Bab 4. Masih Teringat Mantan

1179 Words
"Ada apa ini? Astaga! Veronica apa yang kamu lakukan?" Teriakan menggelegar tak lama terdengar dan Veronica sadar jika situasi tidak menguntungkan baginya. Ingin membantah pun tak mungkin dia lakukan karena mereka semua mempercayai fitnah yang dilakukan oleh Helena. "Perempuan gila ini menyerangku tiba-tiba. Sepertinya dia kesal karena aku bertunangan dengan mantan kekasihnya," ucap Helena yang membuat Veronica hanya dapat menunduk. Kasak kusuk tak lama terdengar di sekitar kedua wanita itu, Veronica semakin tidak dapat menegakkan kepalanya karena tudingan orang-orang yang tertuju kepadanya. "Astaga! Apa Simon tidak tahu kelakuan dari pacarnya ini. Apa cantiknya dia, sampai Simon tergila-gila sama wanita ini?" "Sudah pasti dia merayu dan menggoda Simon untuk mendapatkan keinginannya." "Dia mantan pacarnya Pak Lukas? GM kita yang baru? Syukurlah mereka sudah putus. Mereka sangat tidak cocok." Veronica semakin tidak dapat menegakkan kepalanya, omongan-omongam yang keluar dari mulut para rekan kerjanya seperti rantai yang membelenggu kakinya dan membuatnya hanya terdiam. "Helena! Apa yang terjadi sama kamu?" Seseorang menerobos kerumunan dan segera memeriksa keadaan wanita itu dengan cermat. Veronica hanya terdiam melihat pemandangan itu, dan teringat betapa Lukas pernah memperlakukannya dengan hangat seperti itu. 'Jangan menangis, Veronica. Ini 'kan pilihan kamu 5 tahun yang lalu,' gumam Veronica di dalam hatinya. "Aku nggak apa-apa, Kas. Perempuan gila ini menyerangku saat aku sudah selesai merapikan riasanku," ucap Helena yang semakin membusukan nama Veronica. Veronica hanya dapat menghela napas panjang setelahnya, mungkin rencana resign adalah yang terbaik untuk saat ini. Veronica juga tidak peduli dengan ancaman Lukas sebelumnya, sekarang yang ada di dalam pikirannya adalah memikirkan kesehatan mentalnya. Lukas melepaskan pelukannya pada Helena dan berjalan menghampiri Veronica yang semakin memucat di tempatnya berdiri. Dia pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Lukas kepadanya setelah ini. "Jadi ini yang kau lakukan sekarang, Veronica? Kamu tidak hanya merusak hidupku, tapi juga berusaha menyakiti orang-orang yang dekat denganku?" tanya Lukas dengan sinis. Veronica menghela napas untuk mengurangi rasa sesak yang ada di dalam d**a akibat tatapan yang dilayangkan Lukas kepadanya. Tatapan yang seakan menghujam jantungnya. "Jangan pura-pura bodoh, Veronica! Dia bilang kau yang memukulinya. Kamu tak suka aku menjalin hubungan dengannya, Ha. Jawab aku Veronica!" Bentakan yang menggelegar seketika membuat Veronica merasa pusing, dia berdoa agar kuat dalam menghadapi kemarahan Lukas. Bahkan Veronica berharap jika tidak akan jatuh pingsan saat ini juga. "Oh, jadi sekarang kamu hanya diam, padahal ada bukti dan saksi sudah cukup jelas. Aku tidak akan membiarkanmu begitu saja setelah apa yang kamu lakukan pada Helena," ucap Lukas dengan menyunggingkan senyuman sinis. "Pak Lukas, tolong dengarkan saya. Saya tidak melakukan apa yang Ibu Helena tuduhkan. Tolong percaya pada saya," kata Veronica dengan lirih. Semua orang yang melihat tindakan Veronica langsung mencibir dan berkata jika wanita itu tidak tahu malu. Memasang wajah innocent yang sebenarnya adalah topeng untuk menutupi keburukannya. Lukas semakin mendekat dengan tatapan dingin lalu membuka suaranya. "Apakah kamu benar-benar berpikir saya masih punya alasan untuk percaya padamu? Lima tahun lalu, kamu sudah menghancurkan segalanya dengan berselingkuh dariku. Dan sekarang kau melakukan hal ini. Bagiku kamu hanyalah pembohong yang tak tahu malu." Veronica menahan napasnya, berusaha sekuat tenaga menahan air mata yang ingin tumpah. Setiap kata yang diucapkan Lukas seperti belati yang menusuk hatinya, mengingatkannya pada luka lama yang belum sepenuhnya sembuh. Dia tahu, tidak ada yang dapat dia lakukan saat ini selain berdiam diri. Semarah-marahnya Lukas, pria itu tak mungkin akan membunuhnya, 'kan. "Sudahlah. Saya tidak ingin mendengarkan penjelasan kamu, paling-paling kamu hanya menciptakan alasan baru." Lukas mengatakan itu tanpa berkedip dan disertai nada dingin, membuat Veronica semakin merasa ketakutan saat melihat tatapan mata Lukas yang tajam. Belum lagi suara riuh yang berasal dari ketiganya, Lukas sepertinya memang sengaja mempermalukannya di depan umum seperti ini. "Veronica ... syukurlah kamu di sini." Veronica menoleh dan melihat Simon yang menatapnya dengan penuh khawatir, tanpa sadar dia sedikit legs meskipun sebenarnya di dalam hatinya, Veronica tidak enak dengan kakak sepupunya karena harus terlibat rumor demi untuk mempertahankan alibi Veronica jika dia berselingkuh dengan pria itu. Simon langsung menarik Veronica ke dalam pelukannya, tangan kanan Simon mengusap lembut punggung sang sepupu. Lukas yang melihat itu merasakan gejolak emosi yang sama seperti 5 tahun yang lalu saat dia menerima foto-foto kemesraan Veronica dan Simon. "Ternyata dua orang peselingkuh bekerja pada kantor yang sama," ucap Lukas dengan sinis. Veronica terkejut dan melepaskan pelukan Simon dan menatap wajah Lukas. Dia tak ingin nama baik Simon semakin tercemar, Veronica bersiap untuk membuat pernyataan jika pria itu adalah sepupunya. Namun rupanya tindakan Veronica sudah terbaca oleh Simon, pria itu menahan Veronica untuk tidak mengatakan kebenarannya. "Kalau yang Bapak katakan adalah kebenarannya. Apa urusannya dengan Bapak? Hubungan kalian berdua sudah berakhir dan Bapak sudah memiliki tunangan." Simon balik menantang Lukas dan menatap pria itu dengan sinis. "Benar-benar tidak tahu malu," ujar Lukas sembari memapah Helena untuk meninggalkan tempat terjadinya perkara antara Veronica dan Helena. Bersamaan dengan menghilangnya bayangan Lukas dan Helena, semua orang membubarkan diri dari tempat itu. Hanya menyisakan Veronica dan Simon. "Vero apa kamu baik-baik saja?" tanya Simon dengan nada khawatir. "Aku baik-baik saja, tapi aku khawatir dengan kamu, Simon. Mereka tahunya jika aku yang berselingkuh dengan kamu. Aku takut ... setelah ini kamu akan mendapatkan gunjingan dan rumor yang lebih parah dari ini," ucap Veronica dengan sendu. "Tidak masalah, Veronica. Karena tugasku sebagai kakak adalah melindungi kamu," ucap Simon dengan senyuman tipis. Mau tak mau Veronica terpaksa mengikuti perkataan Simon, meskipun tak dapat menyingkirkan rasa cemas di dalam dirinya. "Ayo kita pulang sekarang, aku akan meminta izin pada HRD," ajak Simon sembari memapah Veronica. Sayangnya tindakan Simon membuat keduanya mendapatkan cibiran dari semua orang yang berada di dalam gedung perkantoran ini. Lukas yang melihatnya, hanya mengepalkan tangannya, dan berniat akan membuat hidup keduanya bagaikan mimpi buruk. Helena yang melihat gelagat aneh dari sang tunangan hanya dapat menggeram kesal, ternyata Lukas masih mencintai Veronica tanpa pria itu sadari. Helena tidak menyukainya dan berniat akan membuat Veronica menyadari di mana posisinya berada saat ini. Karena tidak tahan dengan kesunyian yang tercipta di antara keduanya, akhirnya Helena membuka pembicaraan. "Sayang. Kepala aku sakit, aku mau pulang sekarang. Bisa kamu mengantarkan aku pulang?" pinta Helena dengan merengek. Lukas tersadar dari lamunannya lalu menatap Helena dengan lembut, secepat itu dia dapat mengubah raut wajahnya. Rasa sakit yang Lukas alami karena pengkhianatan Veronica sedikit banyak mengubah pribadi Lukas yang hangat menjadi dingin. "Aku juga sebenarnya mau anterin kamu pulang, Sayang. Hanya saja ini hari pertama aku jadi GM, kinerja aku masih dipantau para pemegang saham. Mereka pasti akan terus mencari-cari kesalahan aku ...." "Sudah cukup aku nggak mau dengar alasan kamu lagi. Oke, aku akan naik taxi online aja." Helena yang sudah jenuh dengan alasan yang Lukas lontarkan selama 2 tahun terakhir, langsung memotong ucapan pria itu. "Apa nggak sebaiknya kamu menunggu aku pulang?" Usul Lukas. "Nggak deh, sekarang masih jam 10:00 pagi. Artinya masih ada sisa waktu 7 jam lagi untuk pulang. Aku mending pulang sendiri, Sayang," celetuk Helena seraya memanyunkan bibirnya. "Jangan cemberut gini, ntar luntur cantiknya. Kamu lebih pantas tersenyum, Veronica," ucap Lukas yang tanpa sadar menyebut nama Veronica. "Lukas! Kenapa kamu menyebut nama perempuan murahan itu di depan aku?" tanya Helena dengan raut wajah murka yang direspon bingung oleh Lukas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD