3 : Asrama

1146 Words
Setelah sampai di akademi mereka langsung dikumpulkan di aula, guna mendapatkan sambutan dan arahan langsung dari Praticio selaku pemimpin dari klan Machitis, semua peserta berbaris rapi agar dapat menambah kesan pertama mereka pada para petinggi yang telah siap menyambut mereka di atas podium, sebab itu jugalah banyak peserta yang ingin berdiri di barisan depan. Namun Bricana dan Alesandra malah mendapatkan barisan paling belakang, tapi itu tak menjadi masalah untuk mereka berdua. Itu malah menjadi kesempatan Alesandra untuk berleha-leha. "Walau tadi aku bilang bersemangat tapi aku berharap pelatihannya tidak dimulai hari ini." Alesandra berbisik pelan di telinga Bricana sembari melirik kesan-kemari melihat kemegahan dari aula akademi. Rupanya Alesandra masih belum siap hati untuk memulai pelatihan bak neraka yang banyak dibicarakan orang-orang. "Aku juga berpikir demikian," jawab Bricana. Bricana tak masalah jika pelatihan akan di adakan pada saat ini juga, tapi ia masih kepikiran tentang firasat buruk yang menghantuinya setelah bertemu dengan Adriana tadi, ia malah jadi khawatir sendiri dengan adiknya Austin. Suara tepuk tangan mulai terdengar, pertanda bahwa sambutan dari Patricio akan di mulai, Bricana melupakan sejenak unek-uneknya dan kembali fokus. Benar saja dari arah kiri, ada seorang pria berpakaian rapi sedang menuju atas podium, ya dia adalah Patricio. "Perkenalkan aku adalah Patricio, pemimpin klan Machitis pada saat ini, aku juga yang nantinya akan menilai kelayakan kalian untuk diterima atau tidaknya di Machitis, tentunya hanya orang yang kuat saja yang dapat bergabung di klan ini." Dengan penuh wibawa dia membawakan pidato panjangannya. Semua orang merasa kagum dengan pembawaan dari Patricio tapi tidak dengan Bricana, ia justru malah bosan dan tidak jarang juga ia menguap karena mengantuk. Alesandra yang melihat tingkah teman barunya itu mencolek lengan Bricana. "Hei Bricana! Aku tahu kau bosan mendengar ocehannya, tapi seditaknya jangan perlihatkan itu dengan jelas." Rupanya Alesandra juga sama bosannya dengan Bricana. "Mau bagaimana lagi aku mengantuk mendengarkannya, aku berharap ini cepat selesai. Lebih baik aku menghadapi pelatihan bak neraka sekarang dari pada harus mendengarkan pidato itu." Entah apa yang di pikirkan Bricana sampai berani mengucapkan itu. Alesandra hanya menghela napas dan diam sebab dirinya juga berpikir dikian. Sekitar satu jam telah berlalu, akhirnya Patricio mengakhiri pidatonya dan turun dari podium guna melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda akibat sembutan yang harus ia berikan. Kepergiannya diiringi dengan suara tepuk tangan yang meriah dari semua orang yang hadir di sana. Bricana yang berpikir acara itu akan segera selesai malah menjadi kecewa, sebab podium itu di ambil alih orang seorang pria berumur tiga puluh tahunan yang juga akan memberikan sambutan. "Aku tahu sebagian dari kalian sudah jenuh, tapi aku berdiri di sini ingin menyampaikan beberapa hal penting, namun sebelum itu perkenalkan namaku Theodore Blaston Maximiliano. Orang yang akan melatih kalian sekaligus pengajar." Di akademi Machitis peserta yang belum resmi diterima oleh klan akan dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok akan ada setidaknya satu pembimbing yang kan mengajari mereka. Entah kenapa selama Theodore menjelaskan perihal peraturan yang ada di akademi, Bricana memperhatikannya dengan sangat teliti, dia yang awalnya bosan dan mengantuk sekarang menjadi fokus. Sebab ia merasakan ada sesuatu yang mirip antara dirinya dan Pria yang berdiri di podium itu. Tak terasa matahari telah terbenam, setelah sambutan dari Theodore dan para pembimbing lainya acara sambutan akhirnya selesai dan para peserta diperbolehkan istirahat di asrama yang telah disiapkan, guna mempersiapkan diri untuk mendapatkan pelatihan esoh pagi hari. Satu kamar asrama dapat dihuni oleh dua orang dan setiap peserta dapat memilih rekan yang akan berbagi kamar dengannya. Sudah pasti Bricana akan memilih Alesandra untuk menjadi rekan kamarnya, mereka mendapatkan kamar di lantai ke tiga dan paling ujung. Walau ruangan ini disebut kamar asrama, tapi kamar ini lebih mirip seperti barak militer sebab hanya terdapat satu tempat tidur dan meja saja. Saking kotornya sampai terdapat banyak debu dan sarang laba-laba dimana-mana. "Jika bukan karena paksaan orang tuaku, aku tidak sudi masuk klan ini." Eluh Alesandra. "Kecilkan suaramu! Jika ada yang mendengarnya kau akan langsung dikeluarkan dari sini." Bricana. Memang benar bahwa Alesandra masuk ke akademi Machitis karena paksaan ayahnya, ia memiliki bakat dalam bertarung tapi ia lebih suka hidup bebas seperti klan Eleftheros. Namun ayahnya menentang dan mengancam mengeluarkan dirinya dari daftar keluarga. "Ayo kita bersihkan debu-debu ini dulu dulu sebelum meletakkan barang bawaan kita Brice!" Ajak Alesandra. "Brice?" Bricana merasa tidak nyaman dengan panggilan itu. Pasalnya hanya orang-orang yang ia anggap dekat saja yang diperbolehkan memanggilny dengan sebutan itu. "Ya? Bukankah orang tua dan adikmu memanggilmu dengan panggilan itu? Aku juga ingin segera akrab denganmu." Alesandra yang memiliki sifat ceria dan mudah bergaul berasa hal itu normal-normal saja. Sebenarnya Bricana masih sulit untuk mempercayai seseorang sebab ia takut rahasianya akan terbongkar. Apakah Alesandra memang orang yang baik atau ia memiliki tujuan tersembunyi, itulah yang ada di isi kepala Bricana. "Terserah kau saja, toh itu hanya berupa nama panggilan saja." Bricana tidak mau memusingkannya lagi, toh jika memang Alesandra memiliki niatan buruk nantinya akan terbongkar juga. "Baiklah, kau juga bisa memanggilku Aleis." Mereka membersihkan kamar mereka bersama-sama, mungkin karena mendapatkan kamar paling pojok dan di lantai tiga menyebabkan kamar itu amat kotor sampai sulit untuk dibersihkan. Butuh waktu sekiranya dua jam untuk membersihkan semua kotoran di kamar mereka. "Huh, akhirnya ruangan ini lebih layak huni." Alesandra yang masih memegang sapu dengan baju penuh debu merasa bangga telah berhasil membersihkan kamarnya. "Lebih baik kau segera mandi dan ganti pakaianmu karena sebentar lagi makan malam akan dihidangkan." "Oh, iya juga kita tidak boleh terlambat." Aturan di akademi Machitis mengharuskan para peserta pelatihan mereka untuk memakan makanan bersama di ruangan makan dan jika ada yang terlambat maka orang tersebut tidak akan mendapatkan jatah makanan pada waktu itu juga. Memang terdengar kejam, namun berkat itulah klan Machitis dapat menghasilkan petarung-petarung yang hebat dan disiplin. Tak butuh waktu lama untuk Bricana dan Alesandra berganti pakaian, mereka langsung bergegas menuju ruang makan yang telah diberitahukan waktu pengarahan tadi siang. Mereka cepat-cepat agar tidak terlambat, sebab mereka berdua tidak ingin kelaparan pada malam ini. Sesampainya mereka di sana, ternyata sudah ada banyak peserta yang menduduki kursi-kursi, mungkin karena hanya mereka saja yang datang terakhir, membuat semua mata tertuju pada Bricana dan Alesandra. Alesandra langsung duduk di kursi yang kosong dan di ikuti Bricana, Bricana agak tak nyaman dengan tatapan dari peserta lainnya, namun Alesandra malah cuek dengan mereka. "Ngomong-ngomong kenapa mereka hanya duduk dan tidak mengambil makanan, di mana makanannya? Aku sudah sangat lapar, apakah aku harus menahannya lagi setelah membersihkan kamar yang lebih mirip seperti kandang ayam itu?" Dengan pedenya Alesandra mengatakan itu. Sontak saja orang sekitar yang mendengarnya lasnung menatap tajam ke arahnya. "Apakah kau lupa? Tadi siang sudah dijelaskan bahwa makannya akan di antarkan sendiri oleh petugas dan kita hanya perlu menunggu." Bricana berusaha menjelaskan agar temannya mengerti. "Padahal tadi kau sama-sama mengantuk sepertiku, ternyata kau memperhatikan, kau lebih cerdas dari yang kukira." Alesandra malah memuji Bricana, matanya berbinar-binar sorang kagum dengannya. Beberapaenit setelahnya makanan yang telah lama dinantikan akhirnya datang juga, Alesandra sangat lahap menyantap semua makanan yang ada di depannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD