajar dari kamu. Kamu coba aja. Download aplikasi ini," sahut Putri sembari menunjukkan ponselnya ke arah Bulan. Bulan pun patuh mengikuti semua arahan dari Putri. "Kalau aplikasi ini kamu tinggal ajukan kontrak kalau sudah posting lima ribu kata. Nanti akan direview oleh tim. Enaknya kita nggak ribet ngisi form. Nggak pakai BC juga. Cuma disana nggak ada bonus signed. Kamu dapat komisi kalau ada yang membaca. Tiap bulan akan ada laporan dari aplikasi " ucap Putri perlahan. Takut Bulan tak bisa mengikuti arahannya. Tak lama Bulan sudah asik denga ponselnya. "Kalau aplikasi yang ini bisa juga. Tapi nanti tiap penulis akan diarahkan oleh salah satu BC. Kalau kamu mau aku kenalin sama BC aku. Orangnya baik banget. Sabar dan selalu kasih info yang kita minta," ucap Putri kembali. "Boleh," sahut Bulan antusias. Saat ini dia tak punya alasan untuk setiap peluang yang dia dapatkan. "Kamu ingat Dian?" Tanya Putri setelah beberapa saat suasana hening karena Bulan yang fokus mengetik di ponselnya. "Ingat, kenapa?" Tanya Bulan penasaran. "Sekarang dia jadi distributor skincare, laris lo. Aku aja pakai. Nih, glowing kan? Kudengar dia lagi open reseller daerah sini. Dia kan sekarang pindah ke kota B," ucap Putri. Bulan langsung tertarik. Dia tahu kalau sekarang banyak perempuan suka menggunakan skincare untuk menunjang penampilannya. "Kamu kan cantik. Kulihat follower kamu juga banyak. Bisa tuh kamu join jadi reseller si Dian," saran Putri. "Kok kamu nggak daftar?" Tanya Bulan merasa aneh dengan Putri. "Kamu kan tau aku tuh nggak suka menampakkan diri di medsos. Medsosku cuma isinya promo cerita aja. Nggak ada foto pribadi. Aku nggak yakin bisa, kalau kamu aku yakin bisa. Kamu juga coba aja daftar affiliate di sho***," saran Putri lagi. Bulan mendengar saran putri dengan senang. "Tapi aku kurang paham kalau jadi affiliate di sana," sahut Bulan sangsi. "Kan ada banyak tuh tutorial di youtube," sahut Putri lagi. "Makasih ya." Suasana menjadi hening. Mendadak perasaan Bulan gelisah. Dia ingat saat ini dia lagi masa subur. Bagaimana kalau katena kejadian kemarin malam itu akan berdampak dirinya yang hamil. "Kenapa?" Tanya Putri yang melihat raut wajah Bulan mendadah sendu. "Hmm, aku cuma takut kalau kejadian itu menyebabkan aku hamil. Entah gimana nasib kami nantinya," ujar Bulan sendu. Dia sadar hal itu bisa saja terjadi. Dia tidak dalam kondisi sadar, tapi jejak yang ditinggalkan gigolo di tubuhnya dia sadar apa yang terjadi. Apalagi banyak jejak s****a di tubuh dan sprei di hotel tempat dia bermalam. Putri menatap Bulan dengab sendu. Dia ikut sedih akan apa yang terjadi pada sahabatnya itu. "Kalau kamu beneran hamil, apa kamu mau aborsi?" Tanya Putri membuat Bulan terpaku. Apakah dia akan melakukan kesalahan lagi dengan menggugurkan janinnya? Meski dia tak mengenal lelaki yang disodorkan Sekar padanya, tapi dia tak mungkin sanggup membunuh buah hatinya sendiri. Meski janin itu hadir tanpa dia minta. Tidak. Bulan tak akan bisa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD