02. Candy [Revised]

1575 Words
Kei mematikan televisi. Dia sudah mabuk, tapi masih bisa melihat, walaupun tidak jelas. Beberapa kali dia menggelengkan kepala, berharap untuk tetap mempertahankan kesadarannya. Dia berjalan terhuyung-huyung, kacau sekali, hingga kemudian berhasil masuk ke dalam kamar. Tadinya dia hanya ingin merebahkan tubuh dan tidur, tapi tergoda karena Candy. Gadis itu terlihat pulas dalam balutan piyama seksi. Hal ini membuat gairah dalam dirinya datang segera. Suasana kamar sangat gelap, tapi d**a putih mulus Candy tampak jelas di matanya. Benar-bensr pemandangan yang tidak dapat ditolak. Segala hal tentang gadis pirang ini sangat menggoda Kei. Sebagai pria tulen, dia tidak mungkin tidak suka dengan hal semacam ini. "Candy," bisiknya sambil menyentuh d**a gadis itu. Karena diacuhkan, dia menurunkan piyama serta pakaian dalam atasnya sehingga terlihatlah dua d**a seksi favoritnya. Tanpa banyak bicara lagi, dia menangkupnya, membelainya dengan penuh keinginan—dengan sedikit cinta. Iya, Kei memang menyukai Candy sejak awal. Nafsu memang datang setelahnya. Apalagi, gadis ini selalu saja berhasil membuatnya b*******h. Candy mengerang sembsri menggigit bibir. Dia bukannya membuka mata malah menjambak lembut rambut kepala sambil meracau tidak karuhan. Gejolak dalam dirinya mudah bangkit. Hanya dengan sedikt sentuhan saja dia sudah siap menggila. "Kei~" bisiknya tersenyum bahagia. Dia mungkin tidak mengakuinya, tapi sebenarnya dia memang juga menyukai pria ini. Menghabiskan waktu yang cukup lama membuat perasaan dalam dadanya berbunga-bunga. Tetapi, alih-alih ingin melakukannya dengan cinta, dia tetap pada pendirian bahwa dia bersama Kei hanya demi keuntungan pribadi. Dia melakukan ini dengan pria itu hanya karena kebutuhan jasmani. Kei membuang kemejanya sendiri. Dia segera ke atas ranjang, lalu menaikkan piyama Candy serta melepaskan celana g-string yang dipakainya. Sekarang pemandangan menggoda terpampang tepat di depan matanya. "Aku suka sekali dengan ini. Kau menggairahkan, Sayang.“ Dia belum menyadari kalau yang dia sukai sekarang bukanlah tubuh gadis itu melainkan seluruhnya—termasuk senyum indahnya. "Kau juga,” balas Candy pada akhirnya membuka mata, lalu mengelus d**a bidang Kei dengan muka yang tengah berkeinginan untuk bercinta amat sangat. "Wajahmu merah, Kei, tumben-tumbenan sampai mabuk berat begini, hah? Masih sadar tidak?“ "Sadar,” bisik Kei sambil mencium bibir Candy agar dia tidak banyak bicara. Percintaan mereka terus terjadi hingga hampir sejam lamanya. *** Kei merebahkan diri di sampingnya, lalu menutupi tubuh mereka dengan selimut. Dia mengusap butir keringat di dahinya. “Berhubung gak ada pekerjaan, kau mau jalan-jalan denganku?” Candy masih mengatur napasnya. Dia merespon "kayaknya tidak bisa, jangan ngambek ya, tapi besok aku waktunya menjadi pembantu dosen." “Pembantu dosen?” “Iya, kan kau sudah tahu itu, dosenku, Tuan Antony, dia sangat ketat.” “Jangan Mai jadi b***k, Candy Sayang.” “Aku tidak mau mengulang mata kuliahnya orang itu.” "Sampai kapan jadi asisten dosen?“ "Semester ini selesai, ya selesai sudah, tapi aku tidak sanggup kalau disuruh melakukan pekerjaan pembantu—Menyebalkan sekali dosen itu, Kei.” Kei memainkan sejumput rambut pirang Candy. Dia kagum sekali dengan warnanya yang begitu terang dan terasa begitu lembut serta aromanya yang seperti campuran buah-buahan segar. “Mau bagaimana lagi, kau sendiri yang terlalu bodoh.” Candy menengok ke sampingnya, lalu meraba pipi laki-laki itu. "Oh gitu ya?“ Kei tersenyum manis. ”Maaf.“ ”Kau tidak marah 'kan?“ "Tidak, panggil saja aku kalau butuh bantuan," bisik Kei mencium kulit leher Candy yang masih dipenuhi keringat. Dia malah semakin tergoda saat mencium aroma gadis ini setelah bercinta. "Kalau mau lulus memang harus kerja keras, oke? Aku tidak masalah asalkan kau tidak banyak bertingkah, lagipula kau memang hanya pintar di ranjang saja.” Candy mencubit hidung Kei. Dia memperhatikan Kei yang sudah tidak bisa membuka kelopak matanya. “Kalau kau mabuk, ucapanmu memang sangat jujur dan lembut.” “Iya sudah, Sayang, aku tidur dahulu, ya?” Kei mulai berniat untuk tidur. “Besok saja kita bahas liburan. Aku benar-benar ingin berlibur denganmu.” Candy menatapnya sinis, "Liburan ke dunia kenikmatan?" Kei tertawa pelan. Karena sudah terbiasa hidup berdua tanpa ikatan, mereka juga saling mengenal kebiasaan dan kepribadian masing-masing. "Serius ini, liburan asli, kita tidak pernah jalan sejak tinggal bersama." “Nanti kau tidak dapat kekasih kalau terus nempel sama aku loh, Kei," goda Candy mencium pipi laki-laki itu. Lalu menyindirnya dengan suara manja, "jadi jomblo sampai tua. Kau sudah dua puluh lima tahun, Kei, sana cari istri, jangan bermain terus sama mahasiswi." Kei menyeringai. "Kalau mahasiswinya seksi sepertimu, aku rela tidak punya kekasih.” "Nanti malah kau malah akan dijodohkan orangtuamu.“ "Tidak ada yang lebih seksi daripada dirimu. Aku tidak mau yang tidak seksi. Paham?” Candy tersenyum lebar. "Kau menjadikanku standar untuk mencari istri?” "Iya, kalau bisa kau yang menjadi istriku, Sayang.“ Kei membalas senyumannya itu. Ucapannya memang asal, tapi dalam hatinya juga menginginkannya. ”Istri bohongan?“ Kei membuka matanya sedikit, lalu mencubit hidung Candy, dan memainkannya dengan gemas. "Dasar nakal. Sudah ayo tidur, atau kau masih mau lagi?” “Kalau bisa lagi, ya lagi.” Candy memberikan seringaian lebar. Dia meraba d**a telanjang Kei yang masih lembab oleh keringat. “Kau mau?” Seringai itu menular ke bibir Kei. *** Candy sudah beberapa kali gagal di mata kuliah yang sama dimana dosennya terkenal sangat galak. Sudah sebulan ia terpaksa menjadikan diri sebagai asisten dosen itu agar dapat mendapatkan tugas tambahan sehingga dia lulus semester ini. Kalau terus menerus gagal, dia bisa telat wisuda dan malah malas berkuliah. Hampir setiap hari Candy berada di kediaman sang dosen, Anthony, yang tak jauh dari kampus hanya untuk menata berkas di ruang kerjanya. Dia sadar tidak mendapatkan pelajaran tambahan malah menjadi pembantu dadakan. Dosennya ini seorang duda, jadi dia sedikit paham kalau rumahnya cukup berantakan. "Mr. Anthony, saya sudah merapikan berkas," ucap gadis itu saat menghadap seorang pria tiga puluh tahunan yang duduk di sofa ruang tengah sambil membaca koran. "Ada yang bisa saya bantu lagi, Sir?" "Kau pulang saja, nanti aku kirim tugas tambahan lagi ke emailmu," sahut dosennya itu. Acuh dan sedikit tidak peduli. Hanya pria ini dari deretan dosen pria yang jarang melirik lekuk tubuh seorang Candy. Karena itulah, Candy mulai memiliki niat buruk pada dosennya itu. "Kenapa masih disitu?" heran Anthony melepaskan kaca mata bacanya. Lalu memandang si gadis dengan serius. "Mau ngomong apalagi?“ "Sir, masa tiap hari saya begini," ucap Candy bernada manja sambil memandangi dirinya sendiri yang cukup menarik dalam balutan kaos ketat dan rok pendek seperti biasa. "Tolong diringankan, dong.” "Aku juga lelah mengurus mahasiswi sepertimu." Anthony mulai kelihatan terganggu dengan suara dan raut wajahnya. Terlihat sekali kalau telinganya sudah kemerahan karena menahan diri. Candy duduk di sampingnya. "Sampai berapa kali tugasnya baru nilai saya aman?" "Iya, sampai semester ini kau selesai," Jawab Anthony melipat korannya kembali sambil menggeser posisi duduknya. "Kalau sudah paham, pergi sana." "Cara lain tidak ada, Sir?" tanya Candy tersenyum manis. Dia menggunakan aura menggodanya. “Yang gampang ...” "Sudah sana pulang," jawab Pak Anthony memalingkan pandangan, "jahit rokmu biar bahannya tidak kurang." "Eh, kok malah bahas rok saya." Candy mendesak duduknya dosen yang menurutnya sudah pantas diajak bercinta itu. Lagipula dia sudah merasa bosan kalau terlalu lama jadi pembantu. "Tuan Anthony kenal saya 'kan?“ Saat Anthony hendak berdiri, Candy memegangi lengannya sambil merayu, "Sir, disini saja—sini sama Candy." "Kau pulang sana, itu mau hujan, ini musim hujan loh," pinta Anthony resah sendiri ketika menurunkan tangan itu pelan-pelan. Walaupun sebenarnya dia bisa membohongi diri sendiri kalau sudah tergoda. "Candy, kau sadar 'kan? Ini serius, jangan menggodaku.” Candy menarik telapak tangan dosennya untuk ditaruh di atas pahanya. Dia berbisik, "Saya disini dulu boleh 'kan, Sir?" Ia bahagia ketika dosennya sudah melirik dadanya. "Saya tidak menggoda, Tuan yang tergoda." Karena Anthony sudah mulai mengelus pahanya, dia juga melakukan hal yang sama pada paha pria itu. Hanya dalam hitungan menit saja, Candy sudah mampu membuat libido seorang dosen galak ini meningkat sampai ubun-ubun. Candy tersenyum puas. "Sebentar, sebentar," pinta Anthony malah menahan diri lagi, dia menghembuskan napas panjang, "kita tidak boleh melakukan itu. Ingat, kau ini mahasiswi saya." "Kenapa?“ "Candy, tolong." Bukannya kecewa, Candy malah semakin tersenyum karena bersemangat. Dia seperti telah menemukan sosok Keizaro kembali di dalam diri dosen galaknya ini. Setiap lawan jenis yang menolaknya terang-terangan akan selalu digoda sampai mereka takluk—dan sekarang dia penasaran dengan sosok dosennya ini. "Ya sudah kalau begitu, sir, saya pulang saja, sampai besok di kampus!" kata Candy sopan sambil memamerkan dadanya. Dia mengambil tas di atas sofa, lalu berjalan bak model menjauhi dosennya. Tanpa perlu menoleh pun, gadis ini tahu pasti pria kesepian itu fokus pada p****t seksinya. Laki-laki normal pasti akan tergoda dengan kemolekan tubuhnya. Tidak bisa ditolak lagi. Tidak mungkin bisa, terlebih tubuh seorang Candy yang seolah menebarkan hawa manis di hidung para pria. Ketika sudah keluar rumah dosennya, ternyata mobil Kei sudah menunggu di depan gerbang. Laki-laki simbiosis mutualismenya itu paling cepat kalau dimintai tolong jemput. Akan tetapi akibatnya dia sedikit curiga dengan aktifitas yang dilakukannya barusan "Ngapain di dalam?” tanya Kei saat Candy baru masuk mobil, "curiga aku, kok lama sekali. Coba cerita sini.“ Candy menggodanya dengan membelai pahanya sendiri, "Habis bantu-bantu, tidak terjadi apapun. Kalau saja ada waktu, pasti juga bermain sebentar." Kei mengendus bau Candy sesaat, dan paham kalau tidak terjadi apapun. Dia paling hafal dengan aroma tubuh gadis yang sudah tidur dengannya setahunan belakangan ini itu. Tidak ada aroma lain yang menempel di tubuh gadis itu. "Hmm." "Penciuman Kei tajam banget ya," goda Candy tertawa karena diberikan tatapan tidak percaya. "Astaga, jadi takut, si Kei mulai posesif." Tak ada balasan dari Kei. Mereka pun pergi dari sana. •••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD