EPISODE|\ Menyetujui Kesepakatan, Menolak Perjodohan

2288 Words
EPISODE 5 ________________________________________________________________________________             Noah tidak paham lagi dengan keluarga Rovando. Ini sudah cukup larut untuk sebuah acara makan malam sialan, untuk sebuah pembicaraan yang sebenarnya masih bisa dibahas besok pagi atau lain waktu.             Setengah teler Noah dikawal oleh dua orang yang tadi bersama ayahnya. Noah sempat kesal karena keluarga Zelia ternyata belum tiba. Ayahnya terlalu bersemangat menyambut keluarga sombong itu. Sampai-sampai memburu Noah untuk segera pulang.             “Hanya karena kekayaan,” gerutu Noah di sela langkahnya. Untung tidak ada yang mendengar kalimat itu.             Hampir setiap pertemuan, orang tua Zelia selalu membahas harta yang mereka punya. Memang jumlahnya lebih banyak dari milik keluarga Ellards. Tetapi sifatnya itu jauh di bawah keluarga Ellards. Mereka tidak sadar, yang mereka punya saat ini bukan sepenuhnya miliknya. Alam semesta ikut membantu, ‘kan?             “Kumohon, izinkan aku tidur beberapa menit agar pengarku ini sedikit hilang,” ucap Noah meminta dengan sopan. Sudah tidak mau membuat keributan lagi. “Aku berjanji akan bangun tepat waktu atau kau bisa menyuruh pelayan untuk membangunkanku nanti, seperti biasanya.”             “Apa kau sudah tidak waras, Noah? Keluarga Rovando sebentar lagi tiba dan kau meminta waktu untuk tidur? 2 hari lalu kau gunakan untuk apa waktumu itu? Bermabuk-mabukan tidak jelas? Jangan salahkan Ayah! Salahkan dirimu yang bodoh mengatur waktu, menyianyiakan waktu untuk hal yang tidak jelas!”             Noah hanya bisa mengepalkan telapak tangannya erat. Berusaha tersenyum dan baik-baik saja. Sungguh, Noah tidak mau terjadi pertengkaran lagi di rumah ini.             “Jangan membuatku marah hanya karena hal sepele seperti itu, Noah. Kau sudah dewasa, harusnya kau bisa mengatur hidupmu sendiri. Tetapi sayangnya, langkahmu itu selalu saja salah dan membuat Ayah harus memperbaikinya. Itu mengapa, Ayah bahkan sulit untuk menaruh kepercayaan padamu. Selalu melarangmu melakukan ini dan itu.” Suara Ellards terdengar lebih lembut dari sebelumnya. Dia juga merasa tidak ingin membuat keributan lagi.                  “Terima kasih,” sahut Noah tidak benar-benar serius mengatakan itu. Harusnya, Ellards sedikit memberinya kepercayaan. Karena jika Ellards hanya punya rasa takut, maka sampai kapanpun Noah tidak akan pernah mampu membuat keputusan sendiri. Berjalan di atas sepatunya sendiri.             “Kurang lebih 10 menit lagi keluarga Rovando akan tiba. 10 menit itu bisa kau gunakan untuk membersihkan tubuhmu. Kau akan memalukan kami jika berpenampilan seperti ini.” Ellards menutup hidungnya dengan satu jari, gerakannya cepat. Wajahnya mengernyit, seolah mencium bau yang menyengat dari orang di depannya.                     Apa yang Ellards lakukan baru saja menyinggung perasaan Noah secara tidak langsung. Noah memperhatikan pakaiannya dari atas hingga bawah. Benar, dia terlihat sedikit berantakan. Dua hari tidak menyentuh air dan berganti pakaian menjadi alasan yang sempurna untuk penampilannya ini.                    “Terima kasih untuk sindirannya. Tetapi aku tidak sebau itu sampai kau menutup hidungmu,”        sahut Noah kesal dengan apa yang Ellards katakan.             Sayangnya, Ellards tidak berniat meminta maaf atau merasa bersalah sedikitpun. “Kau yang menghina dirimu sendiri.” Bahunya terangkat acuh tidak acuh.             Menanggapi ayahnya tidak akan ada habisnya. Baru saja Noah akan menaiki anak tangga untuk mengakhiri perdebatan dengan Ellards. Dari arah belakang, terdengar Aselin memanggilnya. Di anak tangga paling bawah akhirnya Noah berhenti. Pria itu sempat menghela napas pelan. Perdebatan dengan ayahnya barus saja selesai, dan Noah harusnya menyiapkan mental serta kesabaran ekstra jika ibunya ikut memarahinya.             “Dari mana saja kau, huh?!” Aselin memukul pundak Noah dengan brutal. Tampak jelas ekspresi kesal dan marah serta khawatir di wajah perempuan itu. “Kau pikir, Ibu tidak mencemaskanmu, huh?! Kau pikir, Ibu tidak khawatir kau tidak pulang 2 hari ini?! Kau pergi begitu saja tanpa memberitahu kami. Bahkan aku sampai memarahi Ayahmu. Ibu tahu, kau pergi dari rumah karena tidak menyukai perjodohan itu, tetapi seharusnya kau mengatakannya pada kami, Noah!”             Omelan Aselin justru membuat Noah terkejut. Awalnya dia mengira Aselin akan marah karena Noah kabur dan mengecewakannya. Rupanya, Aselin peduli padanya. Ibunya tahu bahwa Noah tidak menyetujui perjodohan itu. Sunggguh, Noah merasa senang sekali. Setelah 25 tahun akhirnya ada satu orang di rumah ini yang peka terhadap apa yang dia mau. Tanpa sadar senyumnya mengembang.             “Aselin,” tegur Ellards yang masih berdiri di sana. “Tidak perlu membahas apa yang kita berdua bahas semalam. Dia sudah pulang. Itu artinya Noah setuju dengan perjodohan itu.”             Noah dan Aselin saling tatap. Senyum Noah langsung luntur.             “Bergegaslah Noah. Jika keluarga Rovando datang dan kau belum berganti pakaian. Ayah akan menghukum-mu.”             “Apakah aku terlihat seperti anak 6 tahun?”             “Kau?!!” geram Ellards menunjuk Noah yang sudah berani menyahuti perkatannya.             Mulut aselin baru terbuka sedikit, bermaksud menyahuti. Ellards selalu bisa menahan argumen orang-orang.             “Menghadapi anak ini membuat Hipertensiku naik. Aselin, ayo kita harus siap-siap menyambut Rovando.” Ellards menarik Asein menjauh dari tempat itu. Lagi-lagi, pria dengan setelan jas berantakan itu menatap mereka dengan sendu.             Meskipun begitu, sekarang Noah mengerti.  Bisa jadi, selama ini aturan yang didapatkannya itu bukan sepenuhnya dari kedua orang tuanya. Melainkan sepenuhnya hanya dari Ellards. Baru saja Noah melihat bagaimana ibunya mencoba membelanya. Penuh khawatir dari sorot matanya dan nada suara yang melembut. Noah merasa senang, sangat senang. Setidaknya, di rumah ini dia punya seseorang yang berada di pihaknya.             Sekilas Noah melirik jam tangan. Sebentar lagi keluarga Rovando tiba. Jika tidak cepat-cepat, ayahnya bisa marah lagi.  Noah tidak takut, melainkan malas mendengar ocehan yang hampir sama setiap harinya.             Di langkah ke 5 Noah berhenti. Merasa aneh, akhirnya dia pun menoleh ke belakang. Lalu berbalik, ternyata dua pengawal yang sejak tadi bersamanya masih mengikutinya. Bahkan sepertinya mereka akan mengikutinya sampai ke dalam kamar. Mengawalnya persis seperti tawanan.             Untuk memberi sebuah kode agar mereka menjauh. Noah menatap tajam mereka berdua. “Ma—maaf  Tuan. Kami hanya menjalankan perintah Tuan Ellards.” Salah satu pengawal menjawab dengan wajah pucat. Ketakutan.             “Pergi.” Noah mengusir dengan nada suara datar. “Aku tidak perlu pengawalan kalian. Aku bukan anak kecil, kalian harus ingat itu!” imbuhnya, masih dengan suara yang sama.             “Tuan … kami berjanji tidak akan menganggu waktu Anda. Kami hanya akan berjaga di lorong kamar saja.” Salah satu pengawal yang lainnya membujuk, memelas.             Noah menghela napas. Bukan salah mereka jika ngotot ingin melakukan tugasnya. Mereka pun hanya di suruh. Jika tidak melakukannya, hukuman dari Ellards pasti berat. Noah tidak mengatakan apapun, berlalu dan membiarkan dua pengawal mengikutinya.             Tetapi Noah menggerutu yang mana masih didengar oleh dua orang itu. “Mengapa tidak sekalian, kalian masuk ke toilet ketika aku sedang buang air besar.”             Dua orang itu mengusap tengkuk, canggung dan paham bahwa mereka sedang disindir.             Malam itu, Noah bergegas mandi. Lagi pula, untuk apa berlama-lama di kamar mandi hanya untuk terlihat bersih dan wangi di hadapan Rovando beserta keluarganya. Noah juga ingin menilai Zelia dan keluarganya yang sebenarnya itu tidak perlu.             Bukankah sudah jelas, mengapa Rovando bersemangat menjodohkan putrinya dengan Noah? Ya jelas, tentu karena  Noah hampir punya semuanya. Ketampanan? Sepertinya itu tidak perlu diragukan lagi. Barang-barang mewah? Semua bahkan bisa terlihat oleh mata dan tidak bisa terhitung jumlahnya. Lalu, pandai berbisnis? Kalaupun tidak pandai, Noah tidak akan sesukses sekarang ini.             Noah menuju lemari. Entah pakaian mana yang harus dikenakannya malam ini. kaos hitam dan celana pendek? Ya, boleh saja kalau Noah ingin Ellards marah lagi. Kebingungan. Pintu lemari itu ditutup olehnya tanpa membawa satu helai pakaian. Bersandar di lemari. Tiba-tiba Noah mengingat Kylie yang sebenarnya tidak perlu lagi ada perempuan itu di benaknya.             Sayangnya, Noah terlalu sulit melupakan masalalu dan kesulitan menentukan masa depannya.             Terbesit hal-hal yang baru Noah sadari. Yaitu meskipun Kylie memang melakukan pekerjaan yang bisa dikatakan sangat tidak Noah sukai. Perempuan itu sama sekali tidak pernah  mengemis padanya. Bahkan Noah sendiri yang punya ide untuk memberikan uang bulanan padanya.             Tiba-tiba Noah juga berpikir, bagaimana jika pria tadi adalah pria pertama yang menyewa jasa Kylie. Mungkin saja perempuan itu sedang membutuhkan uang dan tidak mau merepotkan Noah.             Jika itu benar. Sungguh, Noah merasa sangat bersalah. Dia seharusnya mendengarkan penjelasan Kylie dan tidak pergi begitu saja.             Noah menjambak rambutnya kasar. Dia pusing dan tidak tahu harus melakukan apa. Ditambah pengar masih menyerangnya.             Tidak tahu sudah berapa lama Noah berdiri dan asyik dengan pikirannya sendiri. Tok! Tok! Tok!             “Masuk!” kata Noah tanpa bertanya siapa orang di luar sana, juga tidak peduli dengan penampilannya sekarang. Handuk putih melilit pinggang  di atas lutut. Membiarkan perut sixpacknya terlihat.             “Kau!” Noah terkejut bukan main. “Siapa yang mengizinkanmu masuk?” Dia bukan cemas karena masih memakai handuk. Melainkan tidak suka dengan kehadiran perempuan itu.             Zelia mengernyit, lalu terkekeh. “Kau lupa? Baru saja kau mempersilakanku masuk.” Perempuan itu semakin mendekatinya dengan langkah lenggak-lenggok di balik gaun merah yang dikenakannya. “Akhirnya kita berjumpa lagi, Noah. Pasti kau berpikir dua hari lalu adalah hari terakhir kita bertemu? Dan kau juga pasti berpikir semua rencanamu berhasil? Sayang sekali, ciuman di pipi itu belum cukup untuk membungkam mulutku,” terang Zelia dengan nada suara penuh kemenangan.             Sialan! Bisa-bisanya dia meledek Noah seperti itu.             Noah bersungut tidak suka. Mencoba mengabaikan perempuan itu, lalu membuka lemari. Segera mencari pakaian agar makan malam segera selesai dan Noah bisa tidur cepat. Jika pun dia bisa tidur malam ini.             “Noah, bagaimana jika kita membuat kesepakatan, saja?”             “Untuk apa? Aku tidak mau sering berinteraksi denganmu.” Noah masih sibuk mencari pakaian. “Aku sangat yakin, perjodohan itu tidak akan terjadi dan kau tidak akan menang.”             Wajah Zelia berubah masam. Namun, dia tidak kenal lelah. Kini berada di sebelah Noah dan memperhatikannya dengan senyum merekah. “Aku yakin, kau akan menyukai kesepakatan ini. Beri aku kesempatan untuk menjelaskannya.”             Noah sudah berhasil mendapatkan baju pilihannya. Menoleh ke Zelia dengan wajah kesal. “Pendengaranmu rusak? Aku bilang aku tidak tertarik. Itu artinya, aku tidak mau.” Pria itu bergeser beberapa langkah menuju ke lemari di mana celananya tersimpan. Zelia mengikutinya.             “Noah, aku bersedia melakukan apapun untukmu, asalkan kau mau menerima perjodohan kita. Bahkan ….”             “Bahkan apa?” kalimat menggantung itu membuat Noah penasaran. Belum lagi ekspresi Zelia itu terlihat menggoda.             “Bahkan jika kau menginginkan kepuasan.”             Noah terkekeh sebagai bentuk meremehkan. Dia berlalu sembari membawa satu set pakaian dan duduk di bibir ranjang. Buru-buru Zelia mengikutinya lagi. Berdiri tepat di hadapan pria itu. Pria yang kini memakai pakaiannya satu persatu.             “Aku serius. Aku rela memberikannya untukmu,” jelas Zelia dengan wajah yang menyakinkan.             “Memangnya, kau belum merusak milikmu dengan pria lain?” selidik Noah, berhenti memasang celana hitam yang satu bagian sudah masuk ke satu kaki.             “Be—belum.”             Noah berdecih. “Kau saja ragu dengan perkataanmu sendiri. Bagaimana denganku?” Satu sudut bibir Noah terangkat. Lanjut memakai celananya.             “Aku pernah … tapi kami hanya---”             “Sssst! Cukup. Penjelasan pertamamu itu sudah kuanggap kebenarannya.” Pria itu berdiri. Memakai kemeja putih.             “Noah aku serius!” Zelia menghentakan kakinya.             Satu persatu Noah memasang kancing kemejanya. Sambil berpikir. Sepertinya, tidak rugi mengerjai Zelia dan memanfaatkan perempuan ini. Toh, dia juga yang menawarkannya, ‘kan? Bukan Noah yang meminta.             “Baiklah, kesepakatan seperti apa yang kau tawarkan padaku? Sebaiknya katakan dengan jelas karena aku tidak akan mau mendengarnya dua kali.”             Mata Zelia berbinar. Perempuan itu mengangguk. Noah kembali duduk di bibir ranjang. Zelia berdiri di hadapannya.             “Jika kau bersedia menerima perjodohan itu dan menikah denganku atau … atau setidaknya menjalin hubungan denganku. Kau boleh meminta apapun padaku. Apapun itu Noah, bahkan seperti yang kukatakan tadi. Kepuasan? Kau bisa meminta padaku. Tetapi dengan satu syarat, kau harus bersedia menjalin hubungan denganku.”             “Maksudmu, hubungan pura-pura?”             Zelia menggeleng. “Tidak. Aku ingin yang serius. Aku tidak pura-pura mencintaimu, aku sungguh mencintaimu. Tetapi … kau bisa mencobanya dulu denganku. Jika kau tidak merasa nyaman, kau bisa meninggalkanku dan membatalkan perjodohan ini. Aku tidak akan memaksa Ayahku untuk melakukannya. Tetapi jika kau sudah merasa nyaman kau tidak boleh menyembunyikan perasaanmu padaku.”             Noah memperhatikan Zelia. Menyakinkan dirinya sendiri, apakah perempuan di depannya ini sedang berbohong, atau sedang menjebaknya atau kemungkinan yang lainnya.             “Bagaimana? Kau setuju?”             “Kau sedang tidak menjebak-ku, ‘kan?” Selidiknya.             “Hahaha, untuk apa aku menjebakmu? Setelah apa yang kau katakan dua hari kemarin itu, aku tersadar. Bahkan jika kau hidup dengan orang yang tidak kau cintai itu akan percuma. Tetapi, bukan berarti aku menyerah begitu saja. Aku masih berusaha untuk membuatmu mencintaiku. Inilah salah satu caraku, kita dekat dan harus menjalin hubungan dulu agar kau bisa memahamiku.”             Percaya atau tidak. Noah tidak tertarik dengan penjelasan itu. Sebenarnya, dia sudah menyakinkan dirinya bahwa sampai kapanpun itu Noah tidak akan bisa menyukai Zelia. Tidak akan pernah. Dia hanya suka tawaran yang Zelia berikan. Apa tadi katanya? Memberikan apapun yang Noah mau? Wow! Bukankah itu menggiurkan? Dan Noah, juga punya rencana yang epik.             Pria itu berdiri. Memasukan satu tangannya ke kantong celana. “Baiklah aku setuju. Dengan syarat kau akan menuruti semua kemauanku, ‘kan?”             Zelia gembira. Wajahnya cerah. Senyumnya merekah. Mengangguk antusias.             “Kalau begitu, bisa aku meminta sesuatu padamu, sekarang?” Noah menyunggingkan senyumnya. Dua hari ini, dia tidak pergi ke kelab malam. Tidak menyewa wanita dan tidak menuntaskan hasratnya.             “Iya, apa?”             “Puaskan aku sekarang!”             Kedua mata Zelia membulat.             “Kenapa? Kau tidak mau? Baiklah, kesepaka---”             “Tidak-tidak. Bukan begitu Noah. Kita sudah ditunggu orang tua kita ….”             “Lalu?”             Perempuan itu menggigit ujung kukunya. Bimbang apa yang harus dia lakukan. Dia sudah mendapatkan emas. Dan tidak mau membuang emas itu dengan sia-sia. “Ba—baiklah. Tetapi hanya sebentar saja karena----”             Di ranjang Noah berbaring. Perlahan membuka resleting celana hitamnya. “Aku tidak sepenuhnya ingin melakukannya denganmu. Aku hanya ingin kau melakukannya dengan tanganmu.”             Dengan cepat Zelia mengangguk dan ikut naik ke atas ranjang, duduk di hadapan Noah dan mulai melakukan aksinya. Sementara Noah, merasa menang dan … juga ingat akan Kylie. Mungkin, Noah harus mencoba sesuatu yang lain, agar perlahan dia bisa melupakan perempuan itu.  ______________________________________________________________________________________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD