11 :: Pertanyaan ::

1038 Words
Selama jam pelajaran sekolah wajah Ajeng terlihat sangat serius, tentu saja dia serius karena bagi Ajeng dia perlu lulus setiap ujian mata pelajaran nanti dengan nilai baik.Rambutnya yang dia kuncir dengan tinggi rasanya masih saja mengganggu konsentrasinya, niatnya Ajeng ingin memotong saja rambut panjangnya ini sehabis pulang sekolah. Namun, Ajeng kembali teringat jika rambut adalah mahkota bagi setiap wanita, jika rambutnya ia potong maka wajahnya akan terlihat lebih bulat. Bagaimana bisa Pak Radit jatuh hati padanya, Ajeng alhasil benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan benar karena memikirkan masalah lain selain pelajaran yang ada di depannya saat ini. Wita dan Andini juga begitu, minggu depan les tambahan akan di adakan hal itu juga menambah pusing kepala Ajeng. Bagaimana dia bisa menambah tabungan untuk biaya kuliah jika dia tidak bekerja. Alhasil pemikiran itu membuat wajah Ajeng sangat kusut. Andini dari tempatnya jelas melihat kegelisahan Ajeng sementara Wita  yang berada di sebelahnya tidak menyadari karena dia juga tengah memikirkan perihal keluarganya. Begitu bel waktu istirahat berbunyi Ajeng mengatakan kepada Wita kalau dia  ingin ke toilet dan mereka berjanji akan bertemu di taman belakang sekolah. Sebelum ke toilet sekolah Ajeng berjalan menuju ruang guru dan meletakkan satu kotak bekal makanan untuk Pak Raditnya tercinta. Ada beberapa guru yang melihat itu namun Ajeng berpura-pura tidak melihat mereka. Begitu Ajeng keluar dari sana guru-guru itu berbisik hingga terlihatlah wajah Radit. "Pak Radit sepertinya punya fans berat, hampir setiap hari Ajeng memberikan bekal makanan ke meja bapak." Salah satu guru wanita disana berkomentar. "Oh Ajeng ! Iya saya memang memesan makanan yang dia jual, rasanya enak. Ibu-ibu mau coba ?" kata Radit dan guru-guru disana terlihat sangat penasaran dan satu dari mereka menghampiri Radit ingin mencoba masakan Ajeng. "Wah benar Pak Radit ini enak, pintar sekali Ajeng memasak nasi goreng. Saya mau juga deh pesan sama Ajeng, tolong bilang sama Ajeng ya pak saya pesan dua porsi untuk besok." Radit tersenyum dan mengangguk. Dengan begini mungkin dia bisa membantu Ajeng pikirnya. Ajeng adalah murid yang hebat, memiliki semangat tinggi meski keadaan sekitar selalu mencoba menjatuhkannya. Hal itu yang membuat Ajeng spesial dimata Radit, hal itu juga mengingatkan dia kepada ibunya yang tidak pernah menyerah dengan keadaan serta selalu memberikan senyuman kepada siapa saja. Ajeng dan kegigihan serta semangatnya membuat Radit ingin melindungi gadis itu. Dulu ibunya berusaha seorang diri, dan tidak ada yang mengulurkan tangan. Dia tidak akan membiarkan wanita yang memiliki semangat yang sama seperti ibunya merasakan hal itu, tertindas oleh keadaan hingga akhirnya harus pergi dari Dunia ini. *** Ajeng yang menghampiri teman-temannya di taman belakang sekolah terkejut karena ada Ibra  yang juga duduk disana bersama mereka. "Kok lo di sini ?" tanya Ajeng kemudian meminta Ibra bergeser dari posisi duduknya di rumput. "Lo seneng banget ganggu gue ya? Ini rumput luas banget kenapa harus gue pindah." Gerutu Ibra dan Ajeng tertawa. Tidak lama mereka bercerita banyak hal tentang sekolah itu juga tentang Ibra yang tiba-tiba ikut berkumpul bersama mereka. Ternyata Ibra merasa tidak nyaman berkumpul bersama teman-temannya yang sudah tahu latar belakang keluarganya. Ibra tidak suka di perlakukan berlebihan dan mengobrol bersama Wita Ajeng dan Andini dia merasa memiliki teman yang bisa diajak berbagi. "Berarti lo berondong dong gabung sama kita !" kata Wita dan mereka semua tertawa.  "Tapi gak apa-apa sih kalau berondong nya ganteng kaya lo mah kita mau aja," serunya lagi dan mereka semua tertawa kembali. "Gak takut di katain banci lo gabung sama kita-kita ?" Andini kemudian bertanya dan Ibra hanya menaikkan bahunya acuh. Ibra tidak pernah memperdulikan apa yang orang lain omongkan tentangnya, lagi pula melihat Ajeng selalu bisa membuat moodnya baik. Hanya kelakuannya saja yang menyebalkan kepada Ajeng, Ibra ingin tertawa ketika mengingat dia sudah melemparkan berkali-kali bola ke kepala Ajeng. Ajeng lalu teringat perihal Andini dan Pak Radit, dia pun lalu bertanya perihal nama mereka tersebut. "Andin lo sama pak Radit ada hubungan apa ?" tanya Ajeng tiba-tiba yang membuat Andini terkejut dan Wita yang mengangguk setuju dengan pertanyaan Ajeng itu, Ibra yang ada di sana melihat wajah Andini sepertinya terganggu akan pertanyaan tersebut. "Gak ada hubungan apa-apa !" "Tapi nama belakang kalian sama loh," ujar Ajeng lagi membuat Andini masam dan dia merasa sangat kesal kemudian pergi dari sana. Ibra yang disana mulai bingung harus memberitahu Ajeng dan Wita atau tidak tentang Andini dan Radit, karena dia tahu hubungan dua orang itu. "Kenapa dia pergi ! gue kan cuma nanya." Ajeng menjadi semakin penasaran dibuatnya. Wita dan Ibra hanya bisa saling tatap satu sama lain tidak juga tahu harus menjawab apa. "Kenapa gak lo tanya aja sama Pak Radit !" Ibra memberikan ide yang langsung membuat Wita setuju. "Bener banget kan nanti malam lo mau pergi sama dia, nah lo tanya aja Jeng." Tidak menjawab ocehan kedua orang itu Ajeng hanya berdecak dan pergi dari sana. *** Malam yang membuat jantung Ajeng berdegup kencang pun tiba, meski memakai pakaian yang biasa Ajeng kali ini terpaksa merogoh koceknya untuk membeli parfum yang di jual di mini market tempat dia bekerja. Wajahnya tersenyum ketika dia selesai menyemprotkan pewangi itu. Baru kali ini dia membeli parfum dan ini semua karena Pak Radit-nya. Radit kemudian datang dan mereka menutup mini market bersama, Ajeng semakin jatuh hati saja ketika malam ini dia melihat Radit dengan setelan kemeja santai dan jeans serta sepatu sport yang terlihat mahal di kenakan pria itu. "Kita malam ini naik motor saja, tidak masalah kan ?" tanya Radit dan Ajeng mengangguk sambil menerima helm dari Radit. Motor sport berwarna biru itu membelah jalanan yang belum pernah Ajeng lewati. Ajeng sepertinya mengerti kenapa Radit membawa motor, jalanan yang mereka lewati terbilang sempit. Menaiki motor sport mustahil tubuh Ajeng tidak menempel kepada Radit meski dia hanya berani memegang ujung kemeja Radit tapi bagi Ajeng ini sangat luar biasa dan adalah pengalaman pertamanya. Ajeng sangat bahagia, dalam hati dia bertanya mungkinkah Radit juga menyukai dirinya ? Ajeng tersenyum memikirkan kemungkinan itu. Tiba mereka di tempat tujuan, sebuah taman yang di kelilingi bangunan yang sepertinya tidak layak untuk di tempati. Ajeng mengamati sekitarnya dan dia merasa prihatin dengan keadaan anak-anak yang tinggal di sana. Tiba-tiba dia melihat seorang wanita memanggil nama Radit, wanita itu terlihat cantik dia memberikan senyuman kepada Radit membuat Ajeng bertanya-tanya di dalam hati siapa wanita cantik yang kini ada di hadapannya. Bersambung.... Semoga kalian terhibur..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD