Pengkhianatan Amanda

1034 Words
"Oh, ternyata seperti itu kelakuanmu di belakangku ya, Mand." gumamnya seraya mengepalkan tangannya. Tak lupa tatapan sinis ia layangkan pada Amanda yang tengah duduk di depan ruang gawat darurat. Emosi telah membakar habis jiwa pemuda pemilik nama Yogi ini. Kebiasaannya yang selalu berpikiran positif tentang Amanda, kini runtuh sudah. Setelah ia melihat dengan mata kepala sendiri Amanda tengah berduaan dengan lelaki selain dirinya. Lobus frontal Yogi kini sibuk menganalisa sikap Amanda sejak kepulangannya dari kafe. Memunculkan asumsi yang belum tentu benar. Dan sialnya, ia mengaminkan apa yang ada dalam pikirannya. Meyakini memang Amanda telah mencurangi tulus cintanya. "Heh! Lihat apaan sih kamu, Yog? Dari tadi dipanggil gak ngrespon!" protes Felya yang menarik paksa tangan Yogi. Meminta lelaki yang menjadi obsesinya untuk memenuhi pintanya. "Gak apa-apa. Kamu mau ke mana sih? Dari tadi cuma jalan-jalan gak jelas." kini giliran Yogi yang tidak menyukai tingkah laku wanita yang tempo hari menjebaknya. Dengan penuh percaya diri, perempuan yang kadang beralih profesi menjadi kupu-kupu malam itu mengatakan jika ingin memamerkan pawang hatinya. Mengatakan jika ia kini tidak lagi sendiri di depan kumpulan pria berhidung belang yang ia lewati. Membuat Yogi yang mendengar bualan Felya serasa muak. "Mana mungkin aku mau menjadi pasanganmu, Fel? Kamu aja tanpa sungkan sengaja memamerkan aset yang seharusnya dijaga," monolog Yogi seraya melayangkan pandangan jijik ke arah Felya. "Jangan sok jijik begitu atuh, bang Yogi. Ntar ketagihan baru tahu rasa loh. Yah, kata si om-om itu punyaku memang terasa berbeda," celetuk Felya yang seakan paham arti tatapan Yogi. Sementara Yogi yang keasyikan diajak jalan Felya, di tempat yang berbeda Amanda khusyuk memikirkan keberadaan Yogi. Ia begitu heran dengan sikap kekasihnya yang di luar kebiasaan. Dugaan negatif datang tanpa permisi dalam benak Amanda kala ia mendapati tak satupun panggilan suara ataupun percakapan basa-basi dari Yogi. Perempuan berhijab itu merasa ada yang aneh dengan kekasih hatinya. Sebenarnya apa yang terjadi pada Yogi? Apakah saking sibuknya lantas tidak sempat berkirim pesan. Entah itu sekedar bertanya soal yang sepele, seperti sudah sampai apa belum. Kali ini, lagi-lagi Amanda bertengkar dengan perasaannya sendiri. Setahu dia, Yogi bukanlah tipe cowok yang tidak segan memberi waktunya pada orang terkasih. Sepadat apapun aktivitasnya, pastilah ia menyempatkan diri untuk menghubungi. "Kamu lagi ngapain sih mas? Kamu ada di mana? Kenapa kamu gak tanyain posisiku?" gumam Amanda, yang tanpa ia sadari ternyata didengar oleh Affandi. Tidak tahan dengan segala pertanyaan tentang kekasih, menuntun Amanda untuk menghubungi Yogi terlebih dahulu. Mengenyahkan egonya yang ingin diberi kabar dahulu. Dara berparas ayu itu membiarkan jemari tangannya menari-nari di atas papan keyboard. Menyusun ribuan huruf menjadi rangkaian kata nan bermakna yang dituangkan dalam sebuah pesan tertulis. "Sayang lagi apa? Maaf ya, baru kasih kabar sekarang karena ada sesuatu yang urgent. Nanti kalau kita ketemu akan ku ceritain semua deh." tulis Amanda dengan nyawa yang nyaris tercecer satu demi satu. Satu menit dua menit bahkan sepuluh menit pesan singkatnya belum kunjung terbalas. Membuat Amanda kembali berpikir jika ada sesuatu yang tak beres dengan kekasih. "Ini orang biasanya fast respon, tapi sekarang kok gini sih," kesal Manda dalam hati seraya tanpa lelah memandangi gawainya. Siapa tahu di akhir hitungannya, Sang Kekasih membalas pesan rindunya. Zonk. Nyatanya hingga Amanda terkantuk, lampu gawainya tidak kunjung berkedip. Ponsel yang sengaja ia atur tetap membunyikan dering notifikasi pesan masuk pun ternyata anteng-anteng saja. "Sudah malam loh. Kamu gak tidur? Biar tante Afida aku jaga." tawar Affandi yang melihat sepasang netra Amanda seperti tak sanggup terjaga lebih lama. Dan juga guratan kelelahan pada paras ayu Amanda. "Tapi?" sahut Manda ragu-ragu. Memang, ia berupaya keras menahan kantuknya demi Sang Mama. Akan tetapi, ada hal yang lebih ia khawatirkan. Tentu saja, it's about Yogi. "Gak apa-apa. Kamu 'kan juga butuh istirahat. Nanti aku bantu menjelaskan pada kekasihmu soal malam ini," tukas Affandi seraya tersenyum manis. Sementara Amanda terlelap, Affandi berjalan menuju ke pos perawat jaga. Pria berkemeja flanel itu meminta perawat di rumah sakitnya untuk memberikan perawatan terbaik untukAfida. Memang, saat ini Afida belum resmi menjadi mertuanya. Namun, jika ia mengingat perlakuan Manda yang begitu baik dengan ibunya, menuntun lelaki itu juga bersikap sama dengan Amanda. Lain halnya dengan Amanda, di sebuah bangunan yang identik dengan bau alkohol, Yogi tengah berupaya menjaga kewarasannya. Setelah ia tidak mampu menahan ajakan Felya untuk menenggak minuman beralkohol. "Ayo dong, diminum minumannya, Beb. Udah rasanya enak. Dan bikin masalah lenyap entah ke mana," racau Felya seraya menarik paksa hasta pria pemilik nama Prayogi ini. "Ayolah, Beb. Tunggu apalagi? Apa yang kamu tunggu? Pengkhianatan Manda sudah terjadi. Sekarang giliranmu untuk membalasnya," ucap Felya yang tak ubahnya seperti setan yang membujuk manusia berbuat keburukan. No. Yogi menggelengkan kepalanya. Ia tidak setuju dengan penuturan Felya. Sekalipun bayang pengkhianatan Amanda terpampang nyata. Pria itu memilih melangkahkan kakinya ke luar diskotik. Berupaya membebaskan diri dari rongrongan iblis berwujud manusia seperti Felya. Yang semakin getol menggoda Yogi agar masuk ke dalam perangkapnya. "Aku tak semudah itu kamu bodohi, Felya." gumam Yogi. "Ih… Yogi memang menyebalkan. Udah aku goda-goda tetap aja lurus begitu. Nafsunya sebenarnya main gak sih? Dasar!" gerutu Felya seraya menghentak-hentakkan kaki jenjangnya. Ia amat kesal dengan sikap Yogi yang memilih meninggalkannya. Tanpa memperdulikan teriakan Felya yang menahannya untuk tak pergi, Yogi melanjutkan langkah kakinya yang semakin memperpendek jaraknya dengan kuda besi kesayangannya. Apa yang Yogi lakukan sekarang bukanlah semata-mata karena rasa cintanya pada Amanda. Akan tetapi justru ingin membalas dendam atas pengkhianatan Amanda terhadapnya. Yah, Yogi meyakini jika pengkhianatan tidak selamanya harus terbalas dengan pengkhianatan juga. Jadi, tampaknya lebih baik Yogi tidak membalas kecurangan Amanda yang melukai hatinya. Memang benar seandainya Yogi mengiyakan ajakan Felya, tentu bayang menyakitkan itu akan hilang sejenak. Bahkan tidak menutup kemungkinan, pria itu mendapatkan apa yang tak bisa didapatkan dari Amanda. "Kalau aku bergumul dengan Felya, maka aku sama saja dengannya. Sama rendahnya dengan Amanda. Dan aku gak mau sampai hal itu terjadi." monolog Yogi seraya menekan tombol start engine. Lalu gegas meninggalkan tempat yang sering disebut surga dunia itu. Dering notifikasi pesan masuk tiba-tiba mendistraksi konsentrasi Yogi yang tengah mengendarai city car nya. Pria itu menyempatkan diri melirik pop up pesan yang ditampilkan dalam layar standby gawainya. "Oh Manda. Ternyata dia masih ingat aja dia sama aku. Silakan berkirim pesan sebanyak mungkin, semau kamu. Toh aku tidak akan membuka spam pesan singkatmu." monolog Yogi seraya membalik gawai kesayangannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD