Prasangka

1114 Words
Tak lama kemudian Valaria bangkit berdiri. Dirinya keluar dari ruangan untuk pergi ke kamar mandi. Langkahnya tertuju ke arah pintu sisi kanan. Tanpa menunggu lama, Valaria langsung masuk ke dalam. Selang beberapa menit wanita itu pun keluar. Dia tertegun saat melihat Jeanne hendak masuk ke ruangannya. Jeanne menahan niatnya hendak mengetuk pintu ketika melihat Valaria keluar dari kamar mandi. "Makanan pesanan Anda, Miss," ucap Jeanne sembari memberi kantong plastik berisi sekotak pizza dan segelas minuman cola. "Ya, terima kasih." Valaria langsung menerimanya dan masuk ke dalam ruangan. Sedangkan Jeanne memutar langkahnya. Langkah Valaria terhenti saat melihat Seth berbaring di atas sofa. Di hanya menghela napas melihat tingkah pria itu. Kedua mata Seth terpejam menandakan jika pria itu hendak tidur atau sudah tertidur. Padahal beberapa menit yang lalu saat dirinya hendak ke kamar mandi, Seth masih terlihat asyik duduk di meja kerjanya. Valaria mendekat ke arah sofa dan duduk di sofa yang berseberangan dengan pria itu. Dia membuka sekotak pizza dan menyeruput minumannya. Saat tangan kanannya hendak mengambil potongan pizza, dia tertegun mendengar suara pria itu. "Kau makan tanpa kekasihmu?" Seth membuka matanya dan melirik ke arah Valaria. "Kau minta? Makanlah," ucap Valaria menawarkan pizza itu pada Seth. Seth bangkit duduk membuat Valaria menatap ke arahnya sekilas. Wanita itu tersenyum tipis melihat Seth hendak ikut makan. Tetapi pria itu justru berpindah tempat duduk membuat Valaria terkejut. Sebelah tangannya menarik tangan Valaria yang memegang potongan pizza lalu mengarahkannya ke dalam mulutnya. Seth memakan pizza dari bekas gigitan Valaria membuat wanita itu mematung. Hingga pada gigitan ketiga, Valaria mengejapkan matanya berulang kali lalu melepaskan tangannya dari genggaman Seth. Dia memalingkan wajahnya seraya meletakkan pizza dalam genggamannya di atas bungkus. Valaria meraih segelas cola dan menyeruputnya untuk menyembunyikan kegugupan yang dirasakan. "Kau tidak lanjut makan?" tanya Seth saat melihat Valaria bangkit berdiri menuju meja kerjanya. "Sudah tidak selera," jawab Valaria cepat dan meraih sebuah buku di atas meja serta mendekat ke arah sofa untuk mengambil hasil desainnya. Tanpa ingin berlama-lama di samping Seth, Valaria justru melenggang pergi meninggalkan ruangan kerjanya. Seth hanya tersenyum tipis karena menangkap kegugupan wanita itu. Dia pun mengambil gelas minuman Valaria lalu menyeruputnya sebelum akhirnya kembali berbaring di atas sofa. *** Dua jam kemudian Seth membuka kedua matanya. Dia menutup mulutnya dengan satu tangan saat menguap. Lalu perlahan jemarinya mengucek mata saat bangkit duduk. Seth menghela napas pelan saat melihat sekeliling ruangan yang nampak sepi. Menandakan jika saat ini Valaria belum kembali ke ruangannya setelah keluar beberapa jam lalu. Seth melirik ke arah jam tangan, dia bangkit berdiri setelah menyadari waktu sudah memasuki sore hari. Bahkan matahari mulai turun dan sembunyi hingga menampakkan cahaya jingga. Tubuh Seth bangkit berdiri. Dia berjalan ke arah pintu lalu keluar ruangan. Pandangannya memperhatikan sekeliling koridor yang nampak sepi. Dia pun berjalan di sepanjang koridor untuk mencari keberadaan Valaria di ruangan lain. Seth menghentikan langkahnya saat melihat asisten Valaria keluar dari sebuah pintu besar yang berada di lorong sisi kiri. Dirinya pun yakin jika saat ini Valaria ada di dalam ruangan tersebut. Perlahan Seth mulai mendekat ke arah pintu itu. Tatapan Seth terpaku pada sosok wanita yang nampak sibuk di dalam ruangan seorang diri. Terdapat kaca di dinding sehingga dapat melihat ke dalam ruangan. Seth pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam ruangan. Dirinya justru berdiri di lorong sembari memperhatikan sosok wanita itu. Kedua tangan Seth terlipat di bawah d**a. Dia tersenyum tipis melihat wanita itu sangat berkonsentrasi. Valaria begitu sibuk merangkap kain-kain putih itu sesuai dengan desainnya. Jemarinya begitu lihai ketika menempel, melipat dan memasang jarum ke dalam kain tersebut. "Sepertinya dia memang sedang sibuk," gumam Seth. Seth tertegun saat mendengar ponselnya berdering di dalam saku celana. Dia merogoh kantong untuk mengambil ponselnya. Setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel, dia pun langsung mengangkat telepon tersebut. "Halo," sapa Seth lalu melenggang. Valaria menghentikan aktivitas kesibukannya dan menoleh ke arah kiri. Dirinya melihat pria itu menjauh dari lorong sembari menelepon seseorang. Helaan napas panjang terdengar dari arahnya. Tiba-tiba saja Valaria berpikir jika saat ini Seth sedang bertelepon dengan seorang wanita. "Sayang, kau ada di mana sekarang?" tanya seseorang melalui sambungan telepon. "Apa terjadi sesuatu?" tanya Seth mendengar nada kecemasan ibunya. "Grand Pa sedang dirawat di rumah sakit. Apa kau bisa datang?" "Rumah sakit? Baiklah, aku akan datang," jawab Seth. "Di rumah sakit biasa, Seth." "Iya, Mom." Seth pun menjauhkan ponselnya saat mengetahui ibunya sudah menutup telepon. Dia memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana dan melanjutkan langkahnya. Sepanjang langkahnya menuruni anak tangga, Seth memperhatikan sekeliling yang nampak sepi. Menandakan jika beberapa pelayan butik sudah pulang. Saat sampai di lantai dasar, Seth memelankan langkahnya melihat asisten Valaria nampak sibuk menata sesuatu. Seth membalas senyuman ramah Jeanne. Dia menganggukkan kepala saat Jeanne menunduk seolah memberi hormat. Sepertinya wanita itu tahu jika dirinya sedang dekat dengan bosnya. "Permisi," sapa Seth dan menghampiri Jeanne. Jeanne menghadap ke arah Seth sembari ersenyum. "Iya, Sir?" "Biasanya jam berapa butik ini tutup?" tanya Seth merasa penasaran. Dia ingin datang menjemput Valaria jika sudah waktunya wanita itu pulang. "Jam delapan malam, Sir," jawab Jeanne. "Valaria juga pulang saat butiknya ditutup?" Jeanne diam sejenak untuk berpikir. "Tidak pasti, Sir. Miss Valaria terkadang juga tidak pulang jika sedang sibuk. Dan ... sepertinya malam ini Miss Valaria tidak pulang. Tadi saya sudah menanyakannya padanya." "Oh begitu ...." gumam Seth tanda mengerti, dia menganggukkan kepalanya pelan. "Lalu ... Apa dia sendirian di gedung sebesar ini?" tanya Seth lagi. Jeanne tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Sir. Ada beberapa pelayan butik yang tinggal di sini juga. Saya juga akan di sini menemani Miss Valaria untuk membantu pekerjaannya." "Baiklah, terima kasih untuk penjelasannya." Jeanne mengangguk lagi, sedangkan Seth tersenyum padanya sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan butik tersebut. Seth masuk ke dalam mobil barunya. Tanpa menunggu lama, dia pun mulai melajukan mobil hitam itu meninggalkan gedung VG Boutique. Sedangkan di sudut tempat lain terlihat seorang wanita sedang berdiri di depan dinding kaca, tatapannya memperhatikan mobil hitam yang mulai melaju, bergabung dengan mobil lain di jalanan kota yang tidak pernah sepi. Valaria menghela napas pelan. Dia mengalihkan tatapannya setelah bayangan mobil Seth sudah tak dapat dijangkau oleh indra penglihatannya. Langkah kakinya tertuntun ke arah meja yang berisi dengan potongan kain brokat tulle dan satin. Dia juga melepas bantalan jarum yang berbentuk seperti gelang di tangan kirinya dan meletakkan benda tersebut di atas meja. Valaria tertegun ketika mendengar pintu ruangan itu terketuk dari luar. Jeanne membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Dia tersenyum pada Valaria sedangkan wanita itu hanya tersenyum tipis seolah merasa enggan. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran hingga membuat dirinya tiba-tiba merasa malas untuk melanjutkan pekerjaan. "Ini Miss payetnya," ucap Jeanne seraya memberi sekotak Payet dengan berbagai macam bentuk. "Taruh di sana," tutur Valaria sembari menunjuk ke arah meja kecil yang dekat dengan manekin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD