"Tidak buruk untuk seorang gadis kampung." Sean bergumam pelan.
"Kurang ajar!" Mia mengangkat telapak tangan ingin menampar Sean.
Sean menggenggam telapak tangan Mia.
"Ingat. Berbuat lebih dari itu bukan kurang ajar. Karena aku suami kamu. Sekarang kamu mandi. Pakai ini!" Sean menyerahkan goodie bag yang tadi ia jatuhkan di lantai.
"Mandi yang bersih. Keluar dari kamar mandi jangan menggunakan apa-apa. Karena aku harus mengerti tubuhmu dulu sebelum aku pakai." Sean berbicara dengan nada arogan.
"Pakai!? Memangnya aku barang!" Mata Mia melotot, merasa sakit hati mendengar ucapan Sean yang bernada merendahkan.
"Ingat. Perjanjiannya kamu aku kontrak untuk memberi aku anak. Jadi aku bebas ingin memakai kamu kapan saja. Tapi aku tidak ingin bercinta dengan orang sembarangan, kamu harus bersih dari segalanya. Cepat mandi!" Sean mengabaikan protes Mia.
"Huh! Ganteng, kaya, tapi menyebalkan!" Mia menghentakkan satu kaki ke lantai, saking kesal pada Sean.
Mia mengambil goodie bag dari tangan Sean. Lalu masuk ke dalam kamar mandi. Hati Mia kesal sekali, ciuman pertama di luar ekspektasi. Tidak ada mesra-mesranya. Tidak ada nikmatnya. Terasa begitu saja. Tanpa kesan di hatinya selain rasa kesal.
Mia mandi dengan perlahan. Sengaja memperlambat waktu. Apalagi Sean minta ia mandi dengan bersih. Tentu perlu waktu yang lebih lama.
Mia selesai mandi. Ia mengenakan handuk saat keluar kamar mandi. Tidak ingin menuruti permintaan Sean yang meminta ia tidak boleh mengenakan apa-apa. Mia merasa tidak punya muka untuk telanjang di hadapan pria asing.
"Ke sini!" Sean meminta Mia untuk mendekat. Mia melangkah mendekati Sean yang duduk di tepi ranjang. Hatinya berdebar, merasa cemas Sean akan meledak, karena ia tidak memenuhi permintaan Sean.
Setelah Mia dekat. Sean langsung berdiri dan meraih handuk yang dipegang kencang oleh Mia di bagian d**a. Handuk terlepas begitu saja. Menampilkan tubuh Mia tanpa terbungkus apa-apa. Mia melongo dengan wajah merah padam. Mia menutupi gunung kembar dengan satu lengan, dan gunung tunggal dengan telapak tangan satunya lagi.
"Tidak perlu ditutupi!" Sean meraih kedua tangan Mia. Menyingkirkan kedua tangan itu dari gunung Mia.
"Anda kenapa m***m sekali." Mata Mia melotot ke arah Sean. Mia sungguh malu dan kesal.
"Kamu kenapa kecil sekali. Seperti kurcaci!" Sean menatap tubuh Mia dari atas ke bawah. Lalu berhenti di d**a dan di bawah perut.
"Sembarangan! Saya manusia!" Mia semakin kesal pada Sean. Disebut kurcaci karena tubuhnya kecil. Mia kembali menutupi gunungnya. Tak sanggup menerima tatapan mata Sean.
"Kurcaci juga manusia!" Sean menyahut nyaring.
"Iya, Tapi ... Eh!"
Mia terkejut karena Sean menarik tangan yang menutupi gunung kembarnya. Kedua tangannya dipegang Sean dibalik tubuhnya.
"Cukup bagus." Mata Sean semakin lekat menatap tubuh Maia. Tubuh dengan kulit sawo matang. Di kaki dan lengannya tidak mulus, banyak bekas goresan. Tapi tubuhnya mulus.
"Eh! m***m!" Mia berusaha melepas tangan dari pegangan Sean. Tapi tidak bisa. Telapak tangan Sean seperti belenggu yang mengunci kedua tangannya.
"Ini asli tidak disuntik?" Sean menatap gunung kembar Mia. Gunung kembar yang bulat dan kencang.
"Kurang ajar. Tentu saja asli." Mata Mia melotot. Kesal sekali dianggap dadanya hasil suntik.
"Jangan salahkan aku bertanya, karena badan kamu kecil, tapi d**a dan p****t kamu besar."
"Eh!"
Sean menarik Mia ke dekat ranjang. Sean duduk di tepi ranjang.
"Tuan!"
Mia menjerit karena ujung salah satu gunung kembar miliknya masuk ke mulut Sean. Kedua kaki Mia gemetar. Serba pertama baginya.
"Tuan. Saya sesak nafas." Mia mengeluh pelan. Dadanya terasa sesak. Ini yang pertama bagi Mia. Tubuhnya tidak pernah disentuh oleh pria. Mis tidak pernah memiliki hubungan dekat dengan pria manapun. Meski memiliki teman pria, tapi tidak dekat hanya berteman sekadarnya saja.
Sean melepas pegangannya di tangan Mia. Lalu diangkat Mia ke atas pangkuannya. Mata Mia melotot. Tidak menyangka Sean mendudukkan di atas pangkuan.
"Tuan!"
Sean meletakkan telapak tangan di punggung Mia. Mulutnya kembali bekerja menyentuh gunung kembar Muw. Mia merasa risih dan malu sekali, karena duduk melanggar di atas pangkuan Sean. Apalagi tanpa ada sehelai benang di tubuhnya. Mia tidak menyangka kalau Sean akan berbuat seperti ini. Sean pria dingin saat di kantor. Ia pikir mereka hanya akan bercinta saja, tanpa ada pemanasan seperti ini sebelumnya. Ini seperti awal bercinta bagi orang yang memiliki rasa cinta. Mia sulit menjabarkan apa yang ia rasa. Apalagi tubuhnya mulai merespon sentuhan Sean.
"Tuan!"
Mia terkejut ketika tiba-tiba Sean membaringkannya di atas tempat tidur. Kemudian Sean mencium bibirnya, seraya melepas pakaian.
Mia tidak bisa berpikir lagi. Ia sudah pasrah pada apa yang dilakukan oleh Sean kepadanya. Sean seperti sedang memakan dirinya, karena bibir Sean melata kemana-mana. Memberikan kecupan dimana saja.
"Tuan!" Mia terus merintih.
Kedua telapak tangan Mia meremas seprai. Sentuhan Sean sungguh memabukkan dirinya. Sean sangat lihai dalam membangkitkan gairahnya. Membakar nafsu dalam tubuhnya. Membuat Mia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa pasrah dan merintih. Mia tak berdusta kalau ia sangat menikmati, meski ada rasa sakit dalam diri.
Puas bereksperimen dengan bagian bawah tubuh Mia. Sean tiba-tiba mencium bibirnya. Mia tak bisa berteriak saat sesuatu terasa membelah dirinya menjadi dua. Sakit yang Mia rasa. Mia yakin darah perawan menetes di bawah sana. Sean terlalu ganas dalam mengambil mahkotanya.
"Mia!"
"Sakit, Tuan." Mia tidak dapat menahan untuk tidak mengeluh. Air mata meleleh di kedua sudut matanya. Mia tidak tahu apakah itu air mata bahagia, atau air mata sedih. Karena ada dua rasa itu di dalam dadanya.
"Tahan sebentar lagi." Sean meminta Mia bertahan. Karena bercinta mereka belum selesai.
Mia hanya bisa diam. Sedikit nikmat ia rasakan. Sentuhan Sean membuat Mia mulai bergerak mengimbangi.
"Mia."
Mia tanpa sadar mengecup leher Sean, karena sudah terbakar nafsunya. Mereka bercinta seperti orang yang sudah saling kenal lama. Mia hanya bermain dengan imajinasinya. Mia tidak ingin bersedih dan menyesali diri. Karena semua sudah terlanjur tidak bisa mundur lagi. Mia memilih menikmati yang diberikan Sean saat ini. Dalam rasa sakit ada nikmat terasa.
Mereka sampai di puncak. Tubuh besar Sean menimpa tubuh mungil Mia. Hanya sebentar, sebelum Sean berbaring di sebelah Mia. Mia tak mampu membuka mata dan tak mampu bergerak lagi. Malam pertama yang meluluh lantakkan tubuhnya. Harus melayani Sean yang tubuhnya besar dan gagah perkasa.
*
Mia turun dari atas ranjang. Ia ingin buang air kecil. Mia ingin membuka pintu kamar mandi. Tapi pintu kamar mandi terbuka sendiri. Mia sangat terkejut melihat Sean keluar dari kamar mandi.
"Mau apa?" Tanya Sean dengan tatapan tajam seperti siap menerkam.
"Buang air," sahut Mia cepat.
Sean menjauh dari ambang pintu kamar mandi. Mia masuk dan menutup tanpa mengunci pintu. Mia meringis saat buang air. Merasa perih di miliknya. Cukup lama Mia di kamar mandi. Mia merasa ingin mandi, karena tubuhnya terasa lengket. Mia berdiri di bawah shower.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Sean muncul di sana.
"Kamu mandi?" Tanya Sean dengan suara nyaring. Sean menatap Mia.
"Badanku terasa lengket." Bibir Mia gemetar, karena tidak mengatur suhu airnya. Mia lupa kalau suhu air bisa diatur.
Sean berjalan ke arah Mia, lalu mengatur suhu air agar hangat. Sean ikut berdiri di bawah shower.
"Tuan mau ap ... hmmp!"
Sean membungkam mulut Mia dengan ciumannya. Kali ini mereka bercinta di bawah shower. Mia tidak bisa protes, karena ini kewajibannya. Memenuhi keinginan Sean demi cepat memiliki anak. Mia gemetar karena merasa dingin. Mia tidak tahu apakah Sean akan peduli melihat keadaannya. Ini semua karena bercinta di bawah shower.
Setelah selesai. Sean menyeka tubuh Mia dengan handuk. Lalu membopong Mia ke luar kamar mandi. Mia didudukkan di tepi ranjang.
"Capek. Dingin." Mia tidak dapat menahan untuk tidak mengeluh. Sean menutup tubuh Mai dengan selimut.
"Aku keringkan rambut kamu dulu."
Sean membuka lemari di bawah meja rias. Sean mengambil hair dryer dari sana. Lalu memasang kabel untuk menyalakan hair dryer.
"Keringkan dulu rambut kamu sebelum berbaring."
Sean yang berusaha mengeringkan rambut Mia. Mia tidak bicara apa-apa. Tubuh Mia gemetar. Mia merasa kedinginan.
Sean menyentuh kening Mia.
"Panas sekali." Sean terkejut mengetahui suhu tubuh Mia tinggi
"Dingin." Tubuh Mia menggigil, suhu tubuhnya tinggi.
Sean segera membaringkan Mia. Sean tidak menyangka Mia akan sakit di malam pertama. Sean merasa itu karena mereka bercinta di bawah shower.
Mata Mia terpejam. Mulutnya mengeluh kedinginan, tapi suhu tubuhnya tinggi.
*