BREAKFAST

586 Words
Ivory turun dengan kaki yang masih berbalut perban. Ia tertatih menuju ruang makan, bagaimanapun juga mengurung diri di kamar selama berhari-hari cukup membuatnya merasa letih. Lagipula kakinya sudah tidak terlalu sakit. Itu sebabnya ia memilih turun dan ikut sarapan bersama keluarga baru yang telah menolongnya. Kaki mungilnya menyusuri setiap petak lantai marmer rumah itu. Rumah Adrian, lelaki yang membawanya dari jalanan menuju ke kediaman nya. Rumah ini sama mewahnya dengan rumah Yoga suaminya dulu. Rumah Yoga juga berlantai marmer, memiliki banyak kamar dan ornamen lampu kristal yang menggantung. Apa selera orang kaya selalu berputar pada dua hal itu ya?. Ivory tidak mau ambil pusing. Ia semakin dekat dengan ruang makan, ada meja oval berukuran sedang dengan enam kursi berjajar, disana nampak Adrian lelaki yang menolongnya saat ia lari dari rumah Yoga. Lalu di samping Adrian nampak duduk seorang wanita muda, cantik, kulitnya kuning Langsat, senyumnya manis dan sepertinya sangat manja. Saat Adrian melihat Ivory ia langsung mempersilahkan Ivory duduk. "Hy, duduklah." Ivory menarik kursi yang berada di ruang makan, ia duduk menghadap wanita muda itu. "Liana, perkenalkan ini teman kakak." Wanita itu pun memandangi Ivory penuh selidik. "Liana," panggil Adrian lagi. Membuat wanita muda itu pun akhirnya membuka mulutnya. "Aku Liana." "Aku Ivory." Adrian tersenyum melihat pemandangan di depannya. "Aku harap kalian bisa bersahabat.," Mereka pun akhirnya makan bersama, Adrian berusaha menciptakan gurauan-gurauan kecil namun sama sekali tidak berhasil membuat Ivory dan Liana tertawa lepas. Adrian merasa stress melihat mereka berdua, ia heran mengapa Liana nampak tidak terlalu suka dengan kehadiran Ivory ? Apakah karena mereka berusia sebaya ? "Aku sudah selesai dengan makanan ku, boleh aku kembali ke kamar ?" Ivory membuka percakapan. "Kamu tidak bosan berada di kamar terus ?" Ivory pun menggeleng. "Oke, silahkan saja beristirahat di kamar jika menurut mu itu baik." Adrian akhirnya memberikan ijin pada Ivory untuk kembali ke kamar. Saat Ivory menapaki tangga menuju kamarnya ia mendengar Liana berbincang dengan Adrian. "Kakak nemuin wanita itu dimana?" Tanya Liana pada Adrian abangnya. "Siapa?" "Wanita yang tadi duduk di sini?" Liana menunjuk kursi tempat Ivory duduk. "Ivory ? kenapa?" "Dia itu buronan ." Tegas dan lantang Liana menyebutkan kalimat itu. "Pamflet dan brosur bergambar wajahnya tersebar di kampus ku, ternyata orangnya ada di sini " "Maksudmu apa ?" Tanya Adrian lagi, ia seolah tidak percaya kalau Ivory adalah seorang buronan. "Kalau kakak nggak percaya nanti sepulang dari kampus aku bawakan selebarannya." Liana berjanji pada Adrian, Adrian mengacak-acak rambut Liana gemas. Liana memang terkadang bicaranya semau gue, tapi sesungguhnya ia baik. Ia punya kesan overprotektif memang terhadap Adrian namun sekali lagi niatnya baik. Itu terjadi pada diri Liana karena Liana merasa Adrian adalah satu satunya orang yang ia miliki saat ini, itu sebabnya ia demikian menjaga, ia tidak mau hal buruk terjadi pada Adrian. Lain Adrian lain Liana, Adrian justru membebaskan Liana pada banyak hal meski sebenarnya ia menyewa jasa beberapa orang untuk mengawasi Liana. Adrian rela mengeluarkan uangnya untuk membayar mereka asal Liana selamat. Adrian tidak ingin hal buruk terjadi pada Liana. Hampir sepuluh juta Adrian membayar dua orang yang ia beri tugas mengawasi Liana, itu belum termasuk biaya makan dan kongkow-kongkow. Tidak sulit bagi Adrian mengeluarkan uang. Sebagai seorang CEO uang bukan masalah baginya, asalkan adiknya selamat dan baik baik saja. "Aku berangkat ya kak." "Oke" "Take Care ya," Liana melenggang pergi, meninggalkan Adrian yang sibuk dengan roti pisang di piringnya. Adrian tidak tahu, di ujung sana seseorang sedang dengan seksama mendengarkan perbincangan mereka. Ya, Ivory merekam semua perbincangan mereka dengan sangat takut. Ia khawatir keselamatan dirinya terancam di rumah ini. Ia mulai bergidik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD