Demi dewa api yang membakar seluruh isi bumi. Darah Axel melunjak naik hingga ke ubun-ubun. Mata yang menyala karena kobaran amarah, ia arahkan kepada Lutfi. Pemuda itu sudah tidak tahu lagi harus berkata apa. Selama ini melawan juga percuma. Toh, ujung-ujungnya Lutfi selalu mengulang ucapan yang sama. Tidak. Axel tidak ingin tenaganya habis terbuang hanya karena ucapan Lutfi. Cukup sudah ia merasakan gejolak jiwa yang meluap saat bertemu Aileen tadi. Kini, ia tidak mau energi nya habis hanya karena menentang ucapan yang itu-itu saja. Lelah? Sudah pasti! Axel menatap Lutfi dengan tenang. Meski wajah itu terlihat dibuat-buat atau dengan kata lain, dipaksakan. "Mohon maaf, Pa! Aku sedang tidak ingin membahas mengenai pernikahan. Pekerjaanku, karirku, dan kondisiku sekarang saja sudah me