Part 6

635 Words
"Alia..........." "Demi Tuhan Bang Dwika, aku nggak rela sepeserpun rezekimu yang seharusnya menjadi hakku dan anakku kamu berikan pada wanita lain. Dunia akhirat aku nggak ridho." Kemarahanku meledak, seumur hidupku bersama Bang Dwika inilah kali pertama aku kehilangan kendali, rasanya sangat sesak mendapati hati yang susah payah aku sembuhkan kini dengan mudahnya mengizinkan masalalu yang telah menghancurkannya datang kembali seolah tidak terjadi apapun. Sehebat apa sih masalalu itu sampai-sampai suamiku nggak bisa beranjak? Apa kelebihannya dibandingkan aku sampai Bang Dwika begitu mencintainya hingga tidak bisa menolaknya? Apa kelebihannya, apa nilai plusnya? Apa karena wanita bernama Nana itu seumur hidupnya bersama dengan Bang Dwika? Apa karena dia berhijab lebar? Atau malah karena dia seorang parasit? Semua hal tersebut berkembang di otakku membuatku berprasangka semakin buruk kepada suamiku yang kini meninju angin melampiaskan kekesalannya. Rumah tanggaku sebelumnya damai dan tenang, tidak ada badai di dalamnya bahkan banyak Ibu Persit yang iri kepadaku karena rumah tanggaku dengan Bang Dwika begitu adem, memang Bang Dwika bukan suami yang romantis, dia bukan pria yang inisiatif tapi sekali pun aku tidak menyangka jika pria tenang ini menyimpan bara dari masalalunya. Bersaing dengan masalalu adalah momok terbesar dalam hubungan, benar yang dikatakan oleh adik iparku, Diana, satu waktu nanti aku harus menyiapkan hatiku karena mencintai seorang pria yang belum selesai dengan masalalunya bukanlah hal yang mudah, aku kira aku sudah memenangkan pertarungan, tapi ternyata aku kecolongan. Aku mengusap wajahku pelan, menenangkan emosiku yang bergejolak, aku menunggu penjelasan dari Bang Dwika tapi pria tersebut juga hanya bisa menunduk tidak bisa berkata-kata. Sungguh aku benci diamnya Bang Dwika ini, diamnya seolah penegasan atas hubungannya dengan sahabat yang dicintainya tersebut. "Apa yang kamu lakukan ini sama saja berselingkuh, Bang. Tega sekali kamu ini, aku nggak akan nanya apa salahku dan apa kurangku karena aku sudah menjadi istri yang baik untuk kamu, aku juga jadi Ibu yang baik untuk Andika! Kamu minta aku resign dari kerjaan biar bisa ngurus anak dan rumah aku turuti. Soal keuangan, kamu yang urus semuanya dan jatah aku buat belanja aku nggak pernah komplain. Kamu mau pergi sama temanmu, touringlah, clublah, karaokelah, apalah, aku nggak pernah recokin kamu, tapi lihat apa yang kamu lakukan! Satu juta buat berobat, ada gila-gilanya si Nana minta uang segitu sama laki orang, lebih gila lagi kalau kamu beneran ngasih! Zholim kamu! Jahat!" "Aaaaarrrrrgggghhhhhhh!!! Bisa nggak sih kamu diem dulu nggak nyecer aku kayak gini?" Kembali dia membentakku, suaranya berat yang meninggi bergema di rumah mungil yang sudah kami tempati selama 8 tahun ini, sejak aku menikah dengan Bang Dwika kami memang tidak pernah pindah, Bang Dwika awet berdinas di tempat asalnya ini, dan kini rumah nyaman dan tenang yang menjadi tempat terbaik untukku berlindung kini ternoda karena amarah hanya karena wanita berkedok sahabat tersebut. Air mataku merebak bersiap untuk tumpah, membuatku harus menghela nafas panjang agar tidak menangis di hadapan pria sialan yang berstatus suamiku ini. "Anaknya Nana sakit, Alia." Ulangnya lagi dan itu membuatku semakin muak. "Iya, kamu udah bilang tadi. Lantas kalau sakit apa urusannya sama kamu? Kemana Bapaknya, suruh si Ganang yang orang kaya tajir melintir itu buat biayain berobat anaknya, satu juta buat pengusaha garmen kayak Ganang cuma kayak upil laler, kenapa harus minta ke kamu! Kebanyakan duit kamu, Bang." Aku tidak ingin menyela namun kekesalanku tidak mengizinkanku untuk diam. Bang Dwika pun semakin kelabakan dengan cecaranku kepadanya yang sama sekali tidak menyurut, menohok tepat membuatku tidak bisa berkutik. "Aku hanya sekedar bantuin, Alia. Walau bagaimana pun Nana itu sahabatku, aku nggak bisa nutup mata lihat dia kesulitan, suaminya main serong dengan wanita lain, anaknya sakit butuh pengobatan. Aku nggak bisa buat nggak peduli, Al." Aku berdecak sinis, percayalah, ingin sekali aku meremas wajah tampan menyebalkan tersebut, "kamu nolongin wanita yang di tinggal suaminya main serong dengan cara yang sama seperti yang suami wanita itu lakukan. Ckckckckck, selingkuh aja kebanyakan nama!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD