03. Candy [Revised]

1151 Words
Selama beberapa hari berikutnya, Candy berusaha keras terus mendekati Anthony di dalam area kampus. Dia sengaja menyunggingkan senyuman menggoda setiap kali bertatap muka dengan pria itu. Bahkan sampai membuatnya tidak nyaman karena kepanasan. Saat dosen itu sedang mengajar di kelasnya pun, dia memilih kursi paling depan hanya untuk menggoda. Dia sengaja menyilangkan kakinya guna memperlihatkan sisi dalam rok, kemudian menunduk demi belahan dadanya lebih kelihatan. Sebagian mahasiswa yang lain sedikit peka pada gerak-gerik dosen mereka yang tidak wajar karena ada Candy. "Candy Sayang, tumben duduk di depan?" goda seorang mahasiswa yang duduk di belakangnya. Darren. Laki-laki ini cukup berani mencolek leher gadis itu yang terselimuti geraian rambut. "Aku jadi tidak bisa melihatmu.“ "Darren, tolonglah,, jangan nakal ya." Candy menoleh karena risih disentuh-sentuh. Dari semua laki-laki, dia paling benci jika menarik perhatian seorang Darren, laki-laki playboy yang sudah mencoba setiap mahasiswi di kampus mereka. Mana mungkin dia mau tidur dengan tipikal laki-laki yang mirip mantannya ini. Darren malah mengedipkan mata padanya. "Kemarin kau ke pusat perbelanjaan sendiri, ya? Harusnya kau mengajakku, aku bisa membelikan mu apapun, kau tidak akan kecewa jika jalan denganku, Sayang.." "Tidak usah, terima kasih.” "Kau sudah punya kekasih, ya?“ ”Belum.“ ”Sama, dong, bagaimana kalau kita kencan? "Tidak mau.“ ”Kita sama-sama belum berpasangan 'kan? Lebih baik kencan saja denganku, Sayang. Dijamin memuaskan.“ ”Tidak.“ ”aku serius, kau tidak akan kecewa. Aku ini jago di ranjang juga, Sayang. Kita juga akan jalan-jalan kemanapun yang kau inginkan, tapi lebih menyenangkan kalau berdua pergi ke surga dunia 'kan?“ "aku tidak mau, kau ini keras kepala sekali? Sampai kapan kau akan terus mengatakan itu hah?” “Sampai kau mau.” “Dan aku tidak mau. Titik.” "Pasti gara-gara Paman yang di apartemen itu, ya?" "Dia bukan paman." "Uh, dibela, pasti kekasih.“ "aku sudah bilang, aku tidak punya kekasih, dan dia bukan kekasihku.” "Oh, lalu?“ ”Bukan urusanmu.“ ”Kumpul kebo berarti?“ "Terserah aku, dong." ”Sama aku saja, Candy, aku lebih baik darinya. Coba lihat baik-baik, Aku ini yang terkeren disini, masa iya kau menolakku?“ "Berisik. "Nanti ke kafetaria ya, aku traktir.” Candy langsung mengangkat tangannya sambil menatap dosennya. Dia pun mengadukan ucapan Darren yang mengganggunya. "Mr. Anthony, Darren menggoda saya terus.“ Darren malah tertawa lirih. "Kau yang menggodaku, masa aku tidak boleh menggoda balik.” "Enak saja kau.“ Candy melirik laki-laki itu lagi. "Darren." Anthony rada bingung harus bagaimana, dia paling sadar kalau setiap orang juga pasti menggodanya. Namun agar menjaga image-nya sebagai dosen killer, dia memberikan Darren tatapan tajam dan bentakan kecil, "Jangan ramai sendiri!" "Maaf," Darren mengangguk dengan sopan. "Ini Candy juga ramai, Sir." "Sudah." Anthony kembali menjelaskan penataannya, tapi salah fokus ke senyuman menggoda Candy. Dia memalingkan wajah kembali untuk menahan diri. Walaupun berusaha melupakan kejadian kemarin, tapi setiap menatap Candy, ia teringat kulit lembutnya. *** Kelas berakhir, Antony sudah duduk di ruangan pribadinya sebagai Kepala Bidang Studi disini. Pikiran bukannya fokus ke materi yang sedang dia lihat di layar komputer, malah bayangan tubuh Candy. Dia baru sadar ketika ada yang mengetuk pintu. "Masuk," ucapnya pelan. Malah Candy yang masuk dengan membawa beberapa buku tebal. Dia menutup pintunya, lalu menaruh buku-buku itu di atas meja. Caranya berjalan layaknya seorang model yang hendak memamerkan lekuk tubuh. "Tadi saya disuruh Miss Johana memberikan bapak buku-buku ini," jelasnya sembari duduk di kursi depan dosennya itu. "begitu saja, Sir.” "Candy, mulai Minggu depan kau boleh ke rumah atau tidak, tidak masalah, nanti juga ada yang mahasiswa yang bimbingan sama saya," kata Anthony berusaha senormal mungkin, tapi tatapan mata tidak bisa membohongi situasi. "Jadi kita tidak sendirian, Pak." "Bercanda kau ini, ya?“ "Habisnya sama bapak saja 'kan lebih menyenangkan.." Anthony terpaksa mengganti topik pembicaraan, "oh iya, kau itu tinggal dimana?" "Di apartemen rada jauh dari sini, cuma saya biasanya numpang di apartemen teman yang deket, tapi kalau Mr. Anthony mau ke apartemen saya, silakan. Kita bisa berduaan nanti, lebih intim, dan tidak akan diganggu orang." "Kau ini lucu ya, terkenal juga." "Masa sih?" "Terkenal ... seksi." Candy tertawa terbahak-bahak. Dia menyeringai pada dosen tersebut, lalu mengangguk. "Ya, kan memanh Candy ini seksi, Pak, jelas terkenal seksi." "Seksi, cantik, disukai semua mahasiswa, bahkan dosen juga, heran, kau ini, tidak punya malu sama sekali." "Itu menyindir atau bagaimana?" "Pujian sedikit," balas Antony sedikit tertawa pelan, "kau lucu, pantesan semuanya suka dirimu.." "Eh, suka sama aku, ya?" Candy bangkit dari kursinya, mendekati dosennya dengan langkah pelan. Dengan suara manja, dia bertanya, "Kalau Mr. Anthony gimana?" "Aku suka, kau rajin membantu” Anthony mulai tidak tenang saat Candy berdiri tepat di sebelahnya. Aroma parfumnya langsung membuatnya tergoda kembali. "Bantu saja yang dibahas?" "Ya, begitu." "Mumpung kelas udah selesai, saya bantui. Apalagi yang harus saya lakukan? Memisahkan berkas atau bantu Bapaknya ngetik lagi?" tanya Candy merendahkan dadanya untuk melihat layar komputer. Meskipun tujuannya hanya pamer belahan d**a. "Tidak usah. Kau pulang saja." "Sensitif kalau ada Candy ya?" "Bikin gerah." Candy menahan tawa saat menunjuk pojokan ruangan dimana AC menyala dengan suhu yang rasanya cukup dingin, "Itu normal kok,“ Anthony akhirnya berani menatapnya, "Kau yang bikin gerah." "Tidak mau melanjutkan yang kemarin?" Bisik Candy mengedipkan mata pada dosennya, "sekarang? Pasti seru." "Candy, kita lagi di kampus loh." "Jadi kalau di rumah tidak apa-apa?" Anthony malah tertawa lirih karena tidak tahu harus menjawab apa. Dia akhirnya mengangguk karena sudah tidak mampu menahan godaan gadis ini. "Iya, tidak apa-apa kalau disana, kalau kau mau, sih," bisiknya sambil berdiri menghampiri pintu dan menguncinya. Lalu melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul satu siang. Jam istirahat untuk para dosen lainnya. "Mau." Sekarang pria ini sudah tidak malu-malu lagi saat menghadapi sikap manja Candy, bahkan berjalan mendekatinya sembari melonggarkan dasinya serta melepaskan kancing kemeja paling atas. "Kau ini nakal banget, masa dosen digoda juga," katanya sedikit tertawa, "Kaprodi pula, kau tidak akan bisa lolos kalau sudah begini." Candy tersenyum. "Dosennya'kan masih muda." "Kau pasti begini kalau sama dosen lain?" Anthony langsung meraba pinggang gadis ini begitu mereka sudah berhadapan. "Bahaya banget ini kalau ada yang sudah menikah." Tawa keluar dari bibir seksi Candy. Dia antas menjelaskan, "tidak, soalnya semua dosen baik-baik semua, kecuali ..." "Aku? Dosen jahat?" "Iya." "Jahat juga demi kalian, biar tidak acuh sama tugas, terutama kau ini." Antony meraih telapak tangan Candy, lalu mengecup ujung jemari lentiknya. "Jadi, mengenai kemarin itu, sampai dimana memangnya? Kamu mau cepat selesai penambahan nilainya? Ayo kita bahas masalah kemarin." "Sampai mana, ya? Sampai di ..." Candy bersikap manja saat berpura-pura berpikir. Dalam hati dia bahagia bukan main, akhirnya terkena juga pria ini. Dia bangga pada dirinya sendiri yang tida membutuhkan waktu lama hanya untuk menaklukannya. Akan tetapi, dia mendadak kepikiran dengan Kei. Dia yakin Kei akan mengomel dan terus melontarkan amarah jika tahu dia sedang bermesraan dengan pria lain. Walaupun mereka tidak ada hubungan dekat, bukan sepasang kekasih, tapi Kei sangat banyak aturan di hubungan simbiosis mutualisme mereka ini. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD