Prolog
Prolog
Bruukk ...!
Larinya terhenti ketika menabrak seseorang. Seketika buku-buku itu terjatuh di lantai. Ardina berjongkok dan berusaha mengambil buku-buku itu. Sesaat ia terpana saat melihat laki-laki di hadapannya. Laki-laki yang baru ditemuinya pagi ini, terlihat ganteng dan menawan.
"Ini Pak, maaf saya tidak sengaja."
Lelaki di hadapannya hanya mengangguk. Ia sempat heran menatap Ardina, karena masih berkeliaran di luar kelas sambil membawa tas.
Tak menyangka, pertemuan pertamanya dengan Andra, guru baru di sekolahnya, justru membuat gadis tomboi itu jatuh cinta.
***
"Seperti biasa, hukumanmu membersihkan kaca dan lantai di ruang guru, tambah lagi sama ruang perpustakaan juga."
"Hah?"
"Gak usah banyak protes, kerjain saja!"
Bel pulang sekolah berbunyi, para murid berkemas, memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Setelah mengucapkan salam perpisahan, mereka pun berhamburan keluar kelas. Berbeda dengan Ardina, ia berjalan menuju ruang BK, rasanya ingin kabur saja, tapi nanti hukumannya malah ditambah sama Pak Jhoni.
Di depan ruang BK sudah disiapkan ember, kain pel, sapu, lap kain serta pembersih kaca.
"Yang bersih ya Dina," ujar Pak Jhoni.
"Hmmm, iya pak. Serahkan pada Dindin!" serunya.
Ardina sempat melihat ke dalam kantor guru, masih ada beberapa orang yang belum pulang, lebih tepatnya empat orang, salah satu diantaranya adalah Pak Andra. Laki-laki itu masih tampak sibuk dengan laptopnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ardina yang sedang membersihkan kaca di luar ruangan.
Sesekali Ardina masih melirik, mencuri pandang ke arah Pak Andra.
"Kenapa kamu melihat saya seperti itu?" tegur Andra yang membuat dirinya tergagap.
Ardina nyengir. "Bapak itu seperti magnet tau!"
Pak gurunya itu mengernyitkan kening."Kenapa?"
"Karena bapak selalu menarik perhatianku, hahaha ..."
Andra bangkit dan menghampirinya. Dan berdiri tepat di hadapan gadis itu, membuat jantung Ardina berdegup tak menentu, seperti gendang bertalu.
"Kamu belum selesai?" tanyanya.
Ardina menggeleng pelan sambil terus tersenyum. "Kalau kayak gini jadi gak mau cepat selesai, soalnya ada bapak di hadapan saya."
Gadis itu terkekeh, hati rasanya senang tiada terkira.
Tiba-tiba Pak Andra menyodorkan sepotong donat bertoping keju yang terbungkus plastik bening dan air mineral untuk Ardina.
"Nih buat kamu, nanti dimakan biar perutmu gak kosong," ujar Andra.
Ardina mengerlingkan matanya, ia terenyuh melihat sikap Pak Andra yang perhatian.
"Waw, terima kasih banyak. Bapak perhatian sekali sama saya," sahut gadis itu, matanya tampak berbinar.
"Eh Pak, bapak tahu gak kenapa donat itu bolong?"
"Kenapa?"
"Karena yang utuh itu cuma cinta saya pada bapak."
Eeeaaa ... Eeeaaa ... So sweet